(IF-CONDITIONAL CLAUSE)
DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA
INDONESIA
ABSTRAK
Wiwik Wahyuni. S
7316167167
S2 Pendidikan Bahasa Non Reguler
Program Pasasarjana UNJ
Analisis kontrastif adalah analisis
yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan yang sering membuat pembelajar
bahasa kedua mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi bahasa. Perbandingan
Klausa Pengandaian antara Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, Seperti dalam
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris pun terdapat klausa pengandaian. Klausa
pengandaian ini digunakan untuk mengutarakan suatu kejadian yang tidak terjadi
dalam kenyataannya. Setelah dianalisis dan dicari padanan dan perbandingannya
dalam klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, penulis
telah menemukan persamaan dan perbedaan yang ada. Baik persamaan maupun
perbedaannya dapat dilihat secara struktural maupun secara pragmatis.
Analisis kontrastif klausa
pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris terdapat persamaan dan
perbedaannya. Persamaannya adalah terjadi pengandaian syarat yaitu kata if dalam Bahasa Inggris dan jika dalam
Bahasa Indonesia. Sedangkan perbedaannya, ada tiga hal yaitu (a) kata khusus
pengandaian dalam Bahasa Indonesia bisa bervariasi yaitu jika, jikalau, bila, apabila dan sebagainya; sedangkan dalam Bahasa
Inggris hanya terdapat satu varian yaitu
if saja.
Kata Kunci : analisis kontrastif, perbandingan pengandaian bahasa inggris dan bahasa
indonesia
PENDAHULUAN
Analisis
kontrastif adalah analisis yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan yang
sering membuat pembelajar bahasa kedua mengalami kesulitan dalam memahami suatu
materi bahasa (James, 1998). Diharapkan dengan analisis kontrastif ini, para pembelajar
dapat dengan mudah memahami pembelajaran bahasa kedua tau bahasa asing. Pada
dasarnya, analisis kontrastif dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis
gramatikal atau analisis struktur yaitu analisis yang fokus dan berdasarkan kepada
analisis tata bahasa dari kedua bahasa baik bahasa sumber (BS) dan bahasa target
(BT) atau bahasa kedua. Sedangkan yang kedua disebut analisis sintaksis dan pragmatik.
Analisis kontrastif ayng berdasarkan kepada analisis sintaksis adalah analisis
yang berdasarkan kepada analisis asal kata dan bagaimana memaknai suatu bahasa,
baik bahasa sumber maupun bahasa target. Dan, analisis pragmatik adalah analisis
berdasarkan kepada penggunaan bahasa sumber maupun bahasa target dalam kehidupan
sehari – hari yaitu formal dan informal.
Terkait
dengan analisis kontrastif, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
tahun 2006, pengajaran Bahasa Inggris mencakup 4 pokok ketrampilan berbahasa,
yaitu keterampilan listening (mendengar), keterampilan speaking,(berbicara),
keterampilan reading (membaca), dan keterampilan writing (menulis) (KTSP,
2006). Untuk pengajaran tata bahasa atau grammar tidak dijelaskan secara rinci
dalam pengajaran Bahasa Inggris dalam kurikulum tersebut. Meskipun demikian, pengajaran
tata bahasa atau grammar menjadi satu kesatuan yang terintegrasi dalam pengajaran
keempat ketrampilan berbahasa tesebut. Jadi, pengajaran tata bahasa atau grammar
dalam Bahasa Inggris tidak dapat terpisahkan.
Namun
prakteknya, pengajaran grammar atau tata bahasa merupakan pengajaran yang
kurang menarik dan sulit bagi bagi guru maupun bagi siswa, akan tetapi grammar
harus tetap dipelajari untuk mendukung keempat keterampilan berbahasa tersebut.
Salah satu materi yang sulit dipahami adalah pengajaran klausa pengandaian
(if-conditional clause). Meskipun pengajaran ini telah diajarkan dari tingkat
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, namun siswa tetap saja menemui kesulitan
dalam pengerjaan soal – soal terkait klausa pengandaian (if-conditional clause).
