MAKROLINGUISTIK
Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Presentasi
Mata
Kuliah “Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan”
Dosen Pengampu:
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Aceng Rahmat, M. Pd
Dr. Liliana
Muliastuti, M. Pd
Disusun Oleh:
Pilda Nugraha
Firdaus, S.Hum.
Wiwik Wahyuni,
S.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
Makrolinguistik dan Analisis
Kontrastif
Makrolingusitik
Dalam bukunya Carl James, Ygnve
(1975) menyebutkan makrolinguistik adalah linguistik ‘umum’ atau ‘manusia’,
pengertian tersebut ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang ilmiah bagaimana
manusia berkomunikasi. Dalam bab ini fokus pembahasannya bukan lagi mengenai
bahasa yang diartikan sebagai kode linguistik dimana tujuannya untuk merincikan
ciri-ciri bahasa manusia yang umum dan khusus. Pembahasannya berfokus pada
perubahan kode menjadi sebuah proses komunikasi. Dengan demikian,
makrolinguistik ini mengembangkan fokus mikrolinguistik ‘kode’ menjadi proses
komunikasi dalam berbahasa ‘fungsi bahasa’. Dalam antitesisnya Chomsky
‘kompetensi’ di bab sebelumnya, Hymes (1972) menyatakan bahawa kompetensi
pembicara dalam berkomunikasi seharusnya menjadi objek investigasi linguistik.
Teori ini muncul dari pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana manusia berkomunikasi
melalui bahasa. Pada tataran makrolinguistik ini, Hymes (1974) mengidentifikasi
enam variabel yang mana dia sendiri menganggap ahli entnografi bahasa (verbal)
harus merujuk kepada krakterisasi berbagai macam indak tutur, diantaranya
adalah Setting, Partisipan, Tujuan,
Konci, Konten, dan Chanel.
Setting: waktu dan tempat
dimana komunikasi terjadi.
Partisipan: Hymes
mengidentifikasi empat peran partisipan, diantaranya adalah penutur, pembicara,
petutur, dan penonton. Contohnya seperti, cara berbicara kepada atasan berbeda
dengan cara berbicara kepada bawahan.
Tujuan: Setiap
tindak tutur memiliki sebuah tujuan, dimana tujuan tersebut berfokus pada
fungsi komunikasi dalam bahasa, sebagaimana para ahli linguistik terapan
mencoba membuat silabus abstrak (Wilkins, 1976). Beberapa tujuan yang
membingungkan dalam tindak tutur adalah bujukan, perintah, nasihat, sapaan, dan
lain-lain.
Kunci: Hymes
menggunakan label ini untuk ‘nada, gaya atau suasana’ dalam bertindak tutur.
Konten/Isi: Apa
yang dibicarakan seseorang, topik pembicaraan menentukan bentuk bahasa yang
dipilih. Contohnya, penggunann register ketika
seseorang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Sebagian keleompok tertebtu
topik tersebut tidak sopan untuk dibicarakan karena hal tersebut sesuatu yang
tabu seperti, kotoran, permasalahan seksual, keuangan personal seperti
pengkategorian di masyarakat Inggris.
Channel:
Dua
Channel utama untuk komunikasi verbal
adalah berbicara dan menulis
Pada dasarnya, ada cara yang lebih
mudah untuk mengekspresikan atau menjelaskan enam variabel Hymes dalam
makrolinguistik. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu siapa yang berbicara,
apa yang dibicarakan, dan kepada siapa dia berbicara, dimana dan kapan,
bagaimana dan kenapa.
Dua Area dalam Makrolinguistik
Makrolinguistik
memiliki dua area, yaitu Analisis Teks dan Analisis Wacana. Kedua istilah
tersebut memiliki ranah dan definisi yang berbeda. Analisis wacana berawal dari
kerangka luar situasi dan bekerja secara batin untuk menemukan linguistik yang
formal berkaitan dengan variabel situasional, sedangkan analisis teks
berkonsentrasi dengan alat formal yang digunakan untuk meciptakan hubungan intra-sentensial
(antar kalimat). Keduanya merujuk kepada teori Van Djik (1978) yang mana
dijelaskan, tataran teks dan wacana keduanya membutuhkan analisis di luar
batasan linguistik atau struktur gramatikal dimana kita sebagai peniliti akan
mendapatkan pemahaman intra-disiplin dalam bahasa sumber. Pemahaman yang
dimaksud adalah pemahaman terhadap kalimat sumber melalui konteks penggunaannya
dan struktur gramatikalnya.
Analisis
berfokus pada struktur kalimat, sedangkan Analisis Wacana berfokus pada fungsi
dan konteks dalam kalimat sesusai dengan penggunaannya dalam berkomunikasi.
