ANALISIS
KONTRASTIF KALIMAT INTEROGATIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA JAWA
MARITA
WIJAYANTI
Mahasiswa Pedidikan Bahasa
Pascasarjana, UNJ
marita_rk@yahoo.com
ABSTRAK
Tulisan ini berfokus
pada perbandingan kalimat interogatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
yang meliputi persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam kalimat. Secara umum,
kalimat interogatif adalah kalimat
yang dibentuk untuk mendapatkan respons berupa jawaban. Dalam bahasa tulis,
kalimat interogatif ditandai oleh hadirnya kata tanya, diakhiri oleh tanda
tanya (?) sedangkan pada bahasa lisan, ditandai dengan intonasi naik jika ada
kata tanya atau intonasi turun. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif . Pembahasan
pada tulisan ini dibatasi pada (1) kata tanya pada kalimat
interogatif bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, dan (2) penggunaan kalimat introgratif
yang dilihat dari segi bentuknya dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Kata
Kunci: Analisis
Kontrastif, kalimat, kalimat Interogatif
PENDAHULUAN
Bahasa mempunyai peran
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak terlepas
dari keharusan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi
seseorang mengutarakan pendapat dan pandangannya dalam suatu bahasa. Dengan
bahasa manusia dapat menyampaikan berbagai berita, pikiran, pengalaman,
gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan lain-lain kepada orang lain.
Sebagai pendidik kita
sering menemukan kesulitan dalam mengajarkan bahasa kedua kepada peserta didik
dalam pembelajaran, seperti pemakaian kata dalam bahasa daerah ketika belajar
bahasa Indonesia yang seharusnya pemakaian kata tersebut digunakan ketika
belajar bahasa daerah. Hal ini merupakan salah satu peran analisis kontrastif
yang dibutuhkan oleh guru dalam kegiatan belajar untuk memperbaiki kesalahan
siswa sehingga siswa dapat segera menguasai bahasa sasaran (bahasa Indonesia)
yang dipelajari. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Sutedi (2008:31)
bahwa di antara dua bahasa yang berbeda, pasti ada titik persamaan dan perbedaannya.
Di sini, siswa diajak untuk mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan dari
kedua bahasa tersebut dan mempraktikkannya dalam belajar.
Perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perbandingan kata tanya yang digunakan
dalam kalimat interogatif pada Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, dan (2)
Bagaimana perbandingan penggunaan kalimat interogatif dilihat dari bentuknya
dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Analisis
Kontrastif
James dalam Tarigan
(1992 : 6) menguraikan bahwa terdapat dua versi hipotesis Anakon, yaitu
hipotesis bentuk kuat (strong form hypothesis) dan hipotesis bentuk
lemah (weak form hypothesis). Hipotesis bentuk kuat menyatakan bahwa
“semua kesalahan dalam B2 dapat diramalkan dengan mengidentifikasi perbedaan
anatara B1 dan B2 yang dipelajari para “siswa”. Hipotesis bentuk lemah
menyatakan bahwa Anakon (Analisis Kontrastif) dan Anakes (analisis kesalahan)
harus saling melengkapi. Anakes mengidentifikasi kesalahan di dalam korpus
bahasa siswa, lalu Anakon menetapkan kesalahan mana yang termasuk kedalam
kategori yang disebabkan oleh perbedaan B1 dan B2.
Dalam Sutedi (2009:117)
tujuan dari analisis kontrastif yaitu mendeskripsikan berbagai persamaan dan
perbedaan tentang struktur bahasa (obyek-obyek kebahasaan) yang terdapat dalam
dua bahasa yang berbeda atau lebih. Analisis kontrastif semula ditujukan untuk
kepentingan dalam pengajaran bahasa II, tetapi mengalami perkembangan ke dua
arah, yaitu: (1) analisis kontrastif yang menekankan pada kegiatan
pendeskripsian tentang persamaan dan perbedaannya saja; dan (2) analisis
kontrastif yang menekankan pada latar belakang dan kecenderungan yang menjadi
penyebab timbulnya persamaan dan perbedaan diantara bahasa yang diteliti
tersebut.
