Psikologi Dasar dalam Analisis Kontrastif dengan Sparkol VideoScribe

Psikologi Dasar dalam Analisis Kontrastif dengan Sparkol VideoScribe 

https://youtu.be/M6Xb2duECOo

ANALISIS KONTRASTIF KELOMPOK DUA
PSIKOLOGI DASAR DALAM ANALISIS KONTRASTIF

https://youtu.be/v0WQmX5LszE

ANALISIS KONTRASTIF MIKROLINGUISTIK : FONOLOGI DAN MORFOLOGI





ANALISIS KONTRASTIF MIKROLINGUISTIK:
FONOLOGI DAN MORFOLOGI

MAKALAH
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kontranstif dan Analisis Kesalahan Berbahasa
Dosen Pengampu:
Prof.Dr. Aceng Rahmat, M.Pd.
Dr.Liliana Muliastuti, M.Pd.







Disusun oleh

Hartanto Hadi
Septian Aji Setia Permana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017

Pengertian Analisis Kontrastif
Secara umum pengertian analisis kontrastif (Anakon) dapat ditelusuri melalui makna kata dari bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2). Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau uraian berupa proses atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkinkan dapat menemukan pokok permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan kemudian dikupas, dikritik, diulas, dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami. Moeliono (1988:32) menjelaskan bahwa analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan antara dua hal. Perbedaab inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti dan dipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat membandingkan perbedaan atau persamaan antara dua bahasa merupakan suatu realita yang tidak bisa kita hindari.
Studi tentang analisis kontrastif yang dikemukakan oleh Carl James membicarakan dua kesulitan utama yaitu (1) kesulitan dalam bidang fonologi dan (2) kesulitan dalam bidang struktur. Taraf kesulitan itu didasarkan atas tiga macam hubungan antara B1 dan B2: (1) B1 mempunyai kaidah dan B2 memiliki padanan; (2) B1 mempunyai kaidah tetapi B2 tidak mempunyai padanan, sedangkan yang ke (3) B2 mempunyai kaidah dan tak ada padanan dalam B1.
Analisis kontrastif menurut Tarigan sebagai berikut:
Analisis kontrastif berupa prosedur kerja adalah aktifitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan diantara kedua bahasa. Jadi analisis kontrastif adalah kegiatan dalam tujuannya mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara dua bahasa.
Linguistik dari segi telaahnya dapat dibagi atas dua jenis, yaitu linguistik mikro (mikrolinguistik) dan linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro dipahami sebagai linguistik yang sifat telaahnya lebih sempit. Artinya, bersifat internal, hanya melihat bahasa sebagai bahasa. Dalam kajian ini bahasa dilihat dalam bidang struktur: fonologi, morfologi,. Linguistik makro bersifat luas, sifat telaahnya ekternal. Linguistik ini mengkaji kegiatan bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya ekonomi dan sejarah. Bahasa digunakan sebagai alat untuk melihat bahasa dari sudut pandangan dari luar bahasa.
Mikrolinguistik (Microlinguistics) adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam arti sempit, yaitu bahasa dalam kedudukannya sebagai fenomen alam yang berdiri sendiri. Mikrolinguistik mempelajari bahan bahasa secara langsung tentang sifat-sifat, struktur, cara kerja dan sebagainya. Kajian ilmu kebahasan ini juga mempelajari tentang kesulitan tata-bahasa. Taraf kesulitan tersebut adalah hubungan antara bahasa sumber (B1) dalam hal ini bahasa Indonesia dan bahasa sasaran (B2) bahasa Arab apabila B1 mempunyai kaidah dan tak ada padanan dalam B2, atau sebaliknya.
Sementara pengkajian analisis kontrastif meliputi dua pengkajian baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis analisis kontrastif bertujuan meningkatkan pengetahuan dalam bidang kebahasaan. Secara praktis analisis kontrastif bertujuan untuk keperluan praktis, pengajaran dan penyusunan bahan pengajaran.

