ANALISIS KONTRASTIF
PREFIKSASI VERBA AKTIF
BAHASA
INDONESIA DENGAN BAHASA SUNDA
Septian Aji Setia Permana
7316168018
Pendidikan Bahasa Non
Reguler, Program Pascasarjana UNJ, 2016
tianaji820@gmail.com
ABSTRAK
Makalah ini mendeskripsikan analisis kontrastif prefiksasi verba aktif
bahasa Indonesia (BI) dengan bahasa Sunda (BS). Analisis ini dilakukan untuk
mendeskripsikan: (1) proses pembentukan verba aktif berprefiks dalam BI dan (2)
proses pembentukan verba aktif berprefiks dalam BS.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, dengan menggunakan teknik analisis unsur langsung dan teknik
matriks (kisi-kisi). Dengan demikian, verba aktif berprefiks sebagai objek
kajian dapat dianalisis kemudian dideskripsikan proses pembentukan dan
pengkaidahannya secara jelas, juga dapat dilihat distribusi fonem awal verba
dasar yang akan diimbuhi prefiks.
Hasilnya menunjukkan bahwa BI memiliki sedikit prefiksasi pembentuk verba aktif
daripada BS. Dalam BI terdapat dua prefiks, sedangkan BS terdapat empat
prefiks. Di samping itu, baik dalam BI maupun BS terdapat proses morfofonemik
yang menunjukkan proses perubahan bunyi dari prefiks-prefiks pengimbuhnya.
Dalam BI, proses morfofonemik terdapat pada meN-
dan ber-, sedangkan dalam BS,
proses morfofonemik terdapat pada barang-
dan N-.
Kata Kunci: morfologi, verba aktif,
prefiks
Pendahuluan
Kajian terhadap
struktur bahasa Indonesia (BI) dan bahasa-bahasa daerah telah banyak dilakukan,
baik yang berkaitan dengan subsistem fonologis, subsistem gramatikal (morfologi
dan sintaksis), maupun subsistem semantis (Kridalaksana, 2002:30).
Kridalaksana
(1994) mengungkapkan bahwa verba merupakan subkategorisasi kata yang memiliki
ciri dapat bergabung dengan partikel tidak,
tetapi tidak dapat bergabung dengan partikel di, ke, dari, sangat, lebih atau agak. Selain itu, verba dapat dicirikan oleh perluasan kata dengan rumus V + dengan + Adj. Misalnya, berlari dengan cepat. Kata berlari merupakan verba. Apabila verba
dilihat dari hubungannya dengan nomina, verba dapat dibedakan menjadi: verba
aktif, verba pasif, verba anti-aktif (ergatif), dan verba anti-aktif. Di
samping itu,
Sebuah
verba dapat mengalami proses morfologis, salah satunya adalah proses afiksasi
(pengimbuhan). Afiksasi adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem
menjadi kata setelah mendapat afiks, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa
Sunda cukup banyak jumlahnya. Misalnya, kata membaca berasal dari leksem baca
yang mengalami proses morfologis afiksasi dengan memperoleh afiks meN-
(Arifin dan Junaiyah, 2009:10).
Metode Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus yang difokuskan
pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan
mengabaikan fenomena-fenomena lainnya (Sukmadinata, 2005:99). Fonemena dalam
penelitian ini bersumber kepada pengamatan kualitatif atau naturalistik, yakni
data bahasa tulis yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa data tertulis atau data lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma,
1993:10).
Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan
penyusunan teori substantif yang berasal dari data. Karena itu, penelitian
kualitatif mengacu kepada teori dasar (grounded
theory) yang lebih responsif terhadap nilai-nilai kontekstual. Desain
penelitian kualitatif bersifat sementara, artinya disesuaikan secara
terus-menerus sesuai dengan kenyataan data yang ada.
Pengolahan
data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode kajian distribusional.
Upaya penentu yang digunakan dalam kerangka kerja ini berupa unsur bahasa itu
sendiri.
Sejauh
tidak menyimpang dari objek sasarannya, akan dimanfaatkan teknik analisis unsur
langsung (immediate constituent) dan
teknik matriks.
1. Teknik
analisis unsur langsung digunakan peneliti untuk menentukan proses prefiksasi
verba aktif. Misalnya, dalam kalimat berikut terdapat proses perubahan verba baca dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda.