Pada
arah pertama, biasanya yang dibandingkan hanya dua bahasa, yaitu bahasa sasaran
(bahasa II) dan bahasa ibu pembelajar, karena hasilnya akan dimanfaatkan untuk
kepentingan pembelajaran bahasa tersebut. Pada arah yang kedua, yang
dibandingkan dua bahasa yang berbeda atau lebih, dengan maksud untuk mencari
kesemestaan (keuniversalan/fuhensei) dari berbagai persamaan dan
perbedaan yang dimiliki setiap bahasa yang ditelitinya (Sutedi, 2009:117).
Jadi, tujuan dari analisis kontrastif yaitu mendeskripsikan berbagai persamaan
dan perbedaan tentang struktur bahasa (obyek-obyek kebahasaan) yang terdapat
dalam dua bahasa yang berbeda atau lebih.
Kata Tanya dalama Kalimat Interogratif pada
Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
Moeliono (1997 : 288) menyatakan bahwa kalimat interogratif
adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika ingin
mengetahui jawaban terhadap suatu masalah atau keadaan, dapat dinyatakan dengan
memakai kalimat tanya.
Selanjutnya, Alwi (2003: 358) menyatakan kalimat
interogratif adalah kalimat yang dipergunakan dengan tujuan memperoleh reaksi
berupa jawaban dari yang ditanya atau penguatan sesuatu yang telah diketahui
oleh penanya. Dari pendapat-pendapat tersebut kalimat interogatif ini digunakan ketika penutur ingin
memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan.
Berikut ini adalah tabel penggunaan kata tanya sederhana
dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia:
B1
(Bahasa Jawa)
|
B2
(Bahasa Indonesia)
|
Makna
|
apa,
napa
|
apa
|
Kata tanya yang digunakan untuk
menanyakan benda, keadaan, atau perbuatan.
|
sapa
|
Siapa
|
kata tanya yang digunakan untuk
menanyakan nama orang
|
kapan
|
kapan
|
Kata tanya yang digunakan untuk
menanyakan waktu
|
priye,
kepripun, kadospundi
|
bagaimana
|
Kata tanya yang digunakan untuk
menanyakan cara, perbuatan
|
pira, pinten
|
berapa
|
Kata tanya yang digunakan untuk
menanyakan bilangan yang mewakili jumlah, ukuran, nilai, harga, satuan, waktu
|
endi
|
mana
|
Kata tanya yang digunakan untuk
menanyakan salah seorang atau salah satu benda atau hal dari suatu kelompok
|
ing ngendi, tindak pundi
|
ke mana
|
Kata
tanya yang digunakan untuk menanyakan tempat tujuan
|
Wonten
pundi, menyang endi, dhateng pundi
|
di mana
|
Kata tanya yang digunakan untuk
menanyakan tempat
|
Berikut ini adalah perbandingan yang didapat pada tabel perbandingan B1
dan B2 di atas:
(1) Persamaan
·
kata apa yang digunakan untuk
menanyakan benda, keadaan, atau perbuatan.
·
kata kapan yang digunakan
untuk menanyakan waktu.
(2) Perbedaan
·
Kata priye, kepripun,
kadospundi
(bagaimana) yang digunakan untuk menanyakan cara, perbuatan.
·
Kata pira, pinten (berapa) yang digunakan
untuk menanyakan bilangan yang mewakili jumlah, ukuran, nilai, harga, satuan,
waktu
·
Kata endi
(mana) yang digunakan
untuk menanyakan salah seorang atau salah satu benda atau hal dari suatu
kelompok.
·
Kata ing ngendi, tindak pundi (ke
mana) yang digunakan untuk menanyakan tempat tujuan
·
Kata wonten
pundi, menyang endi, dhateng pundi (di mana) ang digunakan untuk menanyakan
tempat
Penggunaan Kalimat Interogatif Dilihat dari Bentuknya dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Jawa
Kalimat Interogatif
adalah kalimat yang modus verbalnya menyatakan pertanyaan. Kalimat intogratif
dapat dimarkahi oleh kata ganti tanya, intonasi (dalam bahasa lisan), dan tanda
tanya (dalam ragam tulis). Dalam
bahasa Indonesia, Irman (2008: 57) mencirikan kalimat tanya menjadi empat hal,
yaitu:
1.
