KLAUSA RELATIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JERMAN: SEBUAH ANALISIS KONTRASTIF


KLAUSA RELATIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JERMAN:
SEBUAH ANALISIS KONTRASTIF
Abstract
Hidayat Widiyanto
Mahasiswa S-2 Pendidikan Bahasa Pascasarjana, UNJ
widiyanto_us@yahoo.com

This paper describes a comparison the relative clause in Indonesian and German. The relative clause is very productive in both languages. There are similarities and differences that can be found in the comparison. The differences are based on the language typology. In the Indonesian relative clauses mostly used the relative pronouns yang, especially it relativize the subject and the object. In contrast to the German, the pronouns in the relative clause is very diverse, like der, das, die, dem, dennen, dessen, deren which represents twenty of the combination of the case and the genus or other words like wo, was, or mit Präposition. The scoupe of this paper are the relative pronouns yang in Indonesian and pronouns based on personal pronouns in German. The study was conducted with qualitative methods with the references  from the source of indonesian and german. In the interests of learning, teachers will be able to focus on differences in the structure of the relative clause in in both languages.

Keywords: contrastive analysis, relative clauses, Indonesian, and German

Tulisan ini berisi perbandingan klausa relatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman. Klausa relatif sangat produktif dalam dua bahasa tersebut. Ada persamaan dan perbedaan yang dapat ditemukan dalam bandingan tersebut. Perbedaan itu didasarkan pada perbedaan tipologi kedua bahasa. Dalam bahasa Indonesia klausa relatif hampir sebagian besar menggunakan pronomina relatif yang terutama pronomina yang merelatifkan subjek dan objek. Berbeda dengan bahasa Jerman, pronomina relatif dalam klausa relatif sangat beragam, pronomina relatif itu seperti der, das, die, dem, dennen, dessen, deren yang mewakili dua puluh dari kombinasi kasus dan genus atau kata lain seperti wo, was, atau mit Präposition. Dalam tulisan ini dibatasi pada pronomina relatif yang dalam bahasa Indonesia dan persona pronomina relatif yang berbasis pada persona pronomina pada bahasa Jerman. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan acuan pustaka dari sumber bahasa Indonesia dan bahasa Jerman. Dalam kepentingan pembelajaran bahasa, guru akan dapat memfokuskan pembelajaran pada perbedaan struktur dan pronomina relatif dalam klausa relatif pada kedua bahasa tersebut.

Kata kunci: analisis kontrastif, klausa relatif, bahasa Indonesia, dan bahasa Jerman

PENDAHULUAN
Penyusunan kalimat adalah sebuah kompetensi yang harus dimiliki oleh pengguna bahasa baik dalam menulis maupun dalam berbicara. Tuntutan pengguna bahasa untuk menyusun kalimat kompleks pada pengguna bahasa tentu memerlukan pengetahuan yang mumpuni untuk mengembangkan kalimat simpleks menjadi kalimat kompleks. Jika telah mahir dalam penggunaan kalimat simpleks, seseorang tersebut tentu memerlukan pemahaman pengembangan kalimat kompleks. Kalimat kompleks dapat dilihat melalui dua hubungan (Alwi, 2003). Hubungan tersebut dapat berupa hubungan koordinatif dan hubungan subordinatif. Dalam tulisan ini hanya akan dibatasi pembatasan dalam klausa subordinatif. Hubungan subordinatif merupakan hubungan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain (Alwi, 2003). Kedudukan klausa yang dikembangkan dengan klausa pengembang tersebut tidak setara. Hubungan kedua klausa tersebut berupa hubungan yang bersifat hirarkis. Bagan dari hubungan klausa subordinatif adalah sebagai berikut (Alwi, 2003).