(01) Dia sedang
membaca buku.
S
pel
P aktif
O sas
(02) Manehna keur
maca buku.
S
pel
P aktif O sas
Kalimat
(01) menunjukan perubahan bentuk infleksional verba baca mengalami proses afiksasi sebagai berikut: meN- + baca (v) à membaca. Kalimat (02)
menunjukkan bahwa verba baca mengalami
perubahan sebagai berikut: N-baca (v)
à maca.
2. Teknik
matriks atau kisi-kisi digunakan peneliti untuk memperlihatkan afiksasi verba
aktif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Hasil dan Pembahasan
Bahasan dalam makalah ini dideskripsikan pada dua hal utama, yakni: (1)
proses prefiksasi verba aktif BI dan (2) proses prefiksasi verba aktif BS.
Bahasannya ditinjau dari proses pembentukan verba aktifnya, kaidah
morfofonemiknya, serta distribusi fonem awal kata dasar pembentuk verba
berprefiksnya.
1.
Proses Prefiksasi Verba Aktif BI
Dalam bahasa Indonesia terdapat dua prefiks pembentuk
kata kerja. Kedua prefiks ini sangat produktif dalam pembentukan verba bahasa
Indonesia. Prefiks tersebut adalah meN-
dan ber-. Proses pembentukannya
acapkali mengalami proses morfofonemik yang sering membingungkan penggunaanya,
terutama proses nasalisasi verba.
Proses morfofonemik merupakan proses berubahnya suatu
fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Proses morfofonemik pada prefiksasi verba meN- dideskripsikan sebagai berikut.
(a) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai
dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /k/, /kr/, /kh/, /h/, dan /x/ bentuk
meN- akan menjadi meng-. Prosesnya
sebagai berikut.
-
meN- + (a)tur v à mengatur
-
meN- + (i)ris v à mengiris
-
meN- + (e)ndap v à mengendap
-
meN- + (o)lok v à mengolok
-
meN- + (g)anggu v à mengganggu
-
meN- + (k)arang v à mengarang (terjadi
peluluhan)
bedakan
dengan:
meN- +
(kr)itik v tidak mengritik, tetapi mengkritik
meN- +
(kh)usus vi + -kan tidak mengususkan,
tetapi mengkhususkan
-
meN- + (h)itung v à menghitung
-
meN- + (x)enofili n +-kan à mengxenofilikan
(b) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang
dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ƞ/, /ň/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk meN-
akan menjadi me- Prosesnya sebagai
berikut.
-
meN- + (l)acak v à melacak
-
meN- + (m)asak v à memasak
-
meN- + (n)aik v à menaik
-
meN- + (ƞ)eog v à mengeong
-
meN- + (ň)anyi v à menyanyi
-
meN- + (r)obek v à merobek
-
meN- + (y)akin v + -i à meyakini
-
meN- + (w)abah v + -i à mewabah
(c) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang
dimulai dengan fonem /c/, /d/, /j/ /ş/, /z/ atau /t/, bentuk meN- akan menjadi men-. Prosesnya sebagai berikut.
-
meN- + (d)ukung v à mendukung
-
meN- + (z)alim v i+ -i à menzalimi
-
meN- + (t)arik v à menarik (terjadi peluluhan)
(d) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang
dimulai dengan fonem /b/, /p/, /v/ atau /f/, bentuk meN- akan menjadi mem-. Prosesnya sebagai berikut.
-
meN- + (b)oyong v à memboyong
-
meN- + (p)ukul v à memukul (terjadi
peluluhan)
-
meN- + (v)ideo v -kan à memvideokan
-
meN- + (f)itnah v à memfitnah
Kata dasar yang bermula dengan fonem /f/ berasal dari
bahasa asing. Perlu diperhatikan bahwa fonem /p/ dati patuhi dan pakai. Akan
tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang
mengawali prefiks per- atau dasarnya
berawal per- dan pe- tertentu. Misalnya: mempelajari,
memperbincangkan
(e) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang
dimulai dengan fonem /s/ bentuk meN-
akan menjadi meny-. Prosesnya sebagai
berikut.
-
meN- + (s)apu v à menyapu (terjadi
peluluhan)
-
meN- + (ş)ukur v +
-ià mensyukuri
-
meN- + (j)ahit v
à menyjahit
-
meN- + (c)uci v à menycuci
Tampaknya untuk menghindari kesulitan dalam menulis dan
membacanya, fonem /meny/ seperti yang
terdapat pada kata-kata menysyukuri,
menycuci, menyjahit dilambangkan dengan huruf men-. Dengan demikian, secara morfologis kata-kata itu sesungguhnya
berasal dari meN- + {syukuri, cuci, jahit} à menysyukuri, menycuci, menyjahit. Akan tetapi, dari segi tulisan
(ortografis), kata-kata tersebut ditulisakan menjadi mensyukuri, mencuci, dan menjahit sehingga dapat dengan mudah
dituliskan dan mudah juga dibaca.
(f) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang
bersuku satu bentuk meN- akan menjadi menge-.
Prosesnya sebagai berikut.
-
meN- + tik v à mengetik
-
meN- + pel v à mengepel
(g) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya
diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang
bersuku satu mempertahankan unsur morfofonemik di depan dasar yang direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut,
misalnya menulis-nulis, menari-nari,
mengelap-ngelap, mengetik-ngetik.
Dari pembahasan di atas dapat dibentuk tabel prefiksasi
meN- berikut ini.
|
meng-
(morf)
|
mem-
|
men-
|
meny-
|
me-
|
menge-
|
|
/a/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/b/
|
|
V
|
|
|
|
|
|
/c/
|
|
|
V
|
|
|
||
/d/
|
|
|
V
|
|
|
|
|
/e/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/f/
|
|
V
|
|
|
|
|
|
/g/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/h/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/i/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/j/
|
|
|
V
|
|
|
||
/k/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/kh/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/kr/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/l/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/m/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/n/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/ƞ/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/ň/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/o/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/p/
|
|
V
|
|
|
|
|
|
/q/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/r/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/s/
|
|
|
|
V
|
|
|
|
/ş/
|
|
|
V
|
|
|
||
/t/
|
|
|
V
|
|
|
|
|
/u/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/v/
|
|
V
|
|
|
|
|
|
/w/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/x/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/y/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/z/
|
|
|
V
|
|
|
|
|
Ekasuku
|
|
|
|
|
|
V
|
|
per- dan pe- (tertentu)
|
V
|
V
|
Tabel 4.1 Proses Morfofonemik meN-
Dari tabel di atas, terlihat bahwa bentuk meng- paling produktif. Ini disinyalir
bahwa meN- sebetulnya adalah
perubahan-perubahan morfofonemik dari prefiks meng-. Dengan demikian, bisa kita sebut prefiks meng- sebagai morf dari alomorf me-, men-, meny-, menge-, mem-, dan meng-
itu sendiri.
Setelah mendeskripsikan proses morfofonemik verba aktif
berprefiks meN- selanjutnya proses
morfofonemik pada prefiksasi verba ber-
dideskripsikan sebagai berikut.
(a) Prefiks ber-
berubah menjadi be- jika ditambahkan
pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/. Dalam proses afiksasi ber- terjadi penghilangan fonem /r/ pada
prefiks ber-. Dengan demikian, hanya
ada satu r saja, sebagai contoh: beransel, berenang dan berendam.
(b) Prefiks ber- berubah
menjadi be- jika ditambahkan pada
dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. Prosesnya sebagai berikut.
-
ber- + kerja v à bekerja
-
ber- + serta v à beserta
-
ber- + cermin v à becermin
Bandingkan dengan
-
ber- + kurban v à berkurban
-
ber- + karya v à berkarya
Ber- pada dua contoh di atas tidak berubah karena suku pertama
kedua tata ini tidak berakhir dengan er, tetapi ar dan ur.
(c) Prefiks ber- akan
berubah menjadi bel- jika ditambahkan
pada dasar tertentu. Prosesnya sebagai berikut.
-
ber- + ajar v à belajar
-
ber- + unjur v à belunjur
(d) Prefiks ber- tidak
berubah bentuknya apabila digabungkan dengan dasar di luar kaidah 1-3 di atas.
Prosesnya sebagai berikut.
-
ber- + bicara v à berbicara
-
ber- + main v à bermain
2.