Penggunaan
kata tanya apa, siapa, di mana, ke mana,
dari mana, bagaimana, mengapa, dan berapa.
Contoh kalimat: (1) Bagaimana kondisi ayahmu saat ini? (2) Berapa usia
ibumu?
2.
Penggunaan
kata bukan atau tidak. Contoh kalimat (1) Bukankah ini dompet yang kamu bawa?
(2) Ini hasil ulanganmu, bukan? (3) Dan Tidakkah dia merasa aneh dengan
sikapmu?
3.
Penggunaan
klitika-kah pada predikat kalimat
yang diubah susunannya SP-PS.
Contoh kalimat:
Ia lulus tahun ini yang
kemudian menjadi Luluskah ia tahun ini?
S
P P
S
4.
Penggunaan
intonasi naik pada suku kata akhir kalimat. Contoh kalimat:
Dalam bahasa Jawa, dalam ragam tulis
penanda keinterogatifan pada jenis ini dapat dilihat dari partikel tanya yang
digunakan, seperti apa, pa, ya, ta. Dan lain-lain. Kata tanya yang
digunakan di dalam kalimat interogatif bahasa Jawa digolongkan menjadi dua,
yaitu kata ganti tanya berkorespondensi persona dan berkorespondensi petunjuk.
Kata ganti tanya berkorespondensi persona dinyatakan dengan kata sapa ‘siapa’.
Kata ganti tanya berkorespondensi petunjuk dinyatakan dengan kata apa ‘apa’, endi ‘mana’, kapan
‘kapan’, kepriye ‘bagaimana’, dan pira ‘berapa’
Berikut ini adalah contoh
kalimat interogatif dalam ragam bahasa tulis yang menggunakan kata tanya
berkorespondensi persona sebagai berikut. Posisi kata ganti tanya pada kalimat
interogatif dapat berada pada awal, tengah , atau akhir kalimat.
Contoh:
(1) Pira
cacahé dhuwitmu?
Berapa
jumlah uangmu?
(2)
Cacahé
pira dhuwitmu?
Jumlahnya
berapa uangmu?
(3) Cacahé dhuwitmu pira?
Jumlah uangmu
berapa?
Di samping kata ganti
tanya, kalimat interogatif dapat ditandai dengan tanda tanya pada akhir kalimat
dalam ragam tulis atau intonasi tanya dalam ragam bahasa lisan. Oleh karena
itu, kalimat berikut tergolong kalimat interogatif walaupun tanpa tanda tanya.
·
Wis
Adus?
Sudah
mandi?
·
Tuti
durung mangan?
Tuti
belum makan?
Di dalam ragam lisan,
intonasi tanya dapat digambarkan sebagai berikut:
Intonasi tanya dapat
berakhir dengan nada ke bawah yang sebelumnya didahului tekanan atau nada naik,
seperti contoh (1) atau dapat juga berakhir dengan nada naik (meninggi) seperti
contoh (2)
Selanjutnya, kalimat interogatif dilihat dari bentuknya,
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu keniscayaan, alternatif, dan
informatif (Depdikbud, 1998: 10). (1) Kalimat interogatif keniscayaan ditandai
dengan kata tanya (?) dan partikel tanya, (2) kalimat interogatif alternatif
ditandai dengan adanya pilihan jawaban, dan (3) kalimat interogatif informatif
ditandai dengan adanya kata tanya.
(1)
Kalimat
interogatif keniscayaan mengharapkan jawaban yang mengiyakan atau menidakkan.
Contoh kalimat:
·
Apa
dia jadi pergi ke Surabaya?
·
Apa
jawaban sudah diterima?
(2)
Kalimat
interogatif alternatif menyatakan dua pilihan atau lebih dan lawan bicara
diharapkan menjawab dengan memilih pilihan yang dinyatakan.
Contoh kalimat:
Apa dia sengaja atau tidak
meninggalkan tas saya di kelas?
(3)
Kalimat
interogatif informatif mengharapkan jawaban berupa informasi yang ditandai
dengan adanya kata tanya.
Contoh kalimat:
Siapa nama ibumu?
