ANALISIS KONTRASTIF
Analisis Kontrastif Mikrolinguistik: Sintaksis dan Leksikal

untuk melihat video presentasi materi ini dapat membuka pada


                                                             Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Aceng Rahmat, M.Pd.




Disusun oleh:
Hidayat Widiyanto
Marita  Wijayanti





MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017

Analisis Kontrastif Mikrolinguistik: Sintaksis dan Leksikal
Dalam pembahasan ini akan diuraikan subbagian analisis kontrastif ketiga yaitu analisis kontrastif sintaksis dan leksikal. Namun secara berurutan akan disampaikan terlebih dahulu leksikologi kontrastif yang meliputi aspek Bidang Kata dan Komponen Semantik. Dalam tulisan ini juga diberikan contoh sederhana analisis kontrastif sintaksis bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.
Leksikologi Kontrastif
Leksikologi merupakan cabang linguistik yang membicarakan leksikon. Konsep dasar dari leksikon adalah leksem. Leksem merupakan satuan bermakna atau satuan terkecil dari leksikon. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat makna beserta pemakaiannya, kosakata, atau daftar kata. Proses dalam leksikologi dapat digambarkan proses dari leksem menjadi kata.
leksemà proses morfologi à kata
lari à ber- à berlari
Richard (1987) memberi batasan leksikologi merupakan telaah butir kosakata termasuk makna dan hubungannya serta perubahan dalam bentuk dan makna sepanjang waktu.
Leksikologi kontrastif dianggap terabaikan dibandingkan dengan anakon gramatikal dan anakon fonologi. Hal ini karena ada pengaruh gerakan strukturalisme dan metode audiolingual yang menekankan prioritas pola gramatikal. Pada tahun 1920—1930 Edward Saphir dan B.L. Whorf memusatkan perhatiannya pada masalah determinasi linguistik. Hipotesis Saphir-Whorf mengatakan bahwa bahasa penentu realitas. Budaya dapat direfleksikan dalam  bahasa. Bahasa  merupakan bagian integral dari budaya. Pembedaan leksikal setiap bahasa akan cenderung merefleksikan secara kultural ciri-ciri penting objek, institusi-institusi dan aktivitas-aktivitas di dalam masyarakat tempat bahasa tersebut beroperasi. Determinasi itu memunculkan dua tahap, tahap pertama kebudayaan menentukan bahasa dan tahap kedua bahasa menentukan pandangan mengenai realitas.
Pandangan Saphir-Whorf menginspirasi pakar antropologi, pekamus, dan penerjemah terkait dengan lahan leksikologi . Lahan leksikologi kontrastif memiliki tiga bagian besar seperti yang telah disampaikan, yaitu bidang antropolinguistik,  bidang penerjemahan, dan bidang perkamusan. Dalam bidang antropolinguistik terdapat upaya keras dalam menelaah kategori warna dan istilah kekerabatan. Dalam bidang penerjemahan menginspirasi penerjemah dalam mengalihbahasakan Bibel dan cerita rakyat. Dalam bidang kamus, muncul adanya kamus dwibahasa. Informasi tersebut dapat dilihat melalui gambar berikut.




Kamusantr

Lahan leksikologi kontrastif

antropolinguistik

kamus

terjemahan

Kamusantr

Lahan leksikologi kontrastif

antropolinguistik

kamus

terjemahan



Kamusantr

Lahan leksikologi kontrastif

antropolinguistik

kamus

terjemahan






Leksikon dianggap gabungan tiga spesifikasi, yaitu spesifikasi morfologis, spesifikasi sintaksis dan semantik.
Selanjutnya, akan dibahas bidang kata dan komponen semantik.