Diharapkan
dengan analisis kontrastif antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dapat
ditemukan jawaban dari kesulitan siswa dalam memahami pembelajaran tata bahasa
atau grammar dari klausa pengandaian (if-clause conditional) Bahasa Inggris
sebagai bahasa kedua (bahasa target) dengan perbandingan pengandaian di dalam Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama (bahasa sumber). Dengan demikian, diharapkan
akan memberikan suatu kemudahan dalam mengajar dan memberi pemahaman tentang
klausa pengandaian if-conditional cluse Bahasa Inggris di dalam kelas dan
berdampak pada pemanfaatan bahasa asing atau bahasa target untuk komunikasi
baik lisan maupun tertulis.
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan penulis dapat lebih memahami tentang manfaat
analisa kontrastif dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar
tata bahasa atau grammar Bahasa Inggris. Selain itu, diharapkan para pembaca
dapat memanfaatkan makalah ini sebagai bahan bacaan untuk meminimalisasi
perbedaan yang terjadi dan bagaimana memahami salah satu aspek bahasa kedua
(bahasa target) dengan lebih mudah
PEMBAHASAN
A.
Prinsip – Prinsip Dasar Analisis
Kontrastif
Secara
umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melaui makna
kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau uraian.
Yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara membahasyang bertujuan
untuk mengetahui sesuatu danmemungkmkan dapat menemukan inti permasalahannya.
Permasalahan yang ditemukanitu kemudian dikupas, dikritik. diulas, danakhirnya
disimpulkan untuk dipahami Moeliono menjelaskan bahwa analisis adalah
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannyadan penelaahan bagian itu sendiri
serta hubunganantarbagian untuk memperoleh pengertian yangtepat dan pemahaman
arti keseluruhan. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau
pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilahyang menarik untuk dibicarakan, diteliti.
dandipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat
membandingkan perbedaan.
Secara
khusus analisis kesalahan kontrastif atau lebih populer disingkat anakon adalah
kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan
bahasa yangdiperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih dikenal
dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa tersebut.
Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah kebahasaan (linguistik). Sehubungan
dengan ini kemudian muncul istilah linguistik kontrastif yang merupakan cabang
ilmu bahasa. Linguistik kontrastif membandingkan dua bahasa dari segala komponennya
secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan kemiripan-kemiripan
yang ada. Dari hasil temuan itu, dapat diduga adanya penyimpangan -
penyimpangan, pelanggaran - pelanggaran, atau kesalahan - kesalahan yang
mungkin dilakukan para dwibahasawan. Sudah diterangkan di atas bahwa analisis
kontrastif merupakan pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan teknik
perbandingan antara Bl dengan B2. Perbandingan tersebut akan menghasilkan
persamaan,kemiripan, dan perbedaan sehingga guru dapat memprediksi kesulitan
belajar dan kesalahan belajar, menyusun bahan pengajaran, dan mempersiapkan
cara-cara menyampaikan bahan pengajaran.
Menurut
Mak Halliday, prinsip – prinsip dasar analisis kontrastif dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu memerikan sebelum membandingkan dan membandingkan pola-pola
tertentu dan bukan bahasa secara keseluruhan.
Pada
prinsip pertama kita tidak dapat membandingkan cara kerja sejumla bahasa sebelum kita memerikan cara kerja
masing – masing bahasa itu. Jika kita ingin menggunakan bahasa ibu (B1) sebagai
bahan perbandingan dalam mempelajari bahasa asing (B2), kita tidak cukup hanya
bisa berbahasa ibu tetapi kita juga harus menguasai bahasa yang akan kita
bandingkan itu.
Sedangkan
pada prinsip kedua, kita tidak dapat membandingkan Bahasa Indonesia dengan
Bahasa Inggris secara keseluruhan, yang dapat diperbandingkan adalah salah satu
atau beberapa unsur atau pola yang terdapat pada masing-masing bahasa
pengandaian yang dibandingkan. Dan kita tidak dapat menarik kesimpulan dari
kedua perbandingan ini karena setiap pola perbandingan dibahas secara terpisah.