      Prinsip-Prinsip Umum Analisis Kontrastif Mikrolinguistik

Prinsip-prinsip umum pada Anakon ada dua, yaitu (1) pemerian, pendiskripsian (description) dan (2) perbandingan, komparasi (comparison) dan langkah-langkah itu dilaksanakan dengan berurutan.  Menurut Halliday terdapat dua prinsip pada analisis kontrastif, yaitu memerikan sebelum membandingkan dan membandingkan pola-pola tertentu dan bukan bahasa secara keseluruhan.  Pada prinsip pertama kita tidak dapat membandingkan cara kerja sejumlah bahasa sebelum kita memerikan cara kerja masing–masing bahasa itu. Jika kita ingin menggunakan bahasa ibu sebagai bahan perbandingan dalam mempelajari bahasa asing, kita tidak cukup hanya bisa berbahasa ibu tetapi kita juga harus menguasai bahasa yang akan kita bandingkan itu. Pada prinsip kedua, kita tidak dapat membandingkan B1 dengan B2 secara keseluruhan. Yang dapat diperbandingkan adalah salah satu atau beberapa unsur  atau pola yang terdapat pada masing-masing bahasa pengandaian yang dibandingkan. Dan kita tidak dapat menarik kesimpulan dari kedua perbandingan ini karena setiap pola perbandingan dibahas secara terpisah.

      Analisis Kontrastif  Mikrolinguistik

A.    Gramatikal
1.  Pengertian Gramatikal
Gramatikal (Tata bahasa) adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Ilmu ini merupakan bagian dari bidang ilmu yang mempelajari bahasa yaitu linguistik. Telah diketahui bahwa linguistik sebagai sebuah ilmu memilki objek berupa bahasa. Lebih konkretnya lagi bahasa yang dimaksud tersebut berupa parole (ujaran). Linguistik merupakan disiplin ilmu yang mengkaji bahasa manusia yang berupa tuturan dalam suatu bahasa. Dengan demikian, data yang dijadikan korpus untuk kepentingan penelitian ilmu bahasa ialah bahasa yang dipakai manusia untuk berinteraksi, bekerja sama, dalam suatu lingkup kebudayaan tertentu. Linguistik menjadikan bahasa lisan sebagai data primer, sedangkan bahasa tulis sebagai data sekunder.
Dalam kerangka memudahkan analisis atau kajian bahasa, para ahli bahasa (linguis) membuat tataran-tataran bahasa atau linguistik. Tataran-tataran yang dibuat tersebut bahkan menjadi rumpun atau subdisiplin tersendiri.

2.      Satuan-satuan Gramatikal
Dalam kajian linguistik, selain kita diperkenalkan kepada istilah tataran linguistik juga kita diperkenalkan ke dalam istilah satuan-satuan bahasa atau satuan-satuan gramatikal. Satuan-satuan bahasa yang dimaksud adalah unsur-unsur pembentuk bahasa, baik unsur segmental maupun unsur suprasegmental.
Unsur segmental berwujud fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Adapun unsur suprasegmental berwujud nada, tekanan, intonasi, dan jeda. Unsur-unsur pembentuk bahasa tersebut membentuk suatu kesatuan yang sistemis dan sistematis, dan dikaji dalam cabang linguistik (tataran linguistik) dan relevan. Unsur-unsur berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana lazim pula disebut dengan istilah satuan gramatikal atau tataran gramatikal. Dikaitkan dengan kajian linguistik, satuan gramatikal akan menjadi satuan terbesar atau terkecil dalam tiap tataran linguistik.

Perhatikan bagan berikut:


Bidang Ilmu
Tataran  Gramatikal
Fonologi
Fonem
Morfologi
Morfem
Sintaksis
Frasa
Klausa
Kalimat
Wacana
Alinea
Bagian /sejumlah alinea
Anak Bab
Karangan utuh

B.     Fonologi
1.  Pengertian Fonologi
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berari ‘bunyi’ , dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang di produksi oleh alat-alat ucap manusia.
Fonologi dalam pembahasannya bahwa bahasa adalah sistem bunyi ujar sudah disadari oelh para linguis. Oleh karena itu, objek utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar. Jika kita menemukan dalam praktik berbahasa dijumpai ragam bahasa tulis, di anggap sebagai bahasa skunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh karena itu, bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian linguistik.
Bila kita mendengar suara orang berbicara entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi-bunyi bahasa yang terus-menerus, kadang-kadang terdengar hentian sejenak dan hentian agak lama, kadang-kadang terdengar pula suara panjang dan suara biasa, dan sebagainya. Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkat-tingkat kesatuannya. Misalkan, runtutan bunyi dalam bahasa Indonesia berikut (untuk sementara dan memudahkan disini digunakan transkripsi ortografis, bukan transkripsi fonetis dan dengan mengabaikan unsur-unsur suprasegmentalnya).
Bagan berikut barangkali bisa lebih menjelaskan tahap-tahap segmentasi terhadap ujaran [monyet itu melompat keatas truk pisang]