A.     Bidang Kata
Bidang kata yang dibahas dalam leksikologi kontrastif diperkenalkan dan digunakan untuk membatasi leksikon menjadi berbagai subsistem kohesif. Bidang ini memiliki daya gabung dengan tesaurus dan kontras dengan kamus konvensional. Hartman (1975) mendaftar bidang-bidang kata yang telah ditelaah yang sudah dikaji yang meliputi,
a.     Offence                        (sakit hati)
b.     Joy                               (kegembiraan)
c.     Visual perception        (persepsi visual)
d.     Sounds                        (suara)
e.     Facial expression        (ekspresi wajah)
f.      Colours                       (warna-warna)
g.     Eating                          (makanan)
h.     Verb dicendi                (verba dicendi)
i.      Parts of the body         (bagian tubuh)
j.      Vehicles                       (alat transportasi)
k.     Cooking                       (masakan)
l.      Artifact for sitting        (tempat duduk)
m.   Pipe joints


Berikut ini contoh leksikon dalam tesaurus. Diambil salah satu contoh leksikon kacau, atau kacau balau.
kacau-balau a acak-acakan, awut-awutan, berantakan, berarakan, berpesai-pesai, bersepah, berserakan, bongkar-bangkir, centang-perenang, cerai-berai, kelut-melut, keruntang-pukang, kibang-kibut, kocar-kacir, kusut, lalu-lalang, malang-melintang, morat-marit, porak-poranda, ricuh, semrawut, serabutan, tersara bara; (Tesaurus Bahasa Indonesia)
Begitu juga Lehmann (1977) telah mengontraskan verba dicendi dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris. Verba dicendi mengacu pada tindak tutur seperti say, speak, talk, tell, yang berekuivalen dalam bahasa Jerman sagen, sprechen, reden, dan erzaehlen yang berarti dalam bahasa Indonesia ‘berkata’, ‘berbicara’,  dan ‘menceritakan’.
1)    Say memiliki subjek orang, teks, lembaga.
She says …
The book says
Sagen merupakan verba insani
Du sagst …
Das book sagt …*
Berkata atau mengatakan dalam bahasa Indonesia cenderung lebih dekat pada sagen daripada say.
2)    Speak mengacu komunikasi lisan
He speaks six languages.
He speaks well.
Talk mengacu kepada kuantitas.
He is greater talker
Reden mencakup speak dan talk.
Er ist gutter Redner
Es redet zuviel.
Dalam bahasa Indonesia bicara lebih dekat mengacu kepada reden.
3)    Tell menyampaikan informasi
He told her a dirty joke
Sagen berkorespondensi dengn tell
Er sagte den kindern, ruhig zu bleiben.
Erzaehlen memiliki fungsi penghiburan.
Erzahl uns mal eine Geschichte
Dalam bahasa Indonesia menceritakan bisa masuk kedua konsep tersebut.
Berikutnya ada contoh beberapa kosakata dalam bahasa inggris pain, ache, smart, sore yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Schmerz atau Schmerzen saja. Semua bagian tubuh yang sakit bisa ditempel- _smerz, contoh Kopfschmerzen, Halschmerzen. Konsep ini sama dengan bahasa Indonesia dengan menyebutkan sakit pada bagian tubuh seperti sakit kepala, sakit leher dsb. Akan tetapi, ini berbeda konsep dengan  bahasa Jawa seperti belek ‘sakit mata’ mumet ‘sakit kepala’. Yang prelu dipahami adalah pembatasan itu bersifat manasuka

B.     Komponen-komponen Semantik
Leksem-leksem tersusun dari ciri-ciri atau “komponen-komponen” semantik. Lyon memaparkan seluk-beluk dari perangkat kata-kata berikut ini:
man (laki-laki)
woman (perempuan)
child (anak-anak)
bull (sapi jantan)
cow (sapi betina)
calf (anak sapi)
ram (domba jantan)
ewe (domba betina)
lamb (anak domba)