Hal ini
sesuai dengan makalah ini, yang membandingkan klausa pengandaian
(if-conditional clause) dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (Halliday,
1970). Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan analisis kontrastif, kita
tidak dapat membandingkan aspek kebahasaan secara keseluruhan dari Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris, karena masing – masing memiliki karakteristik
kebahasaan tersendiri. Apabila kita ingin mengkontraskan klausa pengandaian
atau if-conditional clause, maka hanya bagian itu saja yang dibahas dan
dikontraskan baik dari persamaan maupun perbedaan
B. Tahap – Tahap
Analisis Kontrastif
Dalam
setiap analisis kontrastif, terdapat beberapa langkah atau tahapan
untukmengkontraskan dan membandingkan bahasa sumber (B1) dengan bahasa kedua
(B2),
berikut
adalah tahapannya:
1. Mendeskripsikan ciri-ciri yang akan
diperbandingkan dari masing-masing bahasa, yaitu memaparkan pokok bahasan
secara menyeluruh yang mencakup hal arti, fungsi dan atribut dari ciri-ciri
tersebut (Lado, 1964).
2.
Memastikan
bahwa ciri-ciri tersebut dapat dibandingkan. Untuk itu sebelumnya harus dapat
diperlihatkan padanan kontekstualnya yang memungkinkan ciri itu dapat dibandingkan.
Tetapi bila padanan struktur itu tidak muncul dalam terjemahan maka ciri-ciri
itu tidak perlu diperbandingkan (Halliday, 1970).
3. Setelah ciri-ciri yang akan
diperbandingkan dipaparkan atau dideskripsikan dan telah jelas bahwa ciri itu
dapat diperbandingkan maka langkah selanjutnya adalah membandingkan ciri-ciri
dari kedua bahasa itu dengan melihat persamaan dan perbedaan didalamnya.
Selanjutnya adalah rasional
hipotesis analisis kontrastif menurut Bloomfield, terkait dengan tahapan dari
analisis kontrastif adalah:
1. Pengalaman guru, yang menggambarkan
kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa dengan menggunakan bahasa pertama
(B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang dipelajari siswa.
2.
Kontak
bahasa, yang menggambarkan pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua (B2)
atau sebaliknya.
3.
Teori
belajar, yang menggambarkan transfer positif dan transfer negatif dalam
belajar bahasa kedua.
Berdasarkan
tahap dan rasional dari analisis kontrastif, maka terlihat jelas bahwa
pembelajaran bahasa kedua dan pertama, khususnya klausa pengandaian dalam tataran
grammar, akan menemui baik persamaan dan perbandingan.
C.
Klausa dalam Bahasa Indonesia
Klausa
dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan predikat
walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa, subjek dari klausa mungkin
tidak tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek
nol. Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat
yang lebih rumit dapat terdiri dari beberapa klausa dan satu klausa dapat juga terdiri
dari beberapa klausa (wikipedia.com).
Dalam
Bahasa Indonesia, klausa seringkali di kontraskan dengan frasa. Sebuah kumpulan
kata dikatakan sebagai klausa apabila ia mempunyai kata kerja finite (yang sudah
jelas) dan subyeknya sementara sebuah frasa berisi kata kerja finite namun tanpa
subyeknya. Frasa kata kerja, atau tidak berisi kata kerja. Sebagai contoh
kalimat "Aku tidak tahu kalau kau
membuat lukisan itu", "kau membuat lukisan itu" adalah klausa
dan sebuah kalimat penuh sedangkan "lukisan itu" dan "membuat
lukisan itu" adalah sebuah frasa. Ahli Bahasa masa kini tidak membuat
perbedaan seperti itu, mereka menerima ide akan adanya klausa non-finite,
klausa yang di atur disekitar kata kerja non-finite (wikipedia.com).
Klausa
merupakan bagian dari kajian sintaksis, yaitu bagian dari tata bahasa yang
mengkaji struktur frase dan kalimat (Ramlan, 1976). Pengertian ini selaras dengan
yang dikemukakan Bloch dan Trager ( dalam Tarigan, 1986) bahwa sintaksis adalah
analisis mengenai konstuksi-konstruksi yang hanya mengikut sertakan bentuk- bentuk
bebas.
Selanjutnya
Abdul Chaer (2007) menjabarkan pembahasan dari sintaksis adalah (1) Struktur
sintaksis yang mencakup masalah fungsi, kategori dan peran sintaksis, serta
alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. (2) Satuan- satuan
sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Dan (3) hal-hal
lain yang berkenaan dengan sintaksis yang berupa modus, aspek dan sebagainya.