Proses Prefiksasi Verba Aktif BS
Dalam bahasa Sunda prefiks pembentuk verba aktif adalah ba-, barang-, di-, dan N-(nasal). Jika dilihat dari jumlah prefiks pembentuk verba aktifnya, BS
lebih produktif dibandingkan dengan BI yang hanya memiliki dua prefiks
pembentuk verba aktif. Deskripsi mengenai prefiksasi verba aktif BS sebagai
berikut.
Prefiks ba- dalam BS berfungsi
membentuk verba (fungsi verbal) yang memiliki ‘perbuatan intransitif’.
Prosesnya ditunjukkan dengan data berikut ini.
-
ba- + darat à badarat
-
ba- + rempug à barempug
-
ba- + layar à balayar
(1) berlayar – balayar
(2) berlari – lumpat
(3) badarat – tidak
terdapat berdarat dalam BI
Beberapa verba berprefiks ba- seperti balayar dalam
bahasa Indonesia ditunjukkan dengan prefiks ber-
seperti berlayar. Pada contoh (1) ber- serupa dengan ba-,
tetapi dalam contoh (2) menunjukkan bahwa tidak semua ber- berubah
menjadi ba-, sedangkan contoh (3) menunjukkan bahwa tidak semua ba-
berubah jadi ber- atau tidak ada padanannya.
Prefiks barang- dalam
BS berfungsi untuk membentuk verba yang memiliki arti ‘perbuatan yang tidak
tentu tujuan atau objeknya’. Prosesnya
seperti dideskripsikan dengan data berikut ini.
-
barang- + beuli à barangbeuli
-
barang- + tanya à barangtanya
-
barang- + injeum à baranginjeum
-
barang- + siar à barangsiar, balangsiar
Konsep prefiks barang-
dalam BI tidak terkognisi melalui prefiks, tetapi menjadi reduplikasi.
(1) Lamun barangbeuli teh ulah nu teu perlu.
(2) Kalau beli-beli jangan yang tidak perlu.
Prefiks di-
berfungsi untuk membentuk verba yang memiliki arti ‘perbuatan aktif’. Prosesnya
sebagai berikut.
-
di- + baju à dibaju
-
di- + gawe à digawe
-
di- + ajar à diajar
Nampaknya proses prefiksasi di- pada kata digawe dan
diajar itu selaras dengan prefiksasi ber- à be- pada kata bekerja dan belajar.
Konsep prefiks di- dalam bahasa Indonesia hanya
dikenal sebagai pembentuk kata kerja pasif. Namun, dalam bahasa Sunda prefiks di-
digunakan selain dalam bentuk pasif digunakan pula dalam bentuk aktif.
Contoh:
(1) Dia sedang
menggunakan baju.
(2) Dia sedang dibajui
oleh ibunya.
(3) Manehna keur
dibaju.
(4) Manehna keur
dibajuan ku indungna.
Prefiks N-(nasal)
memiliki proses pembentukan verba aktif yang paling rumit. Sama halnya dengan
prefiks meN- dalam bahasa Indonesia,
prefiks N- ini mengalami proses
morfofonemis ketika bertemu dengan fonem-fonem tertentu. Proses morfofonemis
tersebut dideskripsikan melalui data berikut ini.
(a) Jika prefiks N-
bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, dan /f/ bentuk N- akan menjadi /m/. Prosesnya sebagai
berikut.
-
N- + (b)aca à maca
-
N- + (p)acul à macul
-
N- + (f)itnah à mitnah
(b) Jika prefiks N-
bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /t/ bentuk N- akan menjadi /n/. Prosesnya sebagai
berikut.
-
N- + (t)ulis à nulis
-
N- + (t)onjok à nonjok
(c) Jika prefiks N-
bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /c/ dan /s/ bentuk N- akan menjadi /ny/. Prosesnya sebagai
berikut.
-
N- + (c)abak à nyabak
-
N- + (s)apu à nyapu
(d) Jika prefiks N-
bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /ə/,
/ɛ/ /o/ dan /k/ bentuk N- akan
menjadi /ng/. Prosesnya sebagai berikut.
-
N- + (a)la à ngala
-
N- + (i)bing à ngibing
-
N- + (u)rus à ngurus
-
N- + (e)ndeuk + R à ngeundeuk-ngeundeuk
-
N- + (ɛ)ngklak à ngéngklak
-
N- + (ə)mplad à ngemplad
-
N- + (k)arang à ngarang
(e) Jika prefiks N-
bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /d/, /g/, /h/, /j/,
/l/ /m/, /n/, /ň/, /r/, /v/, /w/, dan /y/ bentuk N- akan menjadi /nga/. Prosesnya sebagai berikut.
-
N- + (b)edah à ngabedah
-
N- + (d)orong à ngadorong
-
N- + (g)olér à ngagolér
-
N- + (h)uit à ngahuit
-
N- + (j)jawab à ngajawab
(f) Jika prefiks N-
bertemu dengan ekasuku bentuk N- akan
menjadi /nge/. Prosesnya sebagai berikut.
-
N- + (t)ik à ngetik
-
N- + (c)et à ngecét
-
N- + (p)el à ngepel
-
N- + (l)as à ngelas
-
N- + (b)om à ngebom
Terdapat kemiripan proses nasalisasi. Kemiripan proses
nasalisasi itu sebagai berikut.
*
men- à n-
*
meny- à ny-
*
menge- à nge-
*
mem- à m-
*
meng- à ng-
Dari pembahasan di atas
dapat dibentuk tabel proses morfofonemik prefiksasi N- dalam BS sebagai berikut.
|
/m/
|
/n/
|
/ny/
|
/ng/
|
/nga/
|
/nge/
|
|
/a/
|
|
|
|
V
|
|
|
|
/b/
|
V
|
|
|
|
V
|
|
|
/c/
|
|
|
V
|
|
|
|
|
/d/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/e/
|
|
|
|
V
|
|
|
|
/f/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/g/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/h/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/i/
|
|
|
|
V
|
|
|
|
/j/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/k/
|
|
|
|
V
|
|
|
|
/l/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/m/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/n/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/ň/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/o/
|
|
|
|
V
|
|
|
|
/p/
|
V
|
|
|
|
|
|
|
/r/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/s/
|
|
|
V
|
|
|
|
|
/t/
|
|
V
|
|
|
|
|
|
/u/
|
|
|
|
V
|
|
|
|
/v/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/w/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
/y/
|
|
|
|
|
V
|
|
|
Ekasuku
|
|
|
|
|
|
V
|
Tabel 4.2 Proses
Morfofonemik N-
Dari tabel di atas, terlihat bahwa bentuk nga- paling produktif. Ini
mengindikasikan bahwa N- sebetulnya
adalah perubahan-perubahan morfofonemik dari prefiks nga-. Dengan demikian, bisa kita sebut prefiks nga- sebagai morf dari alomorf m-,
n-, ny-, ng-, nge-, dan nga- itu sendiri.
Simpulan
Dalam BI dan BS terdapat afiksasi. Proses afiksasi
tersebut salah satunya adalah prefiksasi (pembubuhan awalan). Prefiksasi verba
dalam BI ditandai dengan prefiks meN-
dan ber-, keduanya mengalami proses
morfofonemik. Dalam BS terdapat lebih banyak prefiksasi verba, yakni: ba-, barang-, di-, dan N-(nasal). Pada prefiksasi barang- dan N-(nasal) terdapat proses
morfofonemik.
Dalam BI prefiks meN-
disinyalir berasal dari prefiks
meng-. Hal itu didasarkan pada produktivitas bentukan kata turunan dari
prefiks meng- lebih banyak dibanding
yang lainnya. Prefiks meng- dianggap
sebagai morf dari alomorf me-, men-,
mem-, meny-, menge-, dan meng- itu
sendiri.
Dalam BS prefiks N-
disinyalir berasal dari prefiks nga-.
Hal itu didasarkan pada produktivitas bentukan kata turunan dari prefiks N- lebih banyak dibanding yang lainnya.
Prefiks nga- dianggap sebagai morf
dari alomorf n-, ng-, ny-, nge-, m-, dan
nga- itu sendiri.
Daftar Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan
Junaiyah. 2009. Morfologi: Bentuk, Makna,
dan Fungsi. Jakarta: Grasindo.
Kridalaksana, Harimurti.
1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudaryat, Yayat. 1996. Pedaran Basa Sunda. Bandung: CV Geger
Sunten.
Sudaryat, Yayat et al. 2007. Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: CV Yrama Widya.