Gambar 1









Dalam tulisan ini pembahasan hubungan subordinatif dibatasi pada perluasan salah satu fungsi sintaksisnya, yaitu fungsi sintaksis subjek, objek, atau keterangan. Hal ini juga berlaku pada struktur bahasa Jerman. Batasan fungsi sintaksis yang akan diuraikan hanya pada struktur fungsi sebagai Nominativ atau subjek, Akusativ, Dativ atau objek atau frasa preposisi sebagai keterangan tempat dalam klausa yang dikembangkan.
Perhatikan contoh berikut.
1) Saya bertemu paman yang memiliki lahan jagung.
2)  Paman yang memiliki lahan jagung itu meninggal kemarin.
Yang dimiringkan merupakan klausa sematan atau klausa relatif. Klausa yang memiliki lahan jagung, yang memiliki lahan jagung itu, dan tempat saya di lahirkan merupakan klausa relatif yang menerangkan masing-masing fungsi sintaksis pada kalimatnya masing-masing.
Berdasarkan frekuensi dan pentingnya topik ini untuk pemelajar bahasa Indonesia atau pemelajar bahasa Jerman maka kajian ini diulas. Kajian ini tidak bisa dipisahkan dengan kajian struktur atau grammatik dalam bahasa tersebut. Oleh karena itu, kajian ini bisa dilakukan jika kajian struktur itu sudah dilakukan. Akan tetapi kajian struktur dua bahasa tersebut dalam tulisan ini tidak akan dibahas lagi.
Topik ini telah dibahas sebelumnya oleh Suharsono (2015) dan Indira (2010) dalam perspektif yang berbeda. Penulis pertama berfokus pada kajian kesalahan pemelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dalam memproduksi klausa relatif dan penulis kedua berfokus pada klausa relatif dalam bahasa Jerman. Tulisan ini berfokus pada perbandingan klausa relatif dalam kedua bahasa tersebut.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan komparatif. Pada awalnya akan dideskripsikan klausa relatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman. Dalam deskripsi bahasa Indonesia klausa relatif akan diuraikan berdasarkan fungsi sintaksisnya pengganti subjek, pengganti objek, dan pengganti keterangan. Begitu juga dalam bahasa Jerman. Akan diuraikan klausa relatif pengganti Nominativ, Akusatif, Dativ, dan keterangan tempat. Setelah dideskripsikan akan dilihat ciri-ciri kalimat relatif masing-masing. Ciri-ciri tersebut akan diuraikan dan dianalisis berdasarkan kata penggantinya, tempat, komposisi dan strukturnya. Ciri tersebut akhirnya akan dibandingkan dan akan disimpulkan kesamaan dan perbedaan klausa relatif antara bahasa Indonesia dan bahasa Jerman.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian hasil dan pembahasan akan diuraikan proses analisis kontrastif, klausa relatif dalam bahasa Indonesia, klausa relatif dalam bahasa Jerman, dan perbandingan klausa relatif dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Jerman.

Proses Analisis Kontrastif
Proses kerja analisis kontrastif adalah membandingkan aspek bahasa pada dua bahasa. Halliday (1970) menyatakan bahwa terdapat dua prinsip pada analisis kontrastif. Pertama adalah tahap pemeriksaan. Tahap pemeriksaan merupakan tahap observasi, deskripsi sebuah kasus dalam bahasa tertentu. Tahap kedua adalah membandingkan pola-pola tertentu atau aspek tertentu dalam sebuah bahasa dan bukan membandingkan secara keseluruhan. Pada prinsip pertama diungkapkan atau dideskripsikan cara kerja bahasa itu dan focus pada aspek yang akan dibandingkan. Selanjutnya, dilakukan juga deskripsi aspek atau fokus bahasa yang yang akan dibandingkan. Artinya, jika dideskripsikan dua aspek atau dua fokus dari bagian bahasa pada dua bahasa tentu diperlukan pemahaman kedua bahasa tersebut.
Pada prinsip kedua, dinyatakan bahwa apa yang dibandingkan merupakan salah satu aspek atau fokus bahasa saja. Tidak bisa dibandingkan dua bahasa secara keseluruhan. Dalam konteks tulisan ini akan dibahas aspek klausa relatif dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Jerman. Karena tipologi dan sifat bahasa yang berbeda bahkan dalam fokus klausa relatif saja, tidak semua bagian dari klausa relatif tersebut dapat dibandingkan. Oleh karena itu, temuan dari tulisan ini tentu menghasilkan aspek persamaan dan aspek perbedaan yang dapat diungkap.  
Dalam tulisannya Suprapto (2012) mengatakan bahwa terdapat tiga tahapan dalam analisis kontrastif ini.  Pertama, mendeskripsikan ciri-ciri yang akan diperbandingkan dari bahasa masing-masing, Kedua, memastikan bahwa ciri-ciri tersebut dapat dibandingkan. Ketiga, adalah membandingkan ciri-ciri dari kedua bahasa itu dengan melihat persamaan dan perbedaan di dalamnya
Klausa relatif adalah klausa terikat yang diawali oleh pronomina relatif yang (Kridalaksana, 2008: 125). Klausa relatif merupakan klausa bawah/subordinatif yang bergantung pada sebuah substantif. Klausa ini menerangkan substantif pada klausa utama. Tanpa klausa relatif makna atau informasi tidak akan sempurna (Smitt, 1996). Fungsi klausa relatif mendeskripsikan sebuah nomina atau frasa nomina yang terdapat di dalam klausa utama (DeCapua, 2008: 319). Berikut ini akan diuraikan klausa relatif dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Jerman. Kedua tipe itu di awal harus deskripsikan secara terpisah karena tipologi tiap-tiap bahasa berbeda. Inilah yang membuat sandingan keduanya tidak bisa dilakukan secara langsung. Meskipun pada prinsipnya keduanya dapat dibandingkan, tetapi tata bahasa akan mengikat komposisi keduanya. Inilah prinsip yang harus dijaga dalam analisis kontrastif ini.

Klausa Relatif dalam Bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indonesia klausa relatif termasuk dalam bahasan klausa hubungan subordinatif (Alwi, 2003). Alwi memberikan istilah dengan kalimat majemuk dalam hubungan subordinasi. Disebut dengan subordinasi karena menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk tersebut yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Alwi menyebutnya klausa ini dengan klausa majemuk bertingkat. Tanda klausa subordinatif ditandai dengan penggunaan konjungtor. Klausa ini tidak akan kita bahasa dan tidak akan dibandingkan. Yang akan dibandingkan di sini adalah kalimat majemuk bertingkat berikutnya dengan perluasan salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan keterangan) yang menggunakan relatif pronomina yang. Inilah fokus pembahasan dan hal yang akan dibandingkan dengan klausa relatif dalam bahasa Jerman.
Secara struktur klausa relatif merupakan klausa yang dapat berdiri sendiri meskipun klausa ini menerangkan salah satu fungsi sintaksis dalam klausa utama. Jika dibedah klausa ini secara struktur sudah dapat berdiri sendiri sebagai klausa. Oleh karena itu unsur kehadiran unsur klausa ini dipandang hadir secara lengkap.
            Pengembangan salah satu fungsi sintaksis dalam klausa utama dikembangkan dalam klausa bawah atau subordinatif. Jadi, bentukan kalimat yang terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif akan membentuk klausa kompleks. Hal ini perlu di sampaikan karena di penjabaran berikutnya dalam bahasa Jerman pengembangan itu tidak selamanya dalam klausa relatif.
Dalam klausa relatif pronomina relatif yang merupakan penentu bagi unsur yang direlatifkan. Berdasarkan unsur yang direlatifkan, terdapat lima tipe klausa relatif, yaitu: (1) klausa relatif yang merelatifkan subjek, (2) klausa relatif yang merelatifkan objek, (3) klausa relatif yang merelatifkan unsur termilik, (4) klausa relatif yang menghilangkan unsur nomina; dan (5) klausa relatif yang merelatifkan predikat (Suharsono, 2015). Kelima tipe tersebut dapat diberikan contoh berurutan sesuai urutan tipe tersebut.
3) Tamu yang datang kemarin adalah paman saya (merelatifkan subjek).
4) Paman menjual mobil yang berwarna merah (merelatifkan objek)
5) Wanita yang suaminya meninggal setahun lalu pulang ke kampung halamannya  (merelatifkan termilik).
6) Ada berbagai variasi harga untuk layang-layang itu. Yang merah harganya seribu yang biru harganya dua ribu rupiah. (menghilangkan unsur nomina)
7)  Dia memaksanya, bukan saya (merelatifkan predikat).

Klausa relatif yang datang kemarin merelatifkan fungsi sintaksis subjek tamu. Dalam contoh kalimat nomor 4 tamu merupakan subjek kalimat. Klausa utama adalah tamu itu adalah paman saya. Dalam kalimat ini dimunculkan itu sebagai artikel definit.  Klausa relatif nomor 5 adalah mobil berwarna merah yang merelatifkan mobil sebagai objek dalam kalimat itu. Contoh dalam klausa nomor 6 berupa klausa relatif yang merelatifkan kepemilikan. Klausa relatif yang suaminya meninggal tahun lalu menerangkan kepemilikan dari istri, yaitu suaminya. Contoh kalimat nomor 7 merupakan pelesapan nomina pada klausa tersebut karena sudah merujuk pada kalimat sebelumnya. Yang merah harganya seribu yang biru harganya dua ribu rupiah merupakan bentuk pelesapan nomina dari layang-layang yang merah harganya seribu yang biru harganya dua ribu rupiah. Nomina dalam klausa tersebut dapat dilesapkan karena yang selain sebagai pronomina relatif dalam konteks ini yang juga berfungsi sebagai pewatas atau artikel definit. Untuk contoh nomor 8 merupakan contoh yang berbeda karena bukan saya merupakan klausa relatif yang merelatifkan fungsi predikat. Ini berbeda konsep dengan perelatifan sebelumnya karena acuan yang direlatifkan berupa predikat. Informasi ini juga tidak akan dibandingkan dalam pembahasan selanjutnya.
Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa 1) letak klausa relatif berada di belakang klausa utama, 2) kehadiran pronomina relatif yang wajib muncul dalam klausa relatif. Itulah

Klausa Relatif dalam Bahasa Jerman
Dalam bahasa Jerman konsep perluasan dapat dilakukan di dalam klausa utama dan dapat diperluas dalam klausa relatif atau klausa subordinatif. Inilah yang membedakan konsep dengan perluasan dalam bahasa Indonesia. Perluasan yang berbasis pada predikat atau verba dalam bahasa Jerman dapat dikonstruksikan dengan adjektivisasi atau membuat verba menjadi adjektif. Pengembangan ini dilakukan dalam bentuk frasa dan tidak perlu dibuat dalam klausa relatif. Ini merupakan pilihan konstruksi penulis atau aspek apa yang akan ditonjolkan dalam konteks itu. Perhatian contoh berikut.
       8) Der kommende Gast ist mein onkel. ‘Tamu yang datang  adalah paman saya’
Pada contoh nomor 9 hanya terdapat satu klausa. Satu klausa itu ditandai dengan satu verba sein yaitu ist. Meskipun tunggal, klausa itu bisa dipecah dalam dua klausa tunggal.
8.a) Der Gast ist mein Onkel ‘Tamu itu paman saya’.
8.b) Der Gast kommt ‘Tamu itu datang.
Dalam bahasa Jerman konstruksi ini biasanya dibahasa dalam pokok bahasa Partizip I yang berhubungan dengan konsep penggunaan dan pembentukan adjektiva. Meskipun konsepnya sama karena hal ini bukan merupakan klausa relatif hal ini juga tidak akan dibicarakan. Perlu adanya kajian lanjutan tentang perbandingan hal ini juga dalam bahasa Indonesia. Contoh nomor 9 dapat disusun dalam bentuk relatif dengan struktur sebagai berikut.
       9) Der Gast, der kommt, ist mein Onkel ‘Tamu yang datang adalah paman saya’.
Struktur klausa nomor 10 merupakan klausa relatif karena strukturnya dibentuk dengan pengembangan klausa subordinatif der kommt. Makna klausa nomor 9 dan nomor 10 adalah sama tetapi klausa no. 10 disusun dalam klausa relatif. Inilah yang akan dibandingkan dengan klausa relatif dalam bahasa Indonesia.
            Sebelum dibicarakan klausa relatif perlu disampaikan pronomina relatif dalam bahasa Jerman. Tabel berikut memberikan informasi pula bahwa pronomina relatif ini digunakan secara produktif dalam bahasa Jerman.
Tabel 1
Artikel pronomina relatif dalam bahasa Jerman

KASUS
SINGULAR

PLURAL
Maskulin
Neutral
Feminin
Nominativ (S)
der
das
die
die
Akkusativ (O)
den
das
die
die
Dativ (O)
dem
dem
der
denen
Genetiv (milik)
dessen
dessen
deren
deren

Dalam bahasa Jerman klausa relatif dapat merelatifkan fungsi 1) nominatif atau subjek, 2) akusatif atau objek langsung, 3) datif atau objek tak langsung, 4) genetif atau kepemilikan, 5) preposisi, dan 6) pelesapan nomina 7) penggunaan kata tanya was dan wo. Berikut ini disajikan contoh secara berurut sesuai dengan informasi yang telah disampaikan.
      10) Der Mann, der aus Solo kommt, heißt Herr Nurman.  ‘Laki-laki yang berasal dari Solo bernama  Pak Nurman.
       11) Das Auto, das Herr Anto letzte Woche gekauft hat, war sehr teur ‘ Meja yang dibeli Pak Anto minggu lalu sangat mahal’.
      12) Pak Puji, dem mehrere Häuser gehören, hat neuerdings Geldprobleme ‘Pak Puji yang memiliki banyak rumah baru-baru ini mempunyai masalah keuangan'.
         13) Das ist Herr Rahmat, dessen Frau eine Buchhanlung geöffnet hat ‘Itu adalah Pak Rahmat yang istrinya telah membuka sebuah toko buku’.
              14) Endlich kommt der Zug an, auf den wir so lange warten mussten. Akhirnya tiba juga kereta yang harus kita tunggu'.
          15) Es gibt viele Drachen. Der blaue kostet ein thousand und der rote kostet zwei thousand rupiah ‘Ada banyak layang-layang. Yang biru harganya seribu dan yang merah harganya dua ribu’
             16) Alles, was ich weiß, habe ich bei meinem Studium gelernt ‘Semua yang saya ketahui telah saya pelajari di kuliah saya'.
           17) Das, worüber wir uns unterhalten haben, war interessant für mich ‘ yang telah kita bicarakan sangat menarik bagi saya.
Untuk menyusun kalimat relatif dalam bahasa Jerman yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah pronomina relatif dalam klausa relatif tersebut. Pronomina relatif ini didasarkan pada kasus dan genus dalam klausa relatif tersebut. Akan tetapi pronomina relatif ini mengacu pada nomina yang direlatifkan. Klausa nomor 10 dapat dijelaskan bahwa pronomina relatif menggunakan der karena merelatifkan der Mann yang berkasus nominatif dan bergenus maskulin. Contoh nomor 11 pronomina relatif menggunakan das karena  merelatifkan das Auto  yang berkasus akusatif dan bergenus neutral. Klausa nomor 12 menggunakan pronomina relatif dem karena merelatifkan pak Puji yang berkasus dativ dan bergenus maskulin. Berkasus dativ karena verba gehören menuntut munculnya nominatif dan genitiv. Nominatif diwakili mehrere Häuser dan dativ diwakili Pak Puji yang dapat diganti dengan pronomina relatif dem. Klausa nomor 13 menggunakan pronomina relatif dessen karena merelatifkan kata Herr Rahmat, yang dalam posisi klausa relatif berkasus genitif dan bergenus maskulin. Genetif merupakan pronomina kepemilikan. Klausa nomor 14 menggunakan pronomina relatif yang diwalai dengan preposisi karena verba warten menuntut adanya preposisi auf. Dalam klausa tersebut pronomina relatif den mengacu kepada der Zug yang dalam posisi klausa relatif berkasus nomintif dan bergenus maskulin. Contoh nomor lima belas merupakan contoh penghilangan nomina der Drache. Karena nomina yang diacu sudah jelas pronomina relatif yang digunakan merupakan artikel definitif dengan ditambahkan adjektiva. Nominatif frasa tersebut adalah der blaue dan der rote Drache. Klausa relatif nomor 16 dan 17 mengacu pada pronomina relatif yang menggunakan kata tanya was dan wo. Nomina dengan jumlah tak tentu dan nomina superlatif menggunakan was dan jika verba dalam klausa relatif menuntut adanya preposisi digunakan wo + Präposition.  

Perbandingan Klausa Relatif Bahasa Indonesia dan Bahasa Jerman
Berdasarkan deskripsi informasi klausa relatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman dapat dilihat beberapa persamaan dan beberapa perbedaan. Persamaannya adalah berdasarkan letaknya, klausa relatif berada di sebelah kanan klausa utama. Hal ini sangat logis karena klausa relatif menjelaskan salah satu fungsi sintaksis kalimat kompleks itu sehingga penjelasannya mengikuti apa yang dijelaskan. Berikutnya, klausa relatif menempel langsung pada nomina yang direlatifkan. Dalam bahasa Jerman ditandai dengan ejaan di antara koma berbeda dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia yang ditandai antara koma adalah aposisi atau keterangan tambahan.
            Dalam bahasa Jerman verba klausa relatif harus di akhir klausa subordinat. Hal ini terkait dengan aturan struktur kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Jerman. Dalam bahasa Indonesia biasanya pronomina yang diikuti oleh predikat.
            Berdasarkan data yang diuraikan ada persamaan fungsi sintaksis yang direlatifkan adalah Nominativ dalam bahasa Jerman berekuivalen dengan Subjek, Akkusativ dan Dativ berekuivalen dengan objek, Dativ dalam bahasa Jerman berekuivalen dengan kepemilikan. Ada proses yang sama dalam konteks pelesapan nomina karena sudah didefinitkan dengan relatif pronomona yang sesuai.
Perbedaannya adalah sebagian besar pronomina relatif yang merelatifkan nomina subjek dan objek selalu menggunakan yang dalam bahasa Indonesia dan menggunakan pronomina relatif sesuai dengan kasus dan genusnya dalam bahasa Jerman.

SIMPULAN
Secara sederhana pronomina relatif dalam bahasa Indonesia diwakili oleh yang sedangkan dalam bahasa Jerman bisa berupa pronomina yang beragam. Jika orang Jerman mempelajari bahasa Indonesia hal ini merupakan salah satu informasi yang menyederhanakan konsep klausa relatif. Jika orang berbahasa Indonesia belajar bahasa Jerman tentu unsur kecermatan harus diutamakan karena pronomina relatif sangat beragam sehingga perlu memahami genus dan kasusnya.
Meskipun pronomina relatif di Indonesia banyak diwakili oleh yang, pemelajar asing yang belajar bahasa Indonesia perlu waspada terhadap pemahaman struktur kalimat dalam bahasa Indonesia.
Perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan perbandingan penyusunan frasa berbasis verba yang diadjektifkan dalam bahasa Jerman yang perlu dicarikan konsep dalam bahasa Indonesia, kajian klausa relatif selain yang dan pronomina berbasis pronomina persona.  




DAFTAR PUSTAKA
DeCapua, A. 2008. Grammar for Teachers: A Guide to American English for Native and Non-Native Speakers. New York: Springer.

Halliday, M.A.K. (1970). The Linguistic Sciences and Language Teaching. Bloomington: Indiana University Press.

Indira, Dian. 2010. “Klausa  Relatif Bahasa Jerman dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia”. Makalah dalam Seminar International UNPAD –UKM, Bandung 7 Mei 2010.

Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Smitt, Dreyer. 1996. Lehr-und Ubungsbuch der deutschen Grammatik. München. Verlag für Deutsch.

Suharsono. 2015. “Pemerolehan Klausa Relatif aada Pemelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA): Kajian Bahasa-Antara”. Dalam LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015.

Suprapto, Djuria. 2012. Analisis Kontrastif Kalimat Pasif Bahasa Indonesia Dengan Bahasa Inggris. Dalam HUMANIORA Vol.3 No.1 April 2012: 290-298.

http://www.deutschegrammatik20.de/attribute/relativsatz/relativsatz-was-wo pada 6 April 2016