Dalam
makalah ini, akan dijelaskan mengenai klausa yang merupakan salah satutataran
dalam sintaksis, khususnya klausa pengandaian Bahasa Indonesia. Klausa
merupakan tataran didalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di
bawah tataran kalimat. Dalam berbagai karya linguistik mungkin ada perbedaan konsep
karena pengunaan teori analisis yang berbeda. Berikut adalah pengertian klausa
dalam Bahasa Indonesia menurut beberapa ahli bahasa, yaitu:
1. Menurut J.S. Badudu, klausa adalah
klausa adalah sebuah kaliamt yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar.
2.
Menurut
Prof. Dr. Ramlan, klausa adalah klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari
P (predikat), baik disertai oleh S (subjek), O (objek), Pel(pelengkap), dan keterangan
ataupun tidak
3.
Menurut
Jos Daniel Parera, klausa adalah sebuah kalimat yang memenuhi salah satu pola
dasar kalimat inti dengan dua atau lebih unsur pusat.
4.
Menurut
Kridalaksana, klausa adalah satuan gramatik berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
5.
Menurut
Henry Guntur Tarigan, klausa adalah kelompok kata yang mengandung hanya satu
predikat.
Jadi,
dapat disimpulkan dari pendapat beberapa ahli tersebut bahwa pengertian dari
klausa adalah salah satu bagian dari kalimat atau satuan gramatik yang menitikberatkan
kepada predikat atau yang memiliki unsur – unsur predikatif. Berikut
adalah
contohnya: Nenek mandi.
Contoh
diatas merupakan sebuah kalusa sebab bersifat predikatif. Namun, akan timbul
kembali pertanyaan, kalau begitu apa perbedaan klausa dengan kalimat? Abdul Chaer
dalam bukunya yang berjudul linguistik umum menjelaskan, bahwa sebuah konstruksi
disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final atau intonasi
kalimat (Chaer : 2007).
D. Klausa dalam Bahasa Inggris
Dalam
Bahasa Inggris, klausa terbagi menjadi beberapa macam, yaitu adjective clause
atau biasa disebut relative clause, noun clause dan adverbial clause. Klausa
yang ada dalam Bahasa Inggris menurut Halliday (1994) merupakan unit terkecil
dari grammar yang disebut konstituen. Klausa
relatif adalah merupakan klausa subordinatif yang berfungsi mewatasi fungsi
sintaksis tertentu dalam suatu kalimat. Fungsi sintaksis ini dapat berupa
subjek, predikat, objek, keterangan maupun pelengkap. karena berfungsi sebagai
pewatas, maka klausa ini sering sekali muncul di dalam kalimat majemuk
bertingkat (Warastuti, 2005).
Klausa
relatif juga disebut dengan klausa ajektiva yang memiliki pengertian yaitu
klausa terikat yang berfungsi untuk menjelaskan kata benda dari suatu kalimat.
Dalam hal menjelaskan kata benda dalam suatu kaliamt, klausa ajektiva dapat
memberikan gambaran, identifikasi dan informasi lebih lanjut tentang kata benda
atau kata nomina yang ada di dalam kalimat tersebut (Azar, 1989
Sedangkan
klausa nomina (noun clause) adalah suatu klausa yang berfungsi sebagai kata
benda yang dapat ditempatkan baik sebagai subjek kalimat atau objek dari
kalimat. Noun clause merupakan perluasan subjek ata uobjek dan posisi di dalam kaliamt
adalah sebagai tetap kata benda. (Azar, 1989).
Dan yang
terakhir adalah klausa adverbia atau klausa keterangan. Adverbial dapat
berbentuk frasa atau klausa. Richard et al (1989 : 6) menyatakan “ Adverbial is
any words, phrase, or clause that function like an adverb. Adverbial adalah
salah satu unsure komplementasi, yaitu unsur-unsur yang mengikuti verba, selain
objek dan komplemen.
Quirk et
al (1985), Jacob (1995), Brinton (2000), Leech et al (2003). Perbedaan antara adverbia
dan adverbial ialah, adverbia merupakan kategori sintaksis, sedangkan adverbial
merupakan fungsi sintaksis dari suatu klausa. Adverbial dapat berbentuk frasa
adverbia, frasa nomina, frasa preposisi, verbless clause ‘klausa tanpa verba’,
nonfinite clause ‘ klausa non finit’, finite clause ‘ klausa finit’. Contohnya
adalah:
(1). Tita
visited me recently.(frasa adverbia)
S V O Adverb of Time ‘Tita
mengunjungi saya baru-baru ini.’
(2) My brother
lives next door.(frasa nomina)
S V Adverb of Location ‘ Saudara laki-laki
saya tinggal disebelah’
(3) The
bellboy showed the guest into the bedroom.( frasa preposisi).
S V O Adverb of Location ‘Pelayan
hotel menunjukkan tamu itu ke kamar tidur.’
(4) He
attended the meeting though obviously
ill.( klausa tanpa verba)
S O Adverb of Manner ‘ Dia
menghadiri rapat walaupun sakit.’
(5) Tita telephoned
while waiting for the plane.( klausa non finit)
S V Nonfinite Adverbial Clause ‘ Tita
menelpon sambil menunggu pesawat .’
(6) Intan
went home after she had seen the announcement. (klausa finit ).
S V Adv of Location Finite Adverbial
Clause ‘ Intan pergi kerumah setelah dia melihat pengumuman
Klausa
edverbia adalah klausa yang merupakan perluasan dari nomina atau subjek,
predikat atau keterangan. Maka klausa adverbia menurut Marcella Frank dapat dibedakan
menjadi 7 jenis, yaitu adverbia (keterangan) waktu, tempat, alasan, sebab akibat,
alasan, cara, dan tujuan.
Selain
itu, klausa menurut pengertiannya dan fungsinya dalam tataran functional grammar dapat dibedakan
menjadi clause as message (Theme), clause as exchange (Subject) dan clause as representation
(Actor). Apakah signifikansi dari fungsi clause as message sebagai Theme,
clause as exchange sebagai Subject, dan clause as representation sebagai Actor?
Berikut adalah definisinya.
E. Klausa Pengandaian Bahasa Indonesia
Dalam
Bahasa Indonesia, menurut Gorys Keraf, terdapat dua makna pengandaian, yaitu
sebagai persyaratan dan pengandaian; untuk mengungkapkan kalimat pengandaian
yang berupa persyaratan, ditandai dengan adanya kata – kata apabila, asal,
asalkan, bila, bilamana, jika dan jikalau. Pengandaian mempunyai makna syarat
bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti. Secara jelas hubungan
ini ditandai dengan kata penghubung jika, apabila, kalau, asalkan, asal, manakala
dan jikalau. Sebagai contoh adalah kalimat berikut ini:
1. Kemauan untuk hidup ini akan ada
jika di dalam diri seseorang ada perasaan
bahwa dia
dibutuhkan oleh lingkungannya.
Kalimat di
atas terdiri dari tiga klausa yaitu (1) kemauan untuk hidup ini akan ada
sebagai
klausa inti ,(2) di dalam diri seseorang ada perasaan,(3) dia dibutuhkan oleh
lingkungannya.
Klausa 2 dan kausa 3 merupakan klausa bawahan yang menyatakan
‘syarat’
bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti.
Contoh
pada kalimat lain adalah sebagai berikut:
2. Apabila hal itu terjadi juga, aku
akan mencelanya di depan siapa saja tanpa
mempedulikan
kesopanan bahasa.
3. Aku hanya dapat berjumpa dengan
mereka pada waktu-waktu libur sekolah atau
pada hari
Sabtu dan Minggu bila mereka tidak mendapat hukuman.
4. Jikalau aku dapat lulus dari SMA,
aku akan melanjutkan pelajaranku ke Fakultas
Sastra
Indonesia Universitas Indonesia.
Hubungan
makna persyaratan sebagai pengandaian terjadi apabila klausa bawahan menyatakan
suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi klausa inti
sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin terlaksana.
Pengandaian ini ditandai dengan adanya kata-kata seperti andaikan,andaikata,
seandainya, sekiranya, dan seumpama.
Berikut
adalah kalimat yang merupakan contoh dari kalimat pensyaratan yang merupakan
pengandaian dalamBahasa Indonesia.:
1. Andaikan gadis itu tidak suka
kepadamu, engkau harus menjamin dia kecuali bila ia berkeberatan.
2. Andaikata nona mempermasalahkan hal
ini hingga ke pengadilan, tentu perkara ini akan disidangkan dan perhatian pers
dan publik yang sempat mereda akan menghangat kembali.
3. Seandainya kamu tidak datang malam
itu, kami tidak akan mendapatkan uang sebanyak ini.
4. Aku tidak dapat memikirkan apa yang
akan terjadi kepadaku seandainya kamu tidak ada di sana saat itu.
Ditambahkan
oleh Chaer (1984) bahwa konjungsi andaikata mempunyai fungsi untuk menggabungkan
menyatakan syarat untuk diandaikan di depan klausa yang menjadi anak kalimat
dari suatu kalimat majemuk bertingkat. Contoh kalimatnya
1. Andaikata kamu tidak datang, aku
akan menggantikan posisimu untuk memimpin rapat ini.
2. Saya akan membelikanmu sebuah mobil
andaikata saya menang lotre sebesar 100 juta rupiah.
Secara
fungsional andaikata sama dengan kata penghubung kalau dan jika, tetapi secara
semantik berbeda. Kalau dan jika menyatakan syarat yang harus dipenuhi
sedangkan andaikata menyatakan syarat yang diandaikan dan tidak selalu dipenuhi.
Secara agak bebas dapat digunakan kata penghubung andaikan dan seandainya
dengan fungsi dan arti yang sama dengan kata penghubung andaikata.
F. Klausa Pengandaian Bahasa Inggris
Dalam
Bahasa Inggris, menurut Azar (1989), pengandaian atau disebut juga dengan
Conditional Sentence atau if-conditional
clause memiliki tiga tipe, yaitu :
1. pengandaian yang digunakan untuk
kejadian benar pada masa kini atau masa yang akan datang,
2.
pengandaian
yang tidak benar di masa kini atau masa datang
3.
pengandaian
yang tidak benar di masa lalu. Penggunaan pengandaian ini memiliki penggunaan
dan syarat-syarat tertentu. Berikut adalah penjelasan tipe – tipe dari klausa
pengandaian Bahasa Inggris:
ü
Pengandaian
yang digunakan untuk kejadian benar pada masa kini dan masa akan datang, syarat
– syaratnya adalah:
a.
Kalimat
pengandaian jenis ini digunakan untuk mengandaikan kegiatan rutin atau pada situasi yang rutin.
b. Digunakan untuk memperkirakan falta
yang akan terjadi di masa kini atau
masa akan
datang.
c. Tipe klausa pengandaian ini
menggunakan bentuk Simple Present tense untuk klausa independennya (klausa
induk) sedangkan untuk klausa dependennya (anak kalimat) menggunakan Future
tense.
If + subyek +kata kerja 1 (V1) +
obyek , subyek +will + kata kerja 1 (V1)
Contoh
klausa pengandaian tipe pertama (type 1):
1. If I don’t have my breakfast, I will
always get hungry during the office
(Jika
saya tidak sarapan, saya akan lapar selama ada di kantor).
2. If the weather is nice tomorrow, we
will go on picnic to the beach.
(Jika
besok cuaca cerah, kita akan pergi tamasya ke pantai).
ü Pengandaian yang digunakan untuk
kejadian yang tidak terjadi pada saat kini dan masa akan datang. Pada tipe
kedua dari klausa pengandaian digunakan untuk
mengekspresikan
bahwa sesuatu terjadi dengan sebaliknya atau berlawanan dengan
kenyataannya
dan digunakan pada masa kini dan akan datang. Tipe kedua dari klausa
pengandaian
ini menggunakan bentuk Simple Past Tense untuk klausa If (klausa
dependen)
dan Past Future untuk klausa independennya. Bentuk dari tipe kedua ini
adalah
:
If + subyek +kata kerja 2 (V2) +
obyek , subyek +would + kata kerja 1 (V1)
Contoh
klausa pengandaian tipe kedua adalah:
1. If I taught this class, I wouldn’t
give tests to the students.
(Jika
saya mengajar kelas ini, saya tidak akan memberikan tes kepada murid murid)
Kenyatannya
saya tidak mengajar kelas ini, dan saya memberikan tes kepada murid
kelas yang
saya ajar).
2. If I were you, I would accept their
wedding invitation.
(Jika saya ada di posisi kamu, saya
akan menerima undangan pernikahan tersebut.
Kenyatannya
saya bukan kamu dan saya tidak menerima undangan pernikahan tersebut).
ü Pengandaian tipe ketiga ini adalah
pengandaian yang digunakan untuk kejadian yang tidak benar (berlawanan dengan
kenyataan) di masa lalu. Klausa ini digunakan mengekspresikan sesuatu yang
tidak pernah terjadi di masa lampau. Bentuk klausa pengandaian ini menggunakan
Past Perfect Tense untuk klausa if (dependen) menggunakan Past Future Perfect
Tense untuk klausa independennya. Berikut adalah rumus dan contoh kalimatnya:
If +subyek +had + kata kerja 3 (V3),
subyek+ would+have+kata kerja 3(V3)
1. If you had told me the problem you
faced, I would have helped you to solve it.
(jika
anda mengatakan masalah yang kamu hadapi kepada saya, Saya akan membantu anda
untuk menyelesaikannya, kenyataannya bahwa anda tidak mengatakan masalah itu
dan saya tidak membantu anda).
2. If they had studied hard, they would
have passed the national examination.
(jika mereka belajar giat, mereka
akan lulus ujian nasional, kenyataannya bahwa mereka tidak belajar dengan giat
dan mereka tidak lulus ujian nasional
ANALISIS
Analisis
Kontrastif Klausa Pengandaian (if-conditional clause) Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris dalam Perspektif Struktural Secara struktural, kalimat
pengandaian memiliki persamaan dan perbedaan.
·
Persamaannya
adalah terdapat pada kata-kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian
sedangkan perbedaannya adalah dalam bahasa Indonesia hanya terdapat satu jenis
pengandaian dan dalam bahasa Inggris terdapat tiga macam pengandaian yang
sangat bergantung kepada waktu pengucapannya. Maka dari itu, klausa pengandaian
dalam Bahasa Inggris memiliki tiga tipe klausa. Sedangkan klausa pengandaian
dalam Bahasa Indonesia hanya memiliki satu syarat dalam pembuatan klausanya.
Secara tata bahasa Bahasa Indonesia hanya menggunakan kata-kata jika, seandainya, andaikata, jikalau,
sekiranya, asalkan apabila, dan manakala. Dalam bahasa Inggris kata-kata di
atas hanya ditandai dengan adanya kata ’if’
yang memiliki arti yang sama dengan kata ’jika’
atau ’seandainya’.
Jadi,
terdapat persamaan klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam klausa pengandaian ini,
dalam Bahasa Indonesia menggunakan jika,
seandainya, seumpama, dan apabila, sedangkan dalam Bahasa Inggris
menggunakan kata’if’ dalam membuat
klausa pengandaian; serta dalam Bahasa Inggris memiliki tiga tipe klausa
pengandaian yang bergantung dar iwaktu pengucapannya. Perbedaan yang jelas
adalah klausa pengandaian Bahasa Indonesia tidak memperhitungkan waktu
pengucapan dalam membuat klausa pengandaiannya. Seperti contoh berikut ini:
1.
Saya akan membelikan kamu mobil baru
jika saya menang tunder.
Kalimat
pengandaian diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan sekarang
(present), masa depan (future), ataupun masa lalu (past).
Dalam
bahasa Inggris kalimat diatas harus dilihat waktu dalam mengucapkannya.
Maka
menjadi:
1.
I will buy a new car for you if I
get 100 millions thunder (sekarang dan masa
depan, tetapi hal ini merupakan
kejadian yang benar – benar terjadi).
2.
I would buy a new car for you if I
got a 100 millions thunder (kejadian
yang
tidak terjadi pada saat kini dan masa
akan datang, hanya angan – angan saja).
3.
I would have bought a new car for
you if I had got a 100 millions thunder. ( masa
lalu, kejadian ini adalah tidak
benar terjadi di masa lalu).
Dengan
contoh diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam menggunakan klausa
pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan dalam Bahasa Inggris. Meskipun terdapat
perbedaan dalam penggunaan klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris, yaitu berhubungan dengan masalah waktu; dalam Bahasa Indonesia, tidak
mengenal adanya waktu pemakaian. Semuanya sama meskipun digunakan dalam masa
kini, masa depan, maupun masa lalu dan tidak terdapat perubahan dalam kata
kerjanya. Jika terjadi perubahan waktu maka kalimat pengandaiannya akan
ditambahkan kata keterangan waktu. Contoh kalimatnya:
·
Jikalau aku dapat lulus dari SMA
tahun depan, aku akan melanjutkan pelajaranku ke Fakultas Sastra.
Maka
Bahasa Inggrisnya adalah:
·
If I graduate from senior high
school next year, I will continue my study to
literature faculty.
Jika waktu
pengucapannya diubah pada masa lalu maka terjadi perubahan pada
kalimatnya,
menjadi:
·
Jikalau aku dapat lulus dari SMA
tahun lalu, aku akan melanjutkan pelajaranku
ke Fakultas Sastra.
Maka
Bahasa Inggrisnya adalah:
If I
graduated from senior high school last year, I would continue my study to literature
faculty.
Perubahan
yang terjadi adalah perubahan kata kerja yaitu:
Lulus tahun depan : graduate
Lulus tahun lalu : graduated
Perubahan
yang kedua adalah adanya perubahan will (masa depan) menjadi would
(masa
lalu).
Jadi,
dalam analisis kontrastif klausa pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
terdapat persamaan dan perbedaannya. Persamaannya adalah terjadi pengandaian
syarat yaitu kata if dalam Bahasa
Inggris dan jika dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan perbedaannya, ada tiga hal
yaitu (a) kata khusus pengandaian dalam Bahasa Indonesia bisa bervariasi yaitu
jika, jikalau, bila, apabila dan sebagainya; sedangkan dalam Bahasa Inggris
hanya terdapat satu varian yaitu if
saja.
Perbedaan
yang kedua yaitu (b) masalah waktu pengucapan dari penutur sangat berpengaruh
dalam membentuk klausa pengandaian Bahasa Inggris sehingga terdapat tiga tipe
klausa pengandaian dalam Bahasa Inggris yang dikenal dengan tipe 1 (type 1 true
in the present or future time), klausa tipe 2 (type 2 unreal in the present or future),
dan klausa tipe 3 (type 3 unreal in the past). Sedangkan di dalam klausa pengandaian
tidak memperhatikan waktu pengucapan. Yang terakhir adalah (c) dalam Bahasa
Inggris, dampak dari pengaruh waktu maka kata kerja atau predikat yang digunakan
akan mengalami perubahan; dimana hal ini tidak dikenal dalam klausa pengandaian
Bahasa Indonesia.
KESIMPULAN
Seperti
dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris pun terdapat klausa pengandaian. Klausa
pengandaian ini digunakan untuk mengutarakan suatu kejadian yang tidak terjadi
dalam kenyataannya. Setelah dianalisis dan dicari padanan dan perbandingannya
dalam klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, penulis
telah menemukan persamaan dan perbedaan yang ada. Baik persamaan maupun
perbedaannya dapat dilihat secara struktural maupun secara pragmatis.
Secara
struktural terdapat persamaan klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam klausa
pengandaian ini, dalam Bahasa Indonesia menggunakan jika, seandainya, seumpama,
dan apabila, sedangkan dalam Bahasa Inggris menggunakan kata’if’ dalam membuat klausa pengandaian
ini. Sedangkan perbedaannya adalah dalam Bahasa Indonesia tidak mengenal
perbedaan waktu pengucapan. Klausa pengandaian diatas ini diucapkan sama
meskipun kalimat ini diucapkan sekarang (present), masa depan (future), ataupun
masa lalu (past). Dikarenakan perbedaan waktu maka kata kerja yang digunakan
dalam masing-masing tenses berbeda, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak ada
perbedaan kata kerja dan tidak ada tenses
DAFTAR PUSTAKA
Halliday,
M.A.K. (1970). The Linguistic Sciences and Language Teaching.
Bloomington: Indiana University Press.
Chaer, Abdul. 1984. Penggunaan
Preposisi dan Konjungsi dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: IKIP.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
James, Carl. (1980) Contrastive Analysis. London:
Longman
Harianto
Dony, English Grammar for General
application. Gitamedia Press. Surabaya