1
Monyet itu
Melompat ke atas truk pisang
2
Monyet
Itu
Melompat
Ke atas truk pisang
3
Ke atas
Truk pisang
4
ke
atas
truk
pisang
           
Kemudian segmen-segmen runtutan buyi itu dapat disegmentasikan lagi sehingga kita sampai pada satuan-satuan runtutan bunyi yang disebut silabel atau suku kata. Sebagai contoh kalau kita ambil runtutan bunyi yang menjadi segmen (1a1) yaitu [monyet] akan kita dapatkan silabel [mo] dan [nyet]. Contoh lain, runtutan bunyi yang menjadi segmen (1b1) yaitu (melompat) akan kita dapatkan segmen [me], [lom], [pat].
Silabel atausuku kata merupakan satuan runtutan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring, yang dapat disertai atau tidak oleh bunyi lain, didepannya, dibelakangnya atau sekaligus didepan dan dibelakangnya. Adanya kenyaringan atau sonoritas inilah yang menandai silabel itu. Puncak kenyaringan itu biasanya sebuah bunyi vocal, yakni bunyi yang dihasilkan tanpa adanya hambatan atau gangguan di rongga mulut. Misalnya pada silabel [mo] ada bunyi [o], pada silabel [nyet] ada bunyi [e], dan pada silabel [pat] ada bunyi vocal [a].
Kemudian runtutan bunyi pada silabel-silabel ini dapat disegmentasikan lagi. Misalnya, silabel [mo] dapat di segmentasikan menjadi bunyi [m] dan bunyi [o], pada silabel [nyet] dapat disegmentasiakn lagi menjadi bunyi [ny], bunyi [e], dan bunyi [t]. Perhatikan bagan berikut :


Melompat
me
lom
Pat
m
e
L
o
m
p
a
t
Monyet
 mo
Nyet
m
o
ny
E
T






Bunyi-bunyi bahasa inilah beserta runtutan dan  segala aturannya yang menjadi objek kajian  cabang linguistik  yang disebut fonologi. Jadi, objek kajian fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap atau alat bicara manusia.

2.  Pembagian Fonologi Kontraktif
Menurut Hierarki satuan bunyi terkecil ynag menjadi objek kajiannya, fonologi di bagi atas dua bagian, yaitu fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik bisa dijelaskan sebagai cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan statusnya, apakah bunyi-bunyi bahasa itu dapat membedakan makna (kata) atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang kajian fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna (kata). Lebih jelasnya kalau disimak baik-baik bunyi [i] pada kata [tani] dan kata [batik] adalah tidak sama. Bunyi [u] pada kata [susu] dan [dapur] juga tidak sama.inilah yang menjadi kajian fonetik. Sebaliknya bunyi [b] dan [p] pada kata [kabur] dan [kapur] menyebabkan kedua kata itu memiliki makna yang tidak sama.
Ketidaksamaan ini adalah karena berbedanya  bunyi [b] dan [p] itu meskipun bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya memiliki ciri yang sama. Inilah contoh dari objek kajian fonetik disebut fon (bunyi bahasa), sedangkan satuan bunyi terkecil yang menjadi objek kajian fonemik disebut fonem.

3.  Model-Model Fonologis
Analisis fonologis yang dapat digunakan untuk analisis kontraktif hanya mempunyai dua pilihan. Yaitu;
1.    Fonologi Taksonomik
Pendekatan ini bertujuan untuk “mengutarakan sistem-sistem fonem, kemungkinan penggabungan fonem-fonem dan variasi-variasi yang yang non.distingtif dari unit-unit tersebut dalam bahasa-bahasa yang berbeda. Dapat juga dikatakan bahwa secara keseluruhan asumsi-asumsi teoritis ini berjalan lancar” (Kohler 1971 : 84).

2.    Fonologi Generatif
Fonologi generatif berasal dari Amerika (Chomsky dan Halle 1968) yang sebenarnya bercikal bakal dari teori fonologis Eropa tahun 1940-an. Fonologi generatif ini beranggapan bahwa fonologi struktur permukaan diturunkan dari fonologi struktur dalam dengan bantuan transformasi-transformasi.