Dari contoh di atas, dapat dibuat perbandingan-perbandingan sebagai berikut:
Man : Woman : child =  bull : cow : calf
man”, “bull” adalah   adalah  male/ laki-laki
woman”, “cow        adalah female/ perempuan
“child”, “calf”              adalah immature/ muda
Kemudian jika dilihat perbedaan-perbedaan secara vertikal :
·      Semua perangkat pertama                    adalah human/ manusia
·      Semua perangkat kedua                       adalah bovine/ keluarga sapi
·      Semua perangkat ketiga                       adalah ovine/ keluarga domba
Ciri-ciri di atas merupakan bentuk-bentuk dari komponen-komponen semantik. Di sini, setiap leksem merupakan suatu kompleks (kesatuan) dari komponen-komponen di atas: kata “lamb” misalnya dapat dispesifikasi sebagai bentuk ovine (keluarga domba) atau immature/ young (belum dewasa/ masih muda) yang berkorespondensi dengan batasan kamus sebagai “young sheep/domba muda” atau binatang yang pemamah biak yang suka bergerombol yang masih muda dari spesies ovis/domba.
            Lyon mengemukakan relevansinya melalui pernyatan berikut:
 It has frequently been sugested that the vocabulary of all human language can be analyzed, either totally or partially, in terms of a finite set of semantic, component which are themeselves indepent of the particular semantic structure of any given language” (Lyon, op.cit: 472)
Artinya:
Sudah sering dikemukakan bahwa kosakata dari semua bahasa manusia dapat dianalisis, baik secara total atau sebagian, dari sisi himpunan berhingga semantik, komponen yang berdiri secara independen dari struktur semantik khususnya bahasa tertentu

Jika melihat dari ciri-ciri fonologis, mungkin saja komponen-komponen akan juga bersifat universal. Namun, jika dilihat dari segi “arbitrer” atau “manasuka” misalnya, kita membedakan man dengan woman dan bull dengan cow berdasarkan seks (kelamin), yaitu apakah male/ laki-laki atau female/ perempuan. Yang bisa kita lihat dalam realitas keseharian, di mana yang menjadi perbedaan antara male atau female adalah bentuk rambut atau pakaian.
Selanjutnya, bila direlevansikan dengan keuniversalan/ keumuman/ kesemestaan, Leech membedakannya menjadi kesemestaan formal dan kesemestaan semantik dengan pernyataan berikut ini:
(i)    “Semua batasan leksikal dalam semua bahasa (harus) dapat dianalisis sebagai seperangkat komponen-komponen”. (formal)
(ii)  “semua bahasa mempunyai kontras antara  (misal animate/ bernyawa dengan inanimate/ tidak bernyawa)”. (subtantif)
Kemudian, Leech juga berpendapat bahwa keyakinan pada postulasi (anggapan dasar) itu:
(i)    Biasanya diterima sebagai yang benar oleh setiap pakar linguistik teoritis; linguistik memang semuanya berkaitan dengan universal-universal formal. Hal ini dikarenakan kebanyakan dalam linguistik ketidaksepakatan dalam linguistik memang berada di sekitar postulasi.
(ii)  Universal-universal subtantif: sebagai seorang linguis, tidak perlu menuntut agar kamus bahasa mengoperasikan kontras-kontras yang sama. Karena dalam realitasnya terdapat dua versi hipotesis universal subtantif, yaitu versi kuat dan versi lemah.
 Versi kuat (strong version) mengatakan bahwa semua bahasa memiliki kategori semantik ini dan itu; dan versi kuat ini jelas tidak benar. Versi lemah (weaker version) menyatakan bahwa memang ada seperangkat ciri-ciri semantik yang universal dan setiap bahasa memiliki suatu “sub-perangkat”.
Walaupun formula yang kedua ini lemah, namun Berlin dan Kay (1969) telah membuktikan bahwa pernyataan itu benar. Dengan membuktikan melalui penelitian di mana mereka mengkalkulasi (merinci) bahwa terdapat 2048 kemungkinan kombinasi dari 11 kategori warna dasar, sedangkan berdasarkan studi mereka terhadap 100 bahasa, mereka hanya menemui 22 kombinasi yang terjadi. Hasil dari penelitian itu memperlihatkan adanya kendala-kendala yang amat kuat yang dimunculkan atau ditimbulkan oleh bahasa-bahasa dalam cara menata kamus-kamusnya dalam bidang terminologi warna.
Jadi terdapat beberapa fakta bagi eksistensi kesemestaan semantik subtantif bahasa, hal ini tentunya menjadi fakta yang sangat menarik bagi para pakar kontrastif tentunya karena:
1.     perangkat kesemestaan itu bagi sang pakar telah menyediakan apa yang disebut sebagai “tetrium comparationis”, suatu bahan vital bagi setiap upaya komparatif-kontrastif.
2.     fakta tersebut, membatasi serta menegaskan kepada sang pakar bahwa latar belakang kesamaan yang medapat tantangan dari keanehan-keanehan B1 dan B2, dan yang menggerakkan adalah proses interferensi.
Berikut ini adalah gambar dari “semantic feature complex”, analisis komponen yang menyajikan kepada para pakar kontrastif perlengkapan atau sarana yang ketiga bagi upayanya.

Kata Inggris hand, misalnya bersifat polisemi (mempunyai makna lebih dari satu) dan memiliki empat pengertian, yaitu:
1)    Part of arm, with fingers (Bagian lengan, dengan jari-jari tangan)
2)    On a watch or clock (“watch” berarti jam tangan atau arloji, “Clock” berarti jam, lonceng, atau jam dinding).
3)    A person who help with works (Seseorang yang membantu dengan bekerja)
4)    A round of applause (Sebuah putaran tepuk tangan)
Untuk melaksanakan Anakon pada tahap ini akan melibatkan hanya penyajian korespondensi-korespondensi leksikal B1, seperti
·      Hand 1 = die Hand     (tangan)
·      Hand 2 = der Zeiger   (kursor/petunjuk)
·      Hand 3 = der Hilfsarbeiter     (pekerja tambahan)
·      Hand 4 = der Beifall                (tepuk tangan)

Dalam bahasa Jerman terdapat penggunaan partikel der/die/das yang diuraikan sebagai berikut:

·      der : Menunjukkan sebuah benda disebut maskulin jika dikenakan Artikel “der”, sebagai contoh : der Tisch, der Kugelschreiber, der Stecker, der Computer, der Wasserhahn (meja, pena, steker, komputer, keran)
·      die : Menunjukkan sebuah benda disebut feminim jika dikenakan Artikel “die”, sebagai contoh : die Lampe, die Waschmaschine, die Mikrowelle (lampu, mesin cuci, microwave)
·      das : Menunjukkan sebuah benda disebut neutral jika dikenakan Artikel “das”, sebagai contoh : das Hotel, das Auto, das Radio, das Waschbecken, das Fenster (hotel, mobil, radio, wastafel, jendela)
Selanjutnya, suatu Anakon kata demi kata terhadap kata Jerman “Fleisch / daging” dengan padanan-padananya dalam bahasa Inggris hanya akan mendaftarkan hubungan 1:2 saja, dikarenakan kata “Fleisch” ketika diterjemahkan pada saat tertentu menjadi “meat” atau “flesh”. Komparasi leksem demi leksem dari bahasa-bahasa itu tidak akan begitu berhasil” (Di Pietro 1971:121). Dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menetapkan kondisi-kondisi yang berlaku. Disini, Analisis komponen meperkenalkan suatu tingkat lanjutan/ menengah organisasi semantik antara komponen-komponen dan butir leksikal. Tingkat inilah yang kemudian diisi oleh kompleks ciri semantik. Setiap kompleks yang seperti itu akan menjelaskan salah satu dari makna-makna, suatu leksem seperti pada gambar berikut:
L = hand dalam bahasa Inggris dan S1 - S4 merupakan empat sense-nya, selanjutnya akan diperkenalkan dengan setiap sense dengan bantuan komponennya, yang kemudian akan muncul seperangkat X-M . berdasarkan uraian tersebut, terjadilah penetapan-penetapan komponen-komponen seperti berikut:
·      Hand 1 : (part of body/ bagian tubuh), (end of arm/ ujung lengan),  (for holding/ untuk memegang)
·      Hand 2 : ( part of clock/ bagian dari jam), (on dial/ di muka arloji), (moving/ bergerak), …
·      Hand 3 : (human/ manusia), (working/ bekerja), (wage - earning/ upah - pendapatan) …
·      Hand 4 : (human agent/ agen manusia), (public appreciation/ apresiasi publik), (movement/ pergerakan) ….
Di sini, beberapa komponen dibagi atau dimiliki bersama atau lebih dari satu makna leksem hand itu: Hand 1, hand 3, hand 4 merupakan human/ manusia, sedangkan hand 2 memiliki hand 4 merupakan komponen (movement/ pergerakan).
Pendekatan terhadap anakon leksikal ini mencakup pengontrasan semua makna yang dapat dikenali terhadap leksem-leksem yang disamakan dari B1 dan B2. Ketika telah melihat dan menemukan bahwa kata Inggris “hand” dapat bermakna Hand, Zeiger,  Hilfsarbeiter, dan Beifall dalam bahasa Jerman.
Bahasa polisemi yang berbeda seperti itu merupakan sumber kesalahan yang biasa terjadi (umum) di antara pembelajar B2. Dikarenakan siswa Inggris yang belajar bahasa Jerman cenderung menggunakan die Hand untuk mengacu kepada der Zeiger.
Namun, ada pendekatan alternatif yang didasarkan pada tertium comparationis daripada intensitas formal kata Hand Jerman dan kata hand Inggris. Inilah pendekatan yang berdasarkan pada “bidang semantik” atau “semantic field”. Dan justru dalam kepolisemian di bidang semantik ini akan mengarah kepada homogenitas atau keumuman maksimum dari komponen-komponen semantik itu.
Dari uraian itu, Bacila menentukan serta menetapkan sepenuhnya istilah-istilah penyakit fisik dalam bahasa Inggris dan Rumania dengan mengacu pada setengah lusin komponen: (diffuse/ Menyebar), (continous/ berkesinambungan), (sudden/ tiba-tiba), (profound/ mendalam), (localised/ terlokalisasi), dan (physical agent/ agen fisik). Selanjutnya Di Pietro (1971: 118) juga mengenal dan memperkenalkan sebelas makna “meet” dan “flesh” dengan mengacu kepada enam komponen, yaitu : (human /Manusia), (concrete konkret), (localised / terlokalisasi), (animal/ hewan), (internal/ internal), dan (edible/ dapat dimakan).

Setelah menetapkan leksem-leksem B1 yang membatasi pada bidang tertentu , maka akan mengarah kepada Anakon. Di sini kita akan dihadapkan pada suatu pilihan prosedural: apakah akan menghasilkan suatu pilihan spesifikasi mandiri terhadap leksem-leksem B2 (berserta maknanya) bagi bidang yang sama, atau memanfaatkan ekuivalensi terjemahan.
Sebetulnya, kedua pendekatan itu adalah “mirror images/ bayangan cermin”. Artinya kalau kita menggunakan yang pertama, maka penutur asli perlu menyediakan inventarisasi B2, dan setiap leksem dianalisis secara komponen. Kemudian meningkatlah pada pencocokan prosedur antara B1 dan B2 (beserta maknanya) di mana yang menerima komponen-komponen yang sama itu merupakan ekuivalen-ekuivalen terjemahan.
Pendekatan kedua dimulai dengan terjemahan-terjemahan secara tentatif dan analisis komponen berikutnya merupakan suatu pemeriksaan terhadap kelayakan semua itu.
Lehrer (1969) menganalisis kata COOKING dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Menurutnya kata “cook” memiliki tiga makna yaitu:
·      Dalam pengertian umum, (cook 1) bermakna “mempersiapkan masakan/ to prepare a meal” dan ini termasuk ke dalam bidang tugas-tugas rumah tangga seperti clean, wash, repair, dll.
·      Dalam pengertian kurang umum, (cook 2) berkontras dengan “bake” yaitu yang mengacu kepada persiapan semua makanan selain daripada yang dijual di toko-toko roti.
·      Dalam pengertian yang menonjol dan menjadi sorotan Anakon, (cook3) melibatkan penerapan panas dalam berbagai cara terhadap makanan.
Lehrer berlandaskan bahwa bidang leksikal yang dicakup oleh cook 3 dapat dibagi menjadi empat kategori utama yang diwakil oleh leksem-leksem seperti boil, fry, broil, dan bake 2 (yang mengandung pengertian khusus)…. Makanya keempat tersebut merupakan hiponim dari cook 3. Dan cook 3 merupakan hiperonim atau leksem dasar bidang tersebut. Broil adalah kata Inggris Amerika yang bermakna “ to cook directly under heating unit or directly over an open fire/ untuk memasak langsung di bawah unit pemanas atau langsung di atas nyala api”, dan sejalan dengan kata-kata Inggris British grill dan toast.
Berikut ini adalah contoh pembuatan subperangkat leksem-leksem dari bidang cook dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman dengan cara menentukan komponen-komponen semantiknya, sehingga kita berada dalam posisi melaksanakan anakon tersebut. Perhatikan gambar berikut:
C1-C5 mengacu kepada kelima komponen yang merupakan wadah perangkat-perangkat leksem-leksem tersebut dapat ditetapkan dan dibedakan. Tanda konvensi (+) menyatakan  bahwa leksem itu ditandai dengan pemilikan komponen yang relevan, sedangkan tanda konvensi (-) berarti tidak memiliki komponen yang relevan, dan tanda O berarti komponen itu tidak menerapkan salah satu pun secara distingtif.
Berikut ini adalah kesamaan-kesamaan dan kontras-kontras dari uraian di atas:
·      Cook   = kochen 1 : keduanya bermakna mempersiapkan makanan dalam setiap cara yang ditetapkan oleh C1-C5.
·      Boil     = kochen 2 : yaitu di dalam air, di atas nyala api, dengan cepat.
·      Simmer= kochen 3 : yaitu di dalam air, di atas nyala api, dengan hati-hati.
Braten ditentukan secara positif hanya dengan keabsenan air dalam proses pemasakan, segala komponen lain adalah non distingtif (ditandai dengan O). sekarang braten dapat saja dengan atau tanpa minyak, misalnya berbentuk kering; braten dapat juga diartikan sebagai dalam oven atau pada api. Kemudian Bratkartoffein dimasak di dalam panci atau di atas api, dengan mnyak, yaitu digoreng, sedangkan ein Rindbraten disiapkan di dalam oven, tanpa minyak; misal roast beef. Dengan kata lain, braten merupakan istilah yang lebih umum yang menduduki ruang semantik fry dan roast. Hal ini merupakan bentuk kasus generalitas yang divergen secara interlingual (antarbahasa).
ntuk membedakan istilah braten itu, dapat ditetapkan dua istilah, yaitu braten 1 = fry dan braten 2 = roast hal itu digunakan untuk menghindari “analisis terikat” kalau diperkenalkan dengan lebih banyak komponen.
Calon-calon yang paling unggul bagi komponen-komponen tersebut adalah “selectional feature” atau ciri-ciri pilihan. Sehingga kita dapat mengatakan braten 1 memilih objek-objek seperti Schinken ‘bacon’, spiegeleier ‘fried eggs’ sedangkan braten 2 memilih sebagai objek berupa nomina-nomina seperti Rind ‘beef’, Schweine ‘pork’, dan toast memilih komponen-komponen yang sama seperti rosten dan memberi kita Rostbrot buat toast (n). Akan tetapi hubungan itu tidak selalu begitu jelas; seperti Rostkartoffein ‘baked potatoes’, Rostpfanne ‘freying pan’ dan Rostofen ‘klin’.
Menurut Lehrer (1969;45) C1-C5 gagal membedakan Roast dengan bake, pemecahan kompromis yang dibuatnya adalah dalam ‘membuat roast hanya sebagai hiponim parsial bake’. Di sini, kita dapat juga membedakan pasangan ini jika ingin membuat spesifikasi lebih lanjut dengan bantuan ciri-ciri seleksional; bake/backen memilih bahan-bahan yang terbuat dari tepung (cake/Kuchen/Gebach) sedangkan roast/braten memilih bahan-bahan yang berasal dari hewan misalnya daging.

Berikut ini adalah tiga gagasan semantik:
(i)    Boil, fry, roast, etc, disebut KOHIPONIM dari leksem-leksem dasar cook;
(ii)  Hand dan die Hand berada dalam suatu hubungan POLISEMI DIVERGEN; dan
(iii) Roast yang memperlihatkan GENERALITAS DIVERGEN,
(iv) Nosi atau pengertian nilai yakni SINONIM “kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi”
(Tarigan 1986; 78)

C.     Analisis Sintaksis
Berikut ini beberapa contoh analisis sintaksis kontranstif bahasa Indonesia dan bahasa Jerman dari segi sintaksis. Sebelum dibicarakan kontrastif kedua bahasa perlu dipahami terlebih dahulu bahwa Bahasa Indonesia termasuk pada kelompok bahasa aglutinasi  yang bercirikan  penempelan imbuhan pada kata dasar menjadi kata bentukan.  sementara bahasa Jerman  termasuk kelompok bahasa berfleksi, yaitu terjadinya perubahan bentuk kata kerja sesuai dengan jumlah dan bentuk  subjeknya dan terjadinya deklinasi pada nomina. Pembahasan mengenai struktur kalimat dalam bahasa Jerman tidak dapat  dilepaskan  dari pembicaraan dari peran sintaksis verba.
Sebelum beranjak ke tataran sintaksis berikut ini informasi kontrastif yang perlu dipahami.
1)    Huruf Kapital
Anda                                       Sie
                                                Nomen
2)    Penjamakan (perubahan bentuk)
Buku-buku                              die Buecher                
Para tamu                                der Gast-Die Gaeste
3)    Struktur frasa kata benda (D-M)
Rumah bagus                         schone Hause
Rumah sakit                            Krankenhaus
Seorang gadis cantik               eine huebsche Madchen
4)    Kepemilikan (Pronomina-Kasus-S/Pl-Praposisi)
Buku saya                                           mein Buch
Mobilnya (dia)                        sein Auto
Rumah mereka                        ihre Haus
Setelah memahami beberapa hal di atas masuklah pembahasan pada aspek sintaksis.
5)    Struktur verba
Dia membaca buku                              er liest ein Buch.
Kemarin di toko itu ada buku baru. Gestern gibt es ein neues Buch in der Handlung.
            Dia akan membeli buku besok pagi    Er will ein Buch morgen kaufen.
6)    Perubahan bentuk verba (tempus-deklinasi)
Minum
Dia minum kopi                                  Er trinkt Kaffe
Mereka minum kopi                            Er trinken Kaffe
7)    Perbedaan kala
Saya membeli buku                            Ich kaufe ein Buch.
Saya membeli buku kemarin              Ich kaufte ein Buch gestern.
Dulu saya belajar di Solo                   Frueher habe ich in Solo gelernt.



Daftar Pustaka
James, Carl. 1980. Contrastive Analysis. Cholcester and London: Longman.
Tarigan, Henry Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.