Kohesif atau tidaknya suatu urutan kalimat dapat diketahui dengan Analisis
Teks, dan relevan atau tidaknya suatu urutan kalimat dapat diketahui dengan
Analisis Wacana.
Contoh:
A : Who switched off the lights?
B1 : What Marry did was switch off the lights.
B2 : There are fairies at the bottom of our garden.
B1 : What Marry did was switch off the lights.
B2 : There are fairies at the bottom of our garden.
Respon jawaban B1 dan B2 terhapad
pertanyaan A dinyatakan tidak kohesif dan tidak relevan, karena tidak adanya
informasinya atau jawaban yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh A.
Jawaban B1 “what Marry did was switch off
the lights” merupakan kalimat tidak langsung yang tidak memenuhi informasi
yang dicari oleh A secara struktur kalimatnya. Bentuk kalimat jawaban B2 tidak
sepadan dengan pola pertanyaan yang dinyatakan leh A. Selain itu, jawaban B2 “There are fairies at the bottom of our
garden” merupakan kalimat kiasan, yang mana secara konteks dan fungsinya tidak
relevan dengan informasin yang diharapkan oleh A.
Contoh di atas merupakan bentuk
dialog dimana ada penutur dan petutur. Dalam dialog pastinya harus ada
keterkaitan antar kalimat yang diucapkan oleh masing-masing penutur. Pada contoh
tersebut dapat dijelaskan perbedaan antara Analisis Teks dan Analisis Wacana.
Analisis Teks memelajari apa yang tertulis, maka bentuk teksnya monologic, satu pembicara saja tidak
melibatkan pendengar/petutur, sedangkan Analisis Wacana berfokus pada apa yang
tersirat dalam interaksi komunikasi.
Teks Analisis
Sebuah teks dalam kalimat yang
kohesif memiliki hubungan konten/isi yang dapat dipahami secara utuh melalui
strukturnya. Kalimat yang dapat dipahami dianggap kohesif jika memiliki alat
bahasa yang formal. Alat formal ini menandai sifat atau dasar hubungan antara
kalimat yang dapat dipahami secara kohesif. Alat ini bisa secara gramatikal,
leksikal, atau, dalam pembicaraan, dan secara intonasinya.
Contoh:
i.
He will give you the name of one or two
suitable doctors.
ii.
Should there be any hitch, ask to speak
to the physician-in-chief.
iii.
If you need a doctor for your child in a
strange town, find the name of the best hospital.
iv.
The physician-in-chief will in all
probability not be a children’s specialist.
v.
Telephone and ask for the name of a
pediatrician on the staff.
Simbol Leksikal
Simbol
leksikal yang dimaksud adalah bubungan antara sinonim dan hiponimi yang
termasuk kedalam bentuk leksikal dalam kalimat. Bentuk ekspresi v). ‘pediatrician’, iv). children’s specialist, iii). ‘doctor for your children’ memiliki
sinonimi yang dekat, bukan artian ketiga bentuk ekspresi tersebut dibedakan
sesuai dengan penggunaan dan konteks pada masing-masing kalimat, tetapi ketiga
bentuk ekspresi tersebut dilihat memiliki kemiripan makna (sinonim). Selain
itu, ketiga ekspresi v), iv), dan iii) memiliki hipernim yang terhubung
langsung dalam makna hiponim pada ketiga bentuk ekspresi di atas. Hipernim
adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain, atau bisa disebut kategori
konten atau leksem.
Contoh:
1. One
hundred hours a week were devoted to study and 45 minutes to football. This
bias was not wholly popular.
2.
The management have installed closed-circuit
television, hired store detectives, and attached padlocks to all portable
goods. These precautions have reduced
shoplifting at Harrod’s
Pada
contoh di atas, terdapat dua ‘summative
lexems’. Kata bias menampilkan
fungsi tambahan selain menyimpulkan kaimat pada urutan sebelumnya, yaitu
mengevaluasi isi kalimat dimana mengekspresikan persepsinya mengenai tidak
seimbangnya waktu belajar dengan bermain di kelas.
Simbol Gramatikal
Haliday
dan Hasan dalam diskusi tentang kohesi tektual dalam bahasa Inggris, mengidentifikasi
empat makna gramatikal yang utama, yaitu referensi, substitusi, elipsis, dan
konjungsi.
a).
Referensi
bahasa
dapat merujuk ke dalam dua cara. Misalkan ketika sesorang mengatakan ‘my car’
atau ‘your son’, pembicara merujuk kepada sebuah entitas dalam dunia nyata.
Referensi dunia nyata disebut sebagai exophoric
reference, dan referensi dunia nyata dalam teks juga bisa disubtitusi
dengan kata pengganti sebagai pronomina. Referensi dalam teks tersebut disebut
sebagai endophoric reference.
Contoh:
i)
George
didn’t like work. He avoided it whenever possible.
‘George’
dan ‘work’ adalah dua nomina dengan exophoric
reference, sedangkan ‘he’ dan ‘it’ memiliki endophoric reference.
b).
Elipsis
elipsisis
adalah anaphoric dalam bahasa
inggris, dan bisa juga menjadi cataphoric. Elipsis adalah peniadaan kata atau
satuan satuan lain yang wujud asalnya dapat
diramalkan dari konteks bahasa atau konteks
luar bahasa (Kridalaksana, 2001: 50), sedangkan Ramlan (1993:
23) mengemukakan elipsis adalah adanya unsur kalimat
yang tidak dinyatakan secara tersurat tetapi
kehadiran unsur kalimat itu dapat
dilaksanakan.
Contoh:
i)
A: Have you been to Moscow?
B: (I have) never (been to
Moscow)
ii)
Because Alice won’t (clean the
table), Marry has to clean the table.
c). Komperasi/Perbandingan
Komperasi merupakan bentuk
kalimat yang menyatakan sebuah perbandingan.
Contoh:
i.
Sony is cleaverer than his
little brother
ii.
My brother is over 28. My
sister is only 24.
iii.
There are twenty students in
his class. Sony is the most intellegent.
d). Struktur Paralel
kalimat dalam urutannya biasanya menampilkan variasi
struktur, bahkan ketika melatih murid dalam menulis, guru harus menekankan pada
pola kalimat yang dibuat. Dari latihan tersebut, murid dapat mengkaitakan tiga
kalimat ke dalam struktur paralel yang mana secara strukturnya dapat dipahami
dengan jelas atau kohesif. Efek struktur paralel ini membuat murid mampu
mengikat tiga kalimat menjadi kesatuan kalimat yang utuh secara konsep.
Contoh:
i)
Have you ever seen a pig fly?
Have you ever seen a fish walk?
ii)
My paintings the visitors
admired. My sculptures they disliked.
pada contoh i) terdapat dua
pertanyaan retoris. Pertanyaan tersebut bukan menekankan kepada bagaimana murid
dapat menjawab pertanyaan yang tidak relevan tersebut, tetapi murid diuji lebih
kepada pengenalan pola struktur kalimat. Struktur kalimat pada i) adalah
kaliamt introgatif atau kalimat tanya. Dengan contoh i) tersebut murid
diharapkan mampu mengidentifikasi dua struktur kalimat dengan jenis kalimat
yang sama. Contoh ii) bermaskud untuk melatih murid dalam memahami pola kalimat
diluar pola normal Subjek-Verba-Objek (S-V-O) menjadi Objek-Subjek-Verba
(O-S-V). Pola O-S-V pada contoh di atas memang bukan pola normal yang biasa
digunakan oleh penulis, tetapi pola ini melatih murid agar dapat
mengidentifikasi dua urutan kalimat tersebut sehingga murid dapat mengetahui
fungsi pola tersebut jika menghubungkannya dengan konjungsi. Contohnya, my painting
the visitors admired was bought by my fathers’ friend.
Functional Sentence Perspective (FSP)
Sebuah kalimat dapat dipahami secara utuh harus memiliki dua hal,
diantaranya adalah sbuah kalimat harus bersifat informatif, dan disamping itu
harus relevan. Sebuah kalimat dianggap informatif jika kalimat tersebut
memberikan informasi baru kepada pembaca, begitu juga kalimat yang anggap
relevan adalah kalimat yang menghubungkan kalimat baru dengan kalimat yang
sudah diketahhui sebelumnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis teks ini
adalah pendekatan FSP, label pendekatan ini muncul dari asumsi bahwa kalimat
dalam teks tidak hanya untuk menyampaiakan fakta, tetapi harus menyampaikan
fakta di dalam persepsi kalimat yang terhubung dengan informasi yang mana terkandung
dalam teks dan konteks.
Di dalam FSP, informasi yang sudah diketahui sebelumnya
disebut sebagai fungsi tema, dan informasi baru disebut sebagai fungsi rema.
Pola struktur yang normal dalam bahasa biasanya disebutkan sebagai S-V-O/S-P-O
dalam bahasa Indonesia. Dalam FSP ini, subjek disebut sebagai tema, objek
disebut sebagai rema, dan verba disebut sebagai transisi. Maka S-V-O adalah
Tema-Transisi-Rema.
Contoh:
It was Jhon who read the
lesson.
It was the red car that Jhon bought.
It was the red car that Jhon bought.
Pada contoh tersebut,
dibandingkan dengan variasi yang berpredikat, Halliday menyebutkan kalimat
tersebut, dengan melepaskan predikat pada contoh kalimat di atas.
Contoh:
Jhon read the lesson.
John bought the red car.
John bought the red car.
Kata ‘it’ merupakan simbol
sintesis dari isi kalimat “It was Jhon who read the lesson”. Kalimat “Jhon read
the lesson” adalah opsi transformasi kalimat yang didapat dari isi kalimat
sumber. Transformasi ini juga disebut dengan pergeseran tonik, transformasi
opsional dalam menggunkan gaya bahasa, atau juga disebut dengan transformasi
‘stilistika’. Terdapat beberapa variasi transformasi stilistika dalam bahasa
Inggris, diantaranya adalah:
a)
Clefting
Contoh: i). We don’t want Watneys.
ii). What we want is Watneys.
ii). What we want is Watneys.
pada urutan contoh di atas, ‘i).Watneys’ sebagai rema, dan
‘ii).Watneys’ menjadi rema baru dikarenakan
transformasi stilistika yang disebut clefting.
b)
Pseudo-Clefting
sebuah bentuk pseudo-cleft bertranformasi
menjadi Watneys is what we want. Pergeseran
toniknya dianggap ada pada ‘Watneys’.
c)
Passivation
John
|
has picked
|
these strawberies
|
Agent
|
V active
|
Goal
|
Theme
|
Transition
|
Rheme
|
Contoh: i).
These strawberries
|
were picked
|
by John
|
Goal
|
V passive
|
Agent
|
Theme
|
Transition
|
Rheme
|
ii).
d)
Defiteness-Marking
A girl
|
came out of
|
the room
|
A girl
|
baked
|
the pie
|
Rheme
|
Transition
|
Theme
|
Contoh: i).
A girl
|
came out of
|
the room
|
A girl
|
baked
|
the pie
|
Theme
|
Transition
|
Rheme
|
ii).
Analisis Wacana
Untuk
Pendekatan studi bahasa sebagai wacana adalah untuk menekankan fungsinya. Ini
berarti bahwa pertanyaan yang akan ditanya tentang bahasa segmentif tertentu
tidak satu bentuk tetapi tentang es”/banyaknya: Apakah penutur (atau penulis)
berharap untuk mencapai dan apa sebenarnya yang akan dicapai, sedikit dari bahasa? Suatu pendidikan mungkin
mengakui ada hal-hal yang bisa kita lakukan melalui bahasa: membuat pernyataan,
perintah, masalah dan mengajukan pertanyaan. Penulis bahan ajar bahasa asing
telah melihat tiga fungsi ini sebagai dasar, dan ini dijelaskan oleh Wilkins: mengamati, pernyataan (atau laporan) yang telah diberikan perhatian khusus
dengan mengorbankan dua lainnya.
Ketika
kita melakukan hal melalui bahasa, kita melakukan apa? Austin (1962) menyebut Speech Act. Jumlah tindak tutur yang
dilakukan oleh individu rata-rata dalam perjalanan setiap hari biasa ketika
pekerjaan dan alamatnya membawa dia ke dalam lingkungan dengan orang lain
mungkin berjalan ke dalam ribuan. Untuk menguji anggapan ini, membuat rekaman
dari mengatakan lima belas menit percakapan nyata atau menyiarkan dan
menghitung pidato dilakukan dalam waktu singkat. beberapa tindak tutur yang
lebih umum dan lebih sering pada suatu budaya tertentu daripada yang lain: yang
umum akan mencakup bertanya, menolak, pujian, menggambarkan, alasan, menjelaskan sementara yang
jarang akan berada simpati, mengutuk, menghujat apapun! dan berapa banyak
tindak tutur yang ada? Austin menyarankan bahwa ada sekitar 10.000 namun tanpa
menentukan mereka atau mengklaim bahwa semua penutur terkontrol. sedangkan
kohesi tekstual, dijelaskan Widdowson, mengamati secara terang-terangan
ditandai dalam beberapa cara, fungsi tindak tutur baik dapat ditandai hanya
implisit. Jadi, jika saya melakukan tindak tutur menasihati dalam bahasa
Inggris saya dapat memilih antara realisasi berikut:
i)
Saya menyarankan anda untuk dokter
ii)
saya akan mendatangi dokter jika saya jadi anda
Dalanm
i) tindakan penutur leksikal ditandai. Austin menimbulkan pertanyaan apakah
potensi leksikal menandai semacam ini merupakan ciri khas dari kategori
tertentu dari tindak tutur yang disebut Per formatif: setiap ucapan yang
sebenarnya per formatif harus direduksi atau diperluas atau dianalisis ke dalam
bentuk dengan kata kerja dalam orang pertama tunggal indikatif aktif (Austin,
1962). Dua Pertanyaan segera timbul: apakah prediksi Austin tentang per
formatives benar dari semua bahasa? dan Apakah kita memiliki penandaan selain
per formatives? Saya akan meninggalkan pembaca untuk merenungkan pertanyaan
pertama, dan untuk titik kedua bahwa bahasa Inggris yang menggunakan kelas yang
agak besar dari kata-kata yang disebut penanda wacana untuk menunjukkan fungsi,
dan hubungan logis antara kalimat.
Penanda
wacana adalah opsional: membandingkan:
i) Ia
gusar dan ia sombong dan ia meniup rumah itu
ii)
Dia gusar dan ia sombong, dan akibatnya
ia meniup rumah itu.
i)
dan ii) mengacu pada objektivitas yang sama. Mereka berbeda dalam ii) menjadi
eksplisit tentang tiga tindakan yang dilakukan oleh Big Bad Wolf: nya bertiup
ke rumah adalah manfaat dalam ii) hasil dari terengah-engah nya.
Banyak
upaya untuk mengklasifikasikan penanda wacana bahasa Inggris. Salah satu
College Rhetoric” Tentu saja di Amerika Serikat, sehingga terwakili di Harbrace
(1977) misalnya, dorongan lain telah datang baru-baru ini dari “bahasa Inggris
untuk Purposen khusus” mode, itu adalah dari gerakan ini yang Winter (1971)
kategorisasi apa yang ia sebut “penghubung” berasal, Ada lima kategori yaitu:
i) logis:
dengan demikian, oleh karena itu, maka, akibatnya, jadi ...
ii)
Kontras: Namun, pada kenyataannya,
sebaliknya
iii)
Keraguan dan Kepastian: probobly,
mungkin, pasti
iv)
non kontras: apalagi, juga, sama.
v)
Ekspansi: misalnya, khususnya
Fungsi
penghubung ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca (atau pendengar) jenis
hubungan logis yang penulis (pembicara) terasa harus terus antara ucapan
berturut-turut atau blok ucapan teks. penjelasan Kaplan mengandalkan klaimnya
bahwa penutur bahasa adalah pengguna dari setoff khas perangkat retoris. Al
alternatif dan penjelasan yang lebih luas tentang mengapa speaker dari proses
bahasa wacana yang sama dengan cara yang memastikan kejelasan adalah bahwa
mereka telah berbagi konvensi untuk menghubungkan peristiwa bahasa dengan
konteks. Investigasi bagaimana bahasa dan konteks yang terkait untuk mencapai
interpretasi dikenal sebagai Pragmatik, atau lebih dikenal dengan
Pragmalinguistik. Stalnaker menempatkan Pragmatik pada pijakan yang sama dengan
cabang lain dari linguistik: “kalimat Studi Sintaks, studi semantik proposisi.
Pragmatik adalah studi tentang tindakan linguistik dan konteks di mana mereka
tampil (Stalnaker, 1972: 383)
Keduanya
Kaplan dan Stalnaker, untuk menjelaskan bagaimana komunikasi dicapai, memohon
pengertian dari penutur (s) dan
pendengar (s) yang memiliki pengetahuan bersama dan konvensi bersama.
Komunikasi berdiri menjadi kesempatan terbaik untuk sukses ketika individu yang
terlibat termasuk dalam kelompok yang sama. Kelompok ini Yngve (1975: 56)
menyebut komunitas colingual, yang ia mendefinisikan sebagai “sekelompok
individu yang dapat berkomunikasi satu sama lain dengan cara tertentu
karakteristik kelompok”. Masalah yang dihadapi pelajar bahasa asing adalah
tentang bagaimana untuk menjadi anggota komunitas co lingual bisnis dilakukan
dalam bahasa asing.
Labov
(1972) menunjukkan dengan jelas apa speaker sejauh ini interpretasi dari ucapan
dapat bergantung pada kesucian dianggap pengetahuan. Dia membedakan tiga rypes
peristiwa p mengacu:
Peristiwa A- ini adalah
mereka terutama mengenai speaker hadir
Peristiwa B- adalah
yang menyangkut H
Peristiwa AB- adalah
mereka dianggap menjadi perhatian umum S dan H
Labov
menjelaskan bahwa interpretasi yang berbeda ditugaskan untuk ucapan menurut
apakah itu dipandang (oleh H) sebagai merujuk ke sebuah acara A, B, AB. Jadi,
jika S membuat pernyataan tentang -event B, H mendengar itu permintaan
konfirmasi, menyiratkan sesuatu, seperti saya pikir saya; mtepat di percaya
bahwa:
S: Anda tinggal di Bradford
H. Ya / Tidak / Itu benar
Pembagian
dua cara peristiwa ke A dan acara B didasarkan pada pengamatan bahwa salah satu
peserta dalam sebuah pertemuan memiliki hak istimewa untuk akses ke beberapa
item pengalaman pengetahuan. Prinsip ini akses diasumsikan pengetahuan adalah
meresap satu: banyak dari apa yang dikatakan dalam cara itu hanya karena kita
mengandaikan bahwa saham lawan kami pengetahuan dengan kami. Kita bisa
mengatakan bahwa ucapan-ucapan mengandung dua macam informasi: apa yang baru
untuk H dan yang S mengasumsikan dia sudah tahu.
Anggapan
memainkan peran penting dalam organisasi retorika wacana, sebagai Selinker et
al (1974) telah menunjukkan. Mereka menunjukkan bahwa pilihan tata bahasa
tertentu dalam bahasa Inggris harus dibedakan, apakah mereka mengandaikan fakta
yang mereka lihat. Misalnya, laporan kerja dapat diikuti oleh akusatif dengan
infinitif, oleh yang-klausul atau oleh gerund membandingkan:
i)
Itu Rutherford yang pertama kali
dilaporkan dodo telah punah.
ii)
Itu Rutherford yang pertama kali
melaporkan bahwa dodo telah punah
iii)
Itu Rutherford yang melaporkan dodo ini
telah punah
Sekarang
iii) tidak seperti i) atau ii) mengandung anggapan bahwa dodo sebenarnya punah.
Sebagai Selinker et al. menunjukkan ini merupakan perbedaan yang penting yang
akan menghalangi iii) dari yang digunakan untuk memperkenalkan generalisasi
inti, karena perlu mengemukakan bukti untuk sesuatu yang sudah diisyaratkan.
Arti penting dari ini untuk CA harus jelas: mengingat bahwa LI dan L2 tampaknya
berhubungan secara resmi dalam memiliki tiga jenis klausa tersebut,
pertanyaannya tetap apakah mereka membawa interpretasi yang sama. Tentu saja
lingkup CA seperti ini melampaui dan melengkapi klausul semacam ini: kita perlu
awalnya untuk mengidentifikasi untuk setiap bahasa yang kategori gramatikal
adalah pembawa pengandaian.
Interaksi percakapan
Sejauh
ini kita telah mengasumsikan bahwa komunikasi adalah unilateral, dalam arti
bahwa ada satu S, satu H dan satu arah untuk informasi mengalir. Tapi
komunikasi seperti ini sering dua arah : ini adalah apa yang mencirikan
percakapan. Riley 91.976) sebenarnya ciri wacanamelibatkan bukan hanya satu
tapi dua simultan-urutan: urutan tindakan ilokusi dan urutan “interaktif”
tindakan. Seperti yang kita lihat biasanya terdiri dari tindakan seperti mengundang, menerima, berterima kasih,
meminta maaf dll sedangkan tipe huruf
urutan terdiri dari tindakan seperti membuka, menutup, sisi-sequen, pencalonan
pembicara berikutnya dan seterusnya: Riley menekankan bahwa sementara dua
kegiatan ini pada mitra bagian percakapan yang simultan, mereka tidak berdiri
dalam hubungan satu-ke-satu: yaitu mereka sejajar tanpa harus berada difase.
Dengan demikian pertukaran dapat terdiri dari urutan enam tindakan ilokusi tapi
hanya empat yang interaktif..
Kemampuan
untuk mempertahankan percakapan dalam bahasa asing adalah salah satu tujuan
utama dari ajaran L2. Oleh karena itu tampaknya masuk akal untuk menanyakan apa
yang terlibat dalam memegang percakapan dalam bahasa apapun dan kemudian
mempertimbangkan pertanyaan apa perbedaan ada antara percakapan di L1 dan L2
dalam ini tentunya adalah dimensi kontrastif
Orang
mungkin mengharapkan studi komunikasi dyadic untuk menjadi usaha jauh lebih
kompleks daripada analisis tunggal, tindak tutur sepihak. Untungnya, karya
terbaru dalam analisis percakapan telah berhasil mengidentifikasi dua prinsip
meresap sesuai dengan yang percakapan yang terorganisir. ini adalah: Prinsip
Grice Aturan Kerjasama dan Lakoff tentang Kesopanan. Kami secara singkat akan
menyajikan tersebut kemudian mempertimbangkan implikasinya bagi CA.
Grice
(1967) mengusulkan bahwa percakapan sesuai dengan empat maksim, ini adalah
maksim:
1.
Quantity: sebagai informasi yang
diperlukan tapi tidak lebih
dari itu-menghindari redundansi
dari itu-menghindari redundansi
2.
Quality: hanya apa yang Anda
yakini benar atau apa
yang Anda memiliki bukti
yang Anda memiliki bukti
3.
Relevance: be to the point
4.Manner: jelas dan ringkas: menghindari ketidakjelasan mencolok
Berpikir tentang pepatah ini, membedakan
mereka dari aturan tata bahasa misalnya,
adalah bahwa penutur mencemoohkan mereka banyak waktu: memang, percakapan yang
diamati secara konsisten akan menjadi urusan yang sangat membosankan! Ketika
pendengar melihat pelanggaran ini untuk alasan yang baik: S bermaksud H untuk
melihat kesalahan dan menarik kesimpulan. Kesimpulan ini Grice mengacu
implikatur sebagai percakapan.
Komponen Conversation
Sejauh ini kita telah melihat dua tugas
percakapan: masuk akal dan memelihara hubungan. Kita sekarang beralih ke
pengelolaan percakapan, yang kita maksud cara dimana mereka dibuka, dipelihara
dan akhirnya dihentikan. Percakapan, seperti hal lainnya, memiliki awal,,
tengah dan berakhir.
OPENING:
ada lelucon tentang pengusaha Inggris dan gadis cantik yang menghabiskan satu
tahun bersama-sama terdampar di pulau terpencil. Pada saat diselamatkan mereka
bertanya bagaimana mereka bergaul bersama-sama .; mereka menjawab bahwa mereka
bahkan tidak berbicara, karena mereka belum diperkenalkan! Kebanyakan orang
acara tanpa perkenalan, mampu “memecahkan masalah dan memulai percakapan dengan
orang yang mereka temui secara kebetulan. Menurut Gorrman (1976: 266) kita buka
(dan dekat) percakapan dengan cara repertoar tetap “terang-terangan tergantung
pada definisi budaya dan dapat dikecualikan bervariasi cukup nyata dari
masyarakat ke masyarakat. Jika demikian, tampaknya akan menjadi ruang yang luas
untuk CA di daerah ini.
Saran
yang Opening dan Closing dinegosiasikan oleh bursa “ritual” ini mengingatkan
bagaimana beberapa sosiolog awal bahasa mengidentifikasi kelas formula lisan
yang mereka sebut Phatic Communion”.
Ini terdiri dari “pilihan dari seperangkat terbatas frase stereotip ucapan,
perpisahan, komentar tentang cuaca, dan berbicara kecil“(Laver, 1975: 218)
Menurut
Laver, Phatic Communion adalah
indexical dan deictic. Dengan “indexical” yang fungsinya adalah untuk
mengirimkan informasi H tentang kepribadian pembicara dan status sosial.
Mengatakan bahwa phatic communion
adalah “deictic” berarti bahwa itu mengacu pada “faktor” sempit khusus untuk
waktu dan tempat ucapan-ucapan “(Laver, ibid: 222), karena itu dapat melibatkan
baik waktu atau tempat deixis. referensi waktu dibagi menjadi Present, past
tense dan future tense dan begitu fatis dengan waktu deixis:
Nasty Storm last night. (Past)
What
beautiful time of year it is !
(present)
Do
you we’ll get rain tonight ?
(Future)
Place-
deixis adalah two-termed, menurut apakah tempat yang dimaksud adalah “di
sini“atau ada “tapi tentu saja,‘ada’akan dalam hal apapun dilihat dari
perspektif‘di sini’
Hotel ini bagus
apa bermain membosankan
Mereka melayani teh
sore di hotel lain
Dua
dimensi dimanfaatkan dalam indexical communion ditentukan oleh apakah seseorang
mengacu pada diri sendiri atau ke penerima seseorang: Self-oriented atau
ekspresi indexical lainnya berorientasi adalah dua tersedia
Phatic
Communion
Deictic Indexical
Self-Oriented Other Oriented
Time Place
Past Pres Fut Here There
Berikut
adalah beberapa contoh ekspresi indexical:
Self-Oriented:
Kerja keras, ini kaki saya membunuh say
Other-Oriented: kunci itu agak rumit. Apakah kamu sering kesini ?
Other-Oriented: kunci itu agak rumit. Apakah kamu sering kesini ?
Beberapa CA bereksplorasi pada percakapan
dalam bahasa Inggris dan Jerman telah dilakukan di University of Bochum (Rumah
1977). Ada bukti yang sangat erat dari perbedaan dalam penataan percakapan
pembukaan dalam dua bahasa tersebut. Pola pertukaran khas pembukaan a) atau b)
dalam bahasa Inggris tapi c) atau d) di Jerman:
English
a)
X :
Greeting
Y : Greeting + Enquiry after X’s
helath
b) X :
Greeting
Y :
Greeting
X :
Enquiry after Y’s helath
Y :
Answer enquiry + Enquiry after X’health
German
a)
X :
Greeting
Y : Greeting + enquiry after X’ health
b) X :
Greeting + Enquiry after Y’s health
Y :
Greeting + Answer enquiry
Pembaca,
mungkin ingin melakukan CA sendiri dari struktur ini tipe pertukaran dalam
bahasa Inggris dan Jerman, yang kontras adalah: i) Pembukaan adalah pertukaran
biasanya terdiri dari 3-4 ternyata dalam bahasa Inggris dan 2-3 di Jerman dan
ii) Jerman dapat membuang dengan maju mundurnya penyelidikan tentang kesehatan:
tidak c) atau d) memiliki balasan ini. Mengapa harus begitu? Ini dapat
dijelaskan dalam hal penampilan Jerman penyelidikan dengan kesehatan ini
sebagai tidak lebih dari formula, sedikit etiket yang hanya perlu diamati
sekali oleh salah satu pembicara.
Closing:
Phatic Communion, seperti dijelaskan di atas, digunakan juga untuk percakapan
secara damai. Tentu saja salah satu dapat berniat untuk, atau karena masalah
membuang dengan etiket, dimana pada satu akan dipandang sebagai sosial canggung
atau salah satu pasangan akan dituntun untuk percaya ia telah marah. Satu hal
yang pasti: percakapan dihentikan tanpa Phatic Communion tidak akan mudah untuk melanjutkan pada
beberapa kesempatan di masa depan. Fungsi dari closing ya ngsopan adalah untuk
memastikan dimulainya kembali mudah.
Mempertahankan
Percakapan
Percakapan
bisa gagal dalam dua cara dasar. Para peserta dapat menyadari bahwa mereka
tidak mencapai tujuan komunikatif mereka, sehingga mereka meninggalkan percakapan.
atau salah satu peserta dapat berhenti untuk berkontribusi dimana hasil kasus
baik monolog atau ada pengabaia. Untuk memiliki “kompetensi komunikatif” adalah
untuk dapat mengaktifkan strategi untuk menghindari kegagalan tersebut dan
sementara kerusakan tersebut bahkan dapat terjadi antara penutur asli, itu
lebih mungkin terjadi ketika salah satu pembicara adalah seorang pelajar. Mari
kita mempertimbangkan dua jenis kegagalan:
a)
Her
Ober, wir hatten gern zwei Bier Bitte
b)
Bringen
Sie unz zwei Bier Bitte
Realisasi
ini dari pesanan deklaratif dan imperatif masing-masing, kedua tidak akan
mungkin dalam pengaturan ini dalam bahasa Inggris:
?
Pelayan, Tolong, kami ingin dua bir
?
tolong bawakan kami dua bir
Abandonment of
Conversation (Pengabaian dari Percakapan)
Inti
dari percakapan, setidaknya dalam budaya Anglo-Saxon, adalah bahwa “setidaknya
dan tidak lebih dari satu pembicaraan pihak pada satu waktu”. Orang berbicara
dikatakan TURN dan percakapan yang disusun dalam MOVES didefinisikan oleh
Goffman (1972: 272) “setiap peregangan
penuh bicara atau penggantinya yang memiliki bantalan kesatuan khas pada
beberapa set atau lain dari keadaan di mana peserta menemukan diri mereka.
Definisi ini jauh, tapi yang penting adalah bahwa MOVE adalah pembicaraan-tugas
yang S dan H beroperasi lebih, setelah mencapai beberapa kesepakatan diam-diam
pada tujuan dari pembicaraan mereka. Bicara adalah pekerjaan yang diarahkan
pada tujuan. MOVES akan disusun dalam EXCHANGE dan ini menjadi converstion,
sehingga kita memiliki skala berikut unit wacana:
Conversation
Move
Ruang Lingkup Penelitian
Ini
harus jelas bagi pembaca bahwa CA linguistik makro adalah bidang baru
penyelidikan, menunggu eksplorasi. Memang benar bahwa ada sedikit data yang diterbitkan
pada tekstual dan wacana CA. Dan di sini di mana pembaca yang tahu dua bahasa
dengan baik-dan kecuali saya -memiliki kontribusi untuk membuat. observasi
informal perilaku bahasa dalam dua domain ini akan banyak kasus menyebabkan
penelitian diawasi dan dipublikasi dan diseminasi. Namun, ada rasa dimana semua
ini tidak benar-benar baru, tapi telah agak diabaikan. Sapir dan Whorf dan Lado
- yang berpikir dalam hal linguistik budaya-pasti menunjuk ke arah ini, Hanya
sekarang mulai melihat bahwa mereka harus dipahami secara harfiah.
untuk melihat video presentasi dari materi ini dapat dibuka pada