4.    Sebuah Contoh fonologis Analisis Kontrastif
Jenis type  sylabel dan  konsonan dalam bahasa Inggris dan Persia.
sylabel adalah salah satu yang signifikan, karena suku kata bagian krusial penting dalam aspek berbicara, dan juga karena penekanan dan intonasi adalah fitur dari suku kata dan suara tidak tunggal. Karena itu, sebelum membandingkan struktur suku kata dalam bahasa Inggris dan Persia tampaknya diperlukan untuk memberikan definisi dari sylabel pertama. Sylabel  adalah satuan pengucapan biasanya lebih besar dari satu suara dan lebih kecil dari sebuah kata. Misalnya, dalam kata bahasa Inggris dis.ad.van.tage  ada empat suku kata, dan dalam  kata bahasa Persia /Je.ni.drenl  suara terdiri dari tiga suku kata. Oleh karena itu, sylabel biasanya terdiri dari lebih dari satu suara, yaitu vokal ditambah satu atau lebih konsonan. vokal merupakan elemen penting dalam struktur sylabel . Dengan kata lain, sylabel tidak mungkin tanpa vokal. Vokal menjadi unsur wajib dalam sylabel disebut inti atau puncak. Puncaknya dapat didahului oleh satu atau lebih konsonan, yang merupakan awal dari suku kata; mungkin juga diikuti oleh satu atau lebih konsonan yang membentuk coda tersebut. Misalnya, dalam kata  'cat' dalam bahasa Inggris awal adalah / k /, is I æ,, and the coda is /tJ. (For more on this, see Keshavarz, 2009).
Jenis Syllable dalam bahasa inggris dan bahasa persia dibandingkan dengan bahasa Inggris, Persia memiliki  suku kata (sylabel) yang terbatas Jenisnya . Mengabaikan beberapa kata-kata yang dipinjam seperti / lustr / 'lampu' dan / Septambr / 'September', Persia hanya memiliki enam jenis suku kata yang disajikan di bawah dengan bantuan simbol V untuk vokal dan C untuk
konsonan.

Seperti dapat dilihat, jumlah konsonan yang dapat terjadi sebelum dan
setelah vokal berkisar dari satu sampai dua. Konsonan dapat terdiri dari hanya satu konsonan sementara coda bervariasi dari satu sampai dua konsonan panjang. Yang bertentangan dengan sejumlah kecil jenis suku kata dalam bahasa Persia, Bahasa Inggris memiliki cukup berbagai suku kata. Ini i1lustrated di Tabel 2.2 di bawah. Harus diingat bahwa di sini kita berhadapan dengan pengucapan kata-kata kunci.
Melalui perbandingan jenis suku kata dari bahasa Inggris dan Persia  seseorang dapat menyadari betapa sulitnya memperoleh suku kata struktur bahasa Inggris untuk pelajar berbahasa Persia dari bahasa ini. Bahkan, salah satu sumber utama dari kesalahan pengucapan Iran EFL peserta didik adalah kompleksitas gugus konsonan (yaitu, terjadinya lebih dari satu konsonan di awal atau coda dari suku kata), terutama di posisi awal. Hal ini karena bahasa  Persia tidak memungkinkan gugus konsonan awal sementara dalam bahasa Inggris hingga tiga konsonan dapat terjadi suku kata awalnya. Oleh karena itu, ketika dihadapkan dengan gugus konsonan awal, Persia-pelajar bahasa Inggris secara otomatis menyisipkan vokal sebelum atau di antara konsonan. Misalnya, mereka mungkin mengucapkan sekolah sebagai / esku: V atau jalan sebagai /

C. Morfologi

1. Hakikat Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata “morf” yang berarti bentuk dan kata “logi” yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata; sedangkan di dalam kajian biologi morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk sel-sel  tumbuhan atau jasad-jasad hidup.
Kalau dikatakan morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentukan kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya, perlu dibicarakan. Lalu, pembicaraan mengenai pembentukan kata akan melibatkan pembicaraan mengenai komponen atau unsur  pembentukan kata itu, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afik, dengan berbagai alat proses pembenktukan kata itu, yaitu afiks dalam proses pembentuklan kata melalui proses afiksasi, reduplisasi, ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses komposisi dan sebagainya. Jadi ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan makna sesuai dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan. Bila bentuk dan makna yang terbentuk dari satu proses morfologi sesuai dengan yang diperlukan dalam pertuturan, maka bentuknya dapat dikatakan berterima, tetapi jika tidak sesuai dengan yang diperlukan, maka bentuk itu dikatakan tidak berterima. