ANALISIS KONSTRASTIF PADA TATARAN LEKSIKAL BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA BETAWI
Rizki Nugraha
7316167166
Pendidikan Bahasa Non Reguler, Program Pascasarjana UNJ,
2016
ABSTRAK
Analisis kontrastif
memberikan pandangan yang lebih mudah dalam mengetahui unsur-unsur bahasa lain
selain yang dikuasai atau yang biasa disebut bahasa kedua (B2). Analisis
kontrastif bertujuan untuk membangdingkan dua bahasa dalam berbagai tingkatan,
baik secara mikrolinguistik maupun makrolinguistik. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian ini yang akan membandingkan bahasa Indonesia dengan bahasa Betawi
dari segi tataran mikrolinguistik yakni pada tataran leksikal. Akan terdapat
dua poin penting dalam penelitian ini, yaitu: bentuk leksem mirip, sama makna dan bentuk leksem mirip, beda
makna. Metode dyang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif, dengan acuan pustaka dari sumber bahasa Indonesia dan bahasa
Betawi.
Kata kunci:
analisis kontrastif, leksikal
PENDAHULUAN
Bahasa
merupakan sebuah hal penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa seseorang
dapat berkomunikasi dengan lawan bicara. Bahasa dapat diibaratkan seperti
mahkluk hidup, ia terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan selalu
ada yang bertambah dalam kosakata pada suatu bahasa bahkan terkadang terdapat
juga kepunahan dalam sebuah bahasa karena jarangnya penggunaan pada kata
tersebut.
Seperti
halnya bahasa Indonesia yang terus berkembang, bagitu juga bahasa Betawi. Bahasa
yang pada awalnya digunakan oleh penduduk asli Jakarta (Batavia pada masa lalu)
seiring menyebarnya penduduk tersebut ke kota satelit di sekitar Jakarta,
seperti Tangerang, Depok, Bekasi, bahkan Bogor. Bahasa Betawi mengalami
perkembangan setelah terakhir pada tahun 1974 bahasa tersebut dikaji. Pada
tahun 2009, bahasa Betawi mulai dikaji dan dikembangkan oleh Bapak Abdul Chaer,
maka terbentuklah sebuah kamus bahasa Betawi.
Jika
dibandingkan dengan kosakata atau leksem dalam bahasa Indonesia, banyak
kesamaan dan kemiripan dalam penggunaan bahasa. Tentu hal ini juga tidak luput
dari penutur yang masih terpengaruh oleh bahasa Indonesia pada bahasa ibu atau
bahasa pertama B1.
Kemiripan
dan persamaan ini akan sangat cocok aabila dikaji dalam analisis kontrastif.
Karena tujuan utama dari ilmu analisis kontrastif adalah membandingkan bahasa
pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2). Analisis kontrastif akan membantu bagi
seseorang, khususnya dalam mempelajari bahasa Betawi, untuk mengetahui leksem
apa saja yang mengalami kemiripan atau sama namun berbeda makna dengan bahasa
Indonesia.
Masalah
yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perbandingan bentuk leksikal BI-BB dengan leksem bentuk mirip makna sama; (2)
Bagaimana perbandingan bentuk leksikal BI-BB dengan leksem bentuk sama makna berbeda.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mencari sumber teori
mengenai kosakata (leksikal). Kemudian difokuskan pada bentuk leksikal dan arti
atau makan dalam bahasa Betawi maupun dalam Bahasa Indonesia. Kedua bentuk leksikal
tersebut dibandingkan dan dianalisis perbedaannya dan persamaannya. Semua ini
dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik analisis isi yang terdiri dari
tataran leksikal atau kosakata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Betawi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan dan persamaan bentuk leksem dari kedua bahasa, yakni bahasa Indonesia
dan bahasa Betawi. Sehingga terlihat diantara keduanya memiliki kemiripan dan
kesamaan bentuk pada leksem.
Manfaat dari penelitian ini untuk membantu
mempermudah dalam penguasaan bahasa Betawi (BB). Selain itu, penelitian ini
juga dapat menjadi model untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Dan juga,
supaya penelitian ini dapat lebih memperkanalkan lagi bahasa Betawi yang
penggunaannya telah tercampur-campur dengan bahasa lainnya serta menambah
pengetahuan bagi penutur yang ingin mempelajari bahsa Betawi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Ditetapkan Jakarta sebagai ibu kota menjadi pisau
bermata dua bagi penutur bahasa Betawi. Hingar bingarnya metropolitan dan
majunya infrastruktur disegala bidang membuat Jakarta menjadi tempat yang
paling “diburu” oleh masyarakat di luar Jakarta untuk mencari nafkah. Imbasnya,
penduduk asli Jakarta mulai tersisih dan tersingkir ke luar Jakarta. Hal ini
juga berpengaruh pada penggunaan bahasa Betawi. Semakin berkurangnya penutur
asli bahasa Betawi.
Walaupun demikian, bahasa Betawi tidak lantas punah.
Bahasa Betawi masih memiliki taji sebagai bahasa daerah. Bahasa yang merupakan
turunan dari bahasa melayu ini bahkan masih berkembang semenjak penelitian yang
dilakukan kurang lebih empat puluh tahun lalu.
Hubungan bahasa Indonesia dan bahasa Betawi pun
sangat erat. Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahasa
Betawi. Selain itu, terdapat leksem dalam bahasa Betawi yang mengalami
kemiripan dengan bahasa Indonesia. Tetapi ada juga bahasa Betawi yang sama
dalam bahasa Indonesia namun memiliki makna ata arti yang berbeda. Dialek yang
“nyablak” terkadang hanya membedakan fonem a dengan e di akhir kalimat pada bahasa
Indonesia dan bahas Betawi seperti kemana=kemane,
siapa=siape.
ANALISIS KONTRASTIF
Analisis konstrastif adalah suatu cabang ilmu
linguistik yang membahas persamaan dan perbedaan antara dua bahasa. Analisis
konstrastif berupa prosedur kerja adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba
membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa.
Perbedaan-perbedaan yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon, dapat
digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi
kesulitan-kesulitan atau kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi oleh para
siswa di sekolah, terlebih dalam belajar B2.
Analisis kontrasif membahas tataran linguistik baik
dari segi mikrolinguistik maupun makrolinguistik. Contoh mikrolinguistik yaitu
membahas mulai dari tataran fonologi, morfologi, kosakata, dan sintaksis.
Sedangkan pada makrolinguistik membahas tentang analisis wacana dan analisis teks.
Menurut James (1980) analisis kontrastif adalah
analisis yang digunakan untuk mencari sesuatu perbedaan yang sering membuat
pelajar bahasa kedua mengalami kesulitan untuk memahami dan menguasai bahasa
tersebut. Dalam bahwa Indonesia dengan bahasa Betawi banyaknya kemiripan dan
kesamaan antara dua bahasa tersebut akan menyulitkan dalam memperlajari bahasa
Betawi sebagai bahasa kedua.
Namun, kemiripan dan kesamaan dalam kedua bahasa itu
juga bisa mempermudah dalam mempelajarinya. Seperti yang dikemukakan Lado
(1957: vii). Menurutnya, dalam perbandingan antara bahasa asing dan bahasa ibu itulah terletak kunci yang
akan menentukan mudah-tidaknya pelajaran bahasa
asing. Unsur-unsur yang sama/mirip antara bahasa asing dan bahasa ibu akan mudah bagi pelajar
sedangkan yang berbeda atau berlainan akan sukar baginya.
PERBANDINGAN BENTUK LEKSIKAL BI-BB
DENGAN LEKSEM BENTUK MIRIP MAKNA SAMA
Setelah kata-kata dalam kamus bahasa Betawi-bahasa
Indonesia dipilih secara acak, maka diperoleh bentuk leksikal BW dan BI yang memiki
kemiripan bentuk dan sama makna, diantaranya adalah:
NO
|
KATA DALAM BB
|
KATA DALAM BI
|
MAKNA
|
1.
|
Ampe
|
Sampai
|
Mencapai; datang; tiba
|
2.
|
Aye
|
Saya
|
Orang yang berbicara atau menulis
|
3.
|
Belaga
|
Berlagak
|
Menyombongkan diri;
berlaku seperti (pemberani, orang pandai, dan sebagainya)
|
4.
|
Dongo
|
Dungu
|
Tidak cerdas;
bebal;bodoh
|
5.
|
Emang
|
Memang
|
Sebernarnya;benar-benar
|
6.
|
Empan
|
Umpan
|
Makanan atau sesuatu
yang digunakan untuk memikat atau menangkap binatang
|
7.
|
Gembrot
|
Gemuk
|
Besar karena banyak
dagingnya; tambun
|
8.
|
Gelo
|
Gila
|
Sakit ingatan; sakit
jiwa
|
9.
|
Gregetan
|
Geregetan
|
Geram; kesal dan
jengkel
|
10.
|
Kang
|
Tukang
|
Orang yang mempunyai
kepandaian dalam suatu oekerjaan tangan
|
11.
|
Kaga
|
Tidak
|
Partikel untuk
menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dan sebagainya
|
12.
|
Kerodong
|
Kerudung
|
Tudung; kain penutup kepala perempuan
|
13.
|
Mampet
|
Pampat
|
Terhenti
|
14.
|
Mangkennye
|
Makanya
|
Maka itu; maka dari itu; oleh sebab itu
|
15.
|
Meleduk
|
Meledak
|
Pecah dan mengeluarkan bunyi sangat keras
|
16.
|
Nenggak
|
Meneguk
|
Meminum
|
17.
|
None
|
Nona
|
Sebutan bagi anak perempuan atau wanita yang belum
menikah
|
18.
|
Numpuk
|
Tumpuk
|
Susunan barang yang bertumpang tindih
|
19.
|
Pengen
|
Ingin
|
Hendak; mau; berhasrat
|
20.
|
Tebel
|
Tebal
|
Berjarak lebih besar antara permukaan yang berlawanan
jika dibandingkan dengan benda lainna yang sejenis
|
21.
|
Tengkurep
|
Tengkurap
|
Telungkup
|
22.
|
Tepok
|
Tepuk
|
Perbuatan menamparkan kedua telapak tangan untuk
menimbulkan bunyi
|
23.
|
Tubruk
|
Tabrak
|
Sentuh antarmuka dua benda dari arah berlawanan secara
keras; bentur
|
24.
|
Udeh
|
Sudah
|
Habis; berakhir
|
25.
|
Udek
|
mengaduk
|
Mencampur dan mengacau; mengarau
|
PERBANDINGAN BENTUK LEKSIKAL BI-BB
DENGAN LEKSEM BENTUK SAMA MAKNA
BERBEDA
Setelah kata-kata dalam kamus
Bahasa Betawi-Bahasa
Indonesia dipilih secara acak, maka
diperoleh bentuk leksikal BB-BI yang memiki kesamaan bentuk dan memiliki makna yang berbeda, diantaranya adalah:
NO
|
KATA DALAM BB
|
MAKNA
|
KATA DALAM BI
|
MAKNA
|
1.
|
Bonto
|
Jelek
|
Bonto
|
Tidak segar lagi; kepala adat kampung
|
2.
|
Congor
|
Mulut
|
Congor
|
Jungur
|
3.
|
Medok
|
Bedaknya terlalu tebal
|
Medok
|
Kentara sekali aksen daerahnya
|
4.
|
Melulu
|
Sering sekali
|
Melulu
|
Tidak lain hanya; hanya; semata-mata
|
5.
|
Semok
|
Memiliki badan yang montok
|
Semok
|
Kembung atau gembung (tentang pipi orang gemuk)
|
SIMPULAN
Analisis kontrastif merupakan ilmu yang mengkaji dua
bahasa, yakni bahasa pertama atau bahasa ibu dan bahasa kedua atau bahasa
asing. Dalam penelitian ini, bahasa yang dibandingkan dan dikaji adalah bahasa
Indonesia dengan bahasa Betawi. Hal ini tentunya bertujuan untuk
mempermudah seseorang penutur bahasa
Indonesia dalam memelajari bahasa Betawi.
Terdapat
dua hal yang dikaji dalam penelitian ini (1) Bagaimana perbandingan bentuk leksikal BI-BB dengan leksem bentuk mirip makna sama; (2) Bagaimana perbandingan bentuk leksikal BI-BB dengan leksem bentuk sama makna berbeda.
Hasilnya dapat kita lihat terdapat banyak
leksem yang mirip antara bahasa Indonesia dan bahasa Betawi yang memiliki makna
sama dan terdapat juga dalam kedua bahasa tersebut persamaan leksem namun
memiliki makna atau arti yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
James, Carl. 1980. Contrastive Analysis. London: Longman.
Lado, Robert. 1957. Linguistics Across Cultures. Michigan.