ANALISIS KONTRASTIF MODALS (CAN, COULD, MAY, DAN MIGHT) BAHASA INGGRIS DI DALAM BAHASA INDONESIA
Oleh:
Prameswari
Putrisiam
S2
Pendidikan Bahasa Non Reguler
Abstrak
Pada dasarnya, Analisis
Kontrastif (Anakon) adalah salah satu cabang ilmu Linguistik Terapan yang
kajiannya adalah membandingkan perbedaan dan persamaan fitur-fitur kebahasaan
dari kedua sistem Bahasa yang berbeda. Fungsi dari perbandingan fitur-fitur
adalah guna mengetahui lebih rinci fitur-fitur kebahasaan dua sistem bahasa
berbeda yang dapat memperkaya kemampuan berbahasa. Rincian-rincian yang
didapatkan dari kajian Anakon baik itu persamaan atau perbedaan dapat mencegah
kesalahan berbahasa. Mencegah dan menghindari kesalahan berbahasa Bahasa Sumber
dapat erat dikaitkan dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar
Bahasa Target di dalam kelas agar pemelajar dapat memahami dan mempraktikan
Bahasa Target dengan baik dan benar. fokus makalah ini adalah pembahasan
mengenai Analisis Kontrastif salah satu fitur kebahasaan Bahasa Inggris berupa modals khususnya can, could, may, dan might dengan
sistem penggunaan kata dapat, boleh, dan
bisa dalam Bahasa Indonesia dan
aplikasinya adalam proses pembelajaran dalam kelas.
Kata Kunci:
Anakon, Bahasa Sumber, Bahasa Target
1. Pendahuluan
Pada
dasarnya, Analisis Kontrastif (Anakon) adalah salah satu cabang ilmu Linguistik
Terapan yang kajiannya adalah membandingkan perbedaan dan persamaan fitur-fitur
kebahasaan dari kedua sistem Bahasa yang berbeda. Fitur-fitur sistem kebahasaan
yang akan dikaji dapat bermuara dari berbagai macam segi linguistik murni,
seperti fitur Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik, dan lainnya. Fungsi
dari perbandingan fitur-fitur adalah guna mengetahui lebih rinci fitur-fitur
kebahasaan dua sistem bahasa berbeda yang dapat memperkaya kemampuan berbahasa.
Rincian-rincian yang didapatkan dari kajian Anakon baik itu persamaan atau
perbedaan dapat mencegah kesalahan berbahasa, misalnya ketika akan berujar
dalam struktur kalimat Bahasa Inggris, agar tidak terjadi kesalahan berbahasa,
dalam hal ini Bahasa Inggris sebagai Bahasa Target, maka penutur harus
mengetahui struktur Bahasa Inggris yang benar dengan tidak serta merta
menyamakannya dengan struktur Bahasa Ibu –nya sebagai Bahasa Sumber.
Mencegah dan menghindari kesalahan
berbahasa Bahasa Sumber dapat erat dikaitkan dalam proses pembelajaran atau
kegiatan belajar mengajar Bahasa Target di dalam kelas. Bahasa Target dalam
Anakon pasti selalu Bahasa Asing yang bukan Bahasa Ibu pemelajar, contoh
peserta didik berbahasa Indonesia sedang belajar Bahasa Inggris sebagai Bahasa
Target. Anakon juga dapat dilakukan untuk mengklarifikasi ketika memang
kesalahan tertentu sudah terjadi agar kesalah tersebut dapat segera hilang.
Setelah pembahasan di atas, fokus makalah ini adalah pembahasan mengenai Analisis Kontrastif salah satu fitur kebahasaan Bahasa Inggris berupa modals khususnya can, could, may, dan might dengan sistem penggunaan kata dapat, boleh, dan bisa dalam Bahasa Indonesia dan aplikasinya adalam proses pembelajaran dalam kelas.
Setelah pembahasan di atas, fokus makalah ini adalah pembahasan mengenai Analisis Kontrastif salah satu fitur kebahasaan Bahasa Inggris berupa modals khususnya can, could, may, dan might dengan sistem penggunaan kata dapat, boleh, dan bisa dalam Bahasa Indonesia dan aplikasinya adalam proses pembelajaran dalam kelas.
2. Pembahasan
Pembahasan
berikut ini akan berfokus pada hakikat Anakon pada pembelajaran, lalu kajian
teori mengenai penggunaan kata dapat,
bisa, dan boleh pada Bahasa Indonesia, dan juga kajian teori mengenai modals pada Bahasa Inggris yang nantinya
akan dibandingkan perbedaan dan persamaannya, dan dilanjutkan kepada
aplikasinya dalam pembelajaran.
2.1 Analisis Kontrastif dalam
Pembelajaran
Menurut
Mohammad Hossein Keshavarz dalam buku Contrastive
Analysis and Error Analysis (2011) menyatakan bahwa Analisis Kontrastif
dapat diterapkan di dalam kegiatan penerjemahan dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
di kelas, namun perlu digarisbawahi bahwa Analisis Kontrastif dapat diterapkan
dalam KBM Mata Pelajaran bahasa asing, misalnya mata pelajaran Bahasa Inggris
di Indonesia yang menurut Hossein bertujuan untuk “assisting second-language learners by identifying the probable areas of
difficulty they may encounter in learning the Target Language.” (2011)
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Analisis Kontrastif dapat diterapkan sebagai
pencegah timbulnya kesulitan dan kesalahan dalam mempelajari bahasa asing karena
seperti yang dikatakan Hossein juga bahwa dalam mempelajari bahasa asing
nyatanya lebih sulit untuk diterapkan pemelajar di negeri asalnya atau
istilahnya biasa disebut Native Learners.
Berdasar
pada penjelasan di atas, penerapan Analisis Kontrastif di dalam KBM melibatkan
dua sistem bahasa yang berbeda yaitu Bahasa Sumber dan Bahasa Target atau biasa
disebut juga dengan Native Language dan
Foreign Language. Sistem Bahasa
Sumber dalam KBM adalah sistem Bahasa Indonesia dan sistem Bahasa Targetnya
adalah Bahasa Inggris. Ellis & Barkhuizen dalam Hossein (2011) mengemukakan
cara penerapan Analisis Kontrastif dalam KBM yaitu, pertama dengan
mendeskripsikan fitur-fitur sistem kebahasaannya dalam sebuah perbandingan
antara Bahasa Sumber dan Bahasa Target, kedua setelah deskripsi perbandingannya
dibuat, maka dicari letak perbedaannya, dan yang terakhir memprediksi kesalahan
apa saja yang kemungkinan muncul. Prediksi kesalahan bertujuan untuk menemukan
penjelasan mengapa dapat ditemukan kesalahan yang dilakukan para pemelajar, dan
juga bertujuan untuk membantu guru agar dapat meluruskan kesalahan-kesalahan
yang nantinya mungkin saja dilakukan oleh para pemelajar.
Dari
penjelasan-penjelasan tersebut, pembelajaran Bahasa Asing atau Bahasa Target
dalam KBM juga terkait dengan dasar-dasar Psikologis pemelajar bahwa “The student who comes in contact with a
foreign language will features of it quite easy and others extremely difficult.
Those elements that are similar to his native language will be simple for him,
and those elements that are different will be difficult.” (Lado dalam
Hossein 2011) Kutipan tersebut menjelaskan bahwa sisi Psikologis pemelajar
dalam penerapan Analisis Kontrastif
dalam KBM terletak pada proses penyesuaian mereka dalam mempelajari sistem kebahasaan
Bahasa Target yang seringkali dianggap lebih sulit daripada sistem kebahasaan
Bahasa Sumber dan bahkan pemelajar akan cenderung lebih menganggap mudah jika
ada salah satu fitur sistem kebahasaan Bahasa Target yang kurang lebih sama
dengan Bahasa Sumbernya. Selain itu, Lado dalam Hossein (2011) juga
mengemukakan sisi psikologis pemelajar dalam penerapan Analisis Kontrastif pada
KBM bahwa pemelajar cenderung akan mentransfer bentuk-bentuk fitur kebahasaan
Bahasa Target ke dalam bentuk-bentuk fitur kebahasaan Bahasa Sumber dan
menyesuaikannya dengan sistem budaya pada tempat asalnya. Pemelajar cenderung
akan mengasumsikan bahwa sistem kebahasaan Bahasa Target juga dapat diterapkan
pada sistem kebahasaan Bahasa Sumber.
2.2 Penggunaan Kata Dapat, Boleh, dan Bisa dalam
Bahasa Indonesia
Kata
dapat, boleh, dan bisa, jika
ditilik dari percakapan sehari-harinya, memiliki makna yang hampir sama, namun
dari ketiga kata tersebut tentu saja ada perbedaannya. Perbedaannya dapat
terlihat dari segi penggunaannya dalam ujaran. Perbedaan makna ketiga kata
tersebut juga dapat terlihat dari konteks ketika kata-kata tersebut digunakan. Dibalik
dari penggunaannya dan konteksnya di dalam ujaran, tentu saja ada rujukan ke
makna kamus yang tertulis di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Dalam KBBI, dapat memiliki arti mampu;
sanggup; bisa; boleh; mungkin seperti dalam kalimat “serangan musuh tidak dapat ditahan”. Kata dapat pada kalimat tersebut mengandung
arti “tidak bisa” atau “tidak mampu” ditahan. Ada juga kalimat lain yang menggunakan
kata dapat, namun memiliki makna
berbeda dengan kata dapat yang ada
pada kalimat sebelumnya, yaitu kalimat “pemuda yang membacok temannya itu dapat hukuman penjara tiga bulan”. Kata dapat pada kalimat kedua memiliki makna menerima, “pemuda yang membacok temannya
itu menerima hukuman penjara tiga
bulan”.
Kata bisa dalam KBBI memiliki arti mampu
(kuasa melakukan sesuatu); dapat
seperti pada kalimat berikut “ia bisa membaca”
berarti “ia mampu membaca” atau “ia dapat membaca”. Selanjutnya kata boleh dalam KBBI memiliki arti diizinkan; tidak dilarang seperti pada
kalimat “anak-anak boleh menonton
televise” yang memiliki makna “anak-anak diizinkan
menonton televisi”. Kata boleh juga
memiliki arti dapat seperti yang
terlihat dalam kalimat berikut “ia belum boleh
berdiri karena belum sehat benar” yang memiliki makna “ia belum dapat berdiri karena belum sehat benar”.
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kata dapat, boleh, dan bisa sama-sama memiliki
arti dan makna mampu dan dapat
digunakan dalam tujuan yang sama-sama untuk menunjukkan makna mampu dan dapat.
2.3 Modals ‘May’, ‘Might’, ‘Can’, dan ‘Could’ dalam Bahasa Inggris
Modals dalam
Bahasa Inggris, seperti may, might, can, dan
could, adalah sebuah kata bantu atau auxiliary yang dapat digunakan di
beragam situasi, seperti penggunaannya pada kalimat yang mengandung makna ability atau kemampuan, possibility atau kemungkinan, dan juga permission atau mengizinkan-dizinkan. Berikut
akan dijelaskan lebih lanjut dalam sebuah tabel mengenai penggunaan modals; may,
might, can, dan could
yang dikutip dari buku Betty Schamper Azar yang berjudul Understanding and Using English Grammar:
Auxiliary
|
Makna
|
Contoh Kalimat
|
May
|
Meminta sesuatu dengan sopan, namun
hanya bisa digunakan pada subjek I dan
we.
|
May I borrow your pen?
|
Mempersilahkan dalam bentuk formal
|
You
may leave the room
|
|
Might
|
Meminta sesuatu dengan sopan, namun
cenderung jarang digunakan
|
Might I borrow your pen?
|
Can
|
Mampu melakukan sesuatu
|
I can run fast
|
Mempersilahkan dalam bentuk informal
|
You
can use my car tomorrow
|
|
Meminta sesuatu dengan sopan, namun
bentuknya informal
|
Can I borrow your pen?
|
|
Could
|
Mampu melakukan sesuatu ketika dahulu
kala
|
I
could run fast when I was a child
|
Meminta sesuatu dengan sopan
|
Could you help me?
|
|
Memberikan saran
|
You
could talk to your teacher
|
Tabel
1
Dari
tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa may,
might, can, dan could memiliki
makna mampu, meminta, dan mempersilahkan,
hanya saja berbeda pada cara penggunaannya. Penggunaan kata may dalam kalimat “may I borrow your pen?” lebih sopan daripada penggunaan kata can dalam kalimat “can I borrow your pen?”, padahal kedua sama-sama memiliki tujuan
untuk meminta sesuatu, yakni meminta untuk dipinjamkan pulpen. Jika menilik
dari sifatnya, sopan atau tidak sopan, formal atau informal, maka petutur harus
memperhatikan lawan tuturnya dan juga situasi dan kondisi pada saat hendak
berujar, seperti pada penggunaan kata may
dan can yang memiliki makna
mempersilahkan. Contohnya dapat diterapkan ketika seorang guru yang akan sedang
mempersilahkan kepala sekolahnya untuk duduk, maka kalimat yang harus digunakan
adalah “you may sit here, Sir” bukan dengan menggunakan “you can
sit her, Sir”, karena kata may yang
bermakna mempersilahkan bersifat formal tidak seperti can.
2.4 Perbandingan
Kata
dapat, boleh, dan bisa sama-sama memiliki makna mampu dan dapat dalam Bahasa Indonesia. Ketiga kata Bahasa Indonesia tersebut
seringkali dileburkan sama di dalam penggunaan modals; can, could, may, dan might
pada Bahasa Inggris, padahal seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa
keempat modals tersebut memiliki
perbedaan di dalam penggunaannya pada ujaran yang sopan atau tidak sopan dan
ujaran yang formal atau informal.
Dalam Bahasa Indonesia modals khususnya can, could, may, dan might,
keempatnya sama-sama dileburkan atau dipadankan menjadi mampu, dapat, dan boleh
karena memang tidak merujuk penggunaan sopan dan tidak sopannya atau formal dan
informal dan juga penggunaan keempat modals
Bahasa Inggris tersebut memang hanya dapat diterjemahkan ke dalam kata mampu, dapat, atau boleh. Selain itu juga¸ fitur-fitur modals sebagai kata bantu tidak ada penerapannya dalam Bahasa
Indonesia. Kata mampu, dapat, dan boleh merupakan sebuah kata kerja dalam
Bahasa Indonesia.
Mari
perhatikan tabel berikut:
Auxiliary
|
Makna
|
Contoh Kalimat
|
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia
|
May
|
Meminta sesuatu dengan sopan, namun
hanya bisa digunakan pada subjek I dan
we.
|
May I borrow your pen?
|
Bolehkah saya memimjam pulpenmu?
|
Mempersilahkan dalam bentuk formal
|
You
may leave the room
|
Anda
dapat meninggalkan ruangan ini
|
|
Might
|
Meminta sesuatu dengan sopan, namun
cenderung jarang digunakan
|
Might I borrow your pen?
|
Boleh tidak saya pinjam puplennya?
|
Can
|
Mampu melakukan sesuatu
|
I can run fast
|
Saya
dapat berlari kencang
|
Mempersilahkan dalam bentuk informal
|
You
can use my car tomorrow
|
Kamu
boleh pinjam mobil saya besok
|
|
Meminta sesuatu dengan sopan, namun
bentuknya informal
|
Can I borrow your pen?
|
Boleh gak saya pinjam pulpennya?
|
|
Could
|
Mampu melakukan sesuatu ketika dahulu
kala
|
I
could run fast when I was a child
|
Saya
dapat berlari cepat waktu saya
masih kecil
|
Meminta sesuatu dengan sopan
|
Could you help me?
|
Dapatkah kamu membantu saya?
|
|
Memberikan saran
|
You
could talk to your teacher
|
Kamu
boleh berbicara kepada gurumu
|
Tabel
2
Dalam
tabel di atas terlihat bahwa semua modals
tersebut diterjemahkan dengan menggunakan kata boleh dan dapat.
Penggunaan kata boleh dan dapat tidak dapat memperlihatkan apakah
itu sopan atau tidak dan apakah formal atau informal, maka untuk menyiasati
agar kalimatnya dapat digunakan pada konteks sopan, tidak sopan, formal, dan
informal, maka pada terjemahannya dapat digunakan kata yang dapat merujuk ke
sana, misalnya untuk menunjukkan bahwa may
pada kalimat “may I borrow your pen?”
adalah bentuk meminta sesuatu dengan sopan, maka diterjemahkan menjadi
“bolehkah saya meminjam pulpenmu?”. Penggunaan kata saya dalam kalimat Bahasa Indonesia merujuk pada ujaran yang lebih
sopan dan juga pada penggunaan kata may dalam
kalimat “you may leave the room” yang
hakikatnya adalah mempersilahkan dengan sopan, maka diterjemahkan menjadi “Anda
dapat meninggalkan ruangan ini”. Kata anda
merujuk pada ujaran yang lebih sopan.
Terlebih lagi dalam menunjukkan
hakikat can dalam meminta sesuatu
dengan sopan namun informal, maka diterjemahkan dengan kalimat “boleh gak saya pinjam pulpennya?”. Gak merupakan kata informal yang
penggunaannya hanya untuk percakapan sehari-hari terhadap sesama rekan atau
teman, maka dari itu disebut informal.
3. Kesimpulan
Dari
perbandingan yang telah dijelaskan sebelumnya dan kaitannya dengan Kegiatan
Belajar Mengajar di kelas, dapat disimpulkan bahwa untuk menyampaikan hakikat modals dengan seutuh-utuhnya, maka harus
dilakukan penerjemahan yang bukan harfiah atau penerjemahan word to word melainkan penerjemahan yang
lebih bervariatif dengan memprhatikan konteks ujarannya, seperti pada contoh
hakikat can dalam meminta sesuatu
dengan sopan namun informal, maka agar hakiktnya terlihat dan dipahami oleh
pemelajar, kalimat tersebut diterjemahkan dengan kalimat “boleh gak saya pinjam pulpennya?”. Gak merupakan kata informal yang
penggunaannya hanya untuk percakapan sehari-hari terhadap sesama rekan atau
teman, maka dari itu disebut informal.
Kaitannya
dengan teori transfer yang sudah dibahas di atas juga, mengenalkan konsep modals Bahasa Inggris merupaka transfer
negatif, karena dalam Bahasa Indonesia tidak ada hakikat fitur-fitur kebahasaan
modals yang cenderung menjadikan
pemelajar agak sulit untuk memahami hakikat modals
itu sendiri. Agar kesalahan tidak terjadi, maka cara dengan
menerjemahkannya tidak secara harfiah, mampu untuk memberikan pemahaman lebih
jelas kepada pemelajar tentang hakikat modals
pada Bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Azar,
Betty S, Stacy A. Hagen. (2009) Understanding
and Using English Grammar. New York: Pearson Education
James,
Carl. (1980) Contrastive Analysis.
London: Longman
Keshavaraz,
M. Hossein (2011) Contrastive Analysis
and Error Analysis. Iran: Rahnama Press
KAMUS RUJUKAN
KBBI
Daring (Dalam Jaringan): http://kbbi.web.id/