Dalam bahasa Jawa, kalimat interogatif dilihat dari bentuknya, dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu keniscayaan, alternatif, dan informatif.
1. Sukesti
(1997: 30) kalimat interogatif keniscayaan adalah kalimat yang digunakan untuk
menanyakan sutu kepastian informasi dengan jawaban. Kalimat interogatif
keniscayaan ditandai dengan intonasi dan partikel.
Contoh kalimat:
“Warung
niku napa sadean sega pecel, nggih?”
Artinya: Warung itu apa jual nasi pecal,
ya?
2. Menurut
Sukesti (1997: 48) kalimat interogatif alternatif adalah kalimat untuk
menanyakan suatu pilihan, dan pilihan itu sudah tersedia di dalam pertanyaan.
Kalimat interogatif alternatif ditandai oleh tiga penanda, yaitu partikel apa,
kata utawa, dan kata tanya sing endi. Kalimat interogatif
alternatif tidak dipentingkan mengenai intonasi.
Contoh kalimat:
“Kuwi kedadean tenan apa mung imajiner karangan si pembantu Bupati anggone
arep ngaling utawa mukir?”
Artinya: Itu
kejadian betulan apa hanya imajinasi karangan si pembantu bupati dalam
berpaling atau menghindar?’
3. Menurut Sukesti (1997: 52) kalimat interogatif informatif adalah kalimat tanya yang bersifat memberikan informasi atau yang bersifat menerangkan. Kalimat interogatif informatif ditandai dengan kata tanya apa, sapa, ngapa, (kenapa, merga apa, sebabe, apa, geneya, dan ya gene), kapan, pira, sepira, priye/ kepriye, endi dan ngendi.
Contoh kalimat:
Sapa Ita, jenenge? Wong
saka ngendi?”
‘Siapa Ita, namanya? Orang dari mana?’
Dalam ragam bahasa tulis, posisi kata ganti tanya
pada kalimat interogatif dalam bahasa
Jawa dapat berada pada awal, tengah , atau akhir kalimat. Sedangkan pada
kalimat interogatif dalam bahasa
Indonesia posisi kata tanya terletak di awal kalimat.
Dari segi bentuk, kalimat interogatif dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa sama-sama dibedakan atas tiga macam, yaitu tiga macam, yaitu keniscayaan,
alternatif, dan informatif.
SIMPULAN
Analisis kontrastif
mendeskripsikan berbagai persamaan dan perbedaan tentang struktur bahasa
(obyek-obyek kebahasaan) yang terdapat dalam dua bahasa yang berbeda, yakni
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Pada kata tanya dalam
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia memiliki persamaan pada kata apa dan kapan.
Perbedaan terletak pada kata priye, kepripun,
kadospundi
(bagaimana), pira, pinten (berapa),
endi (mana), ing ngendi,
tindak pundi (ke mana), dan wonten pundi, menyang endi, dhateng pundi (di mana)
Dalam ragam bahasa tulis, posisi kata ganti tanya
pada kalimat interogatif dalam bahasa
Jawa dapat berada pada awal, tengah , atau akhir kalimat. Sedangkan pada
kalimat interogatif dalam bahasa
Indonesia posisi kata tanya terletak di awal kalimat. Dari segi bentuk, kalimat
interogatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa sama-sama dibedakan atas
tiga macam, yaitu tiga
macam, yaitu keniscayaan, alternatif, dan informatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Aprilliyanti. 2014. Analisis Kalimat Interogatif
pada Novel Garuda Putih Karya
Suparto Brata. Vol. 05 No. 01 Agustus 2014.
James, Carl. 1980. Contrastive
Analysis. London: Longman.
Lado, Robert. 1957. Linguistics
Across Cultures. Michigan.
Suprapto,
Djuria. 2012. Analisis Kontrastif Kalimat Pasif Bahasa Indonesia Dengan Bahasa Inggris.
Dalam HUMANIORA Vol.3
No.1 April 2012: 290-298.
Tarigan, Henry Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa.
Bandung: Angkasa.
Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.
http://nguripuripbasajawa.blogspot.co.id/2013/09/ukara-pitakon-ing-basa-jawa-lan-basa.html
diakses pada tanggal 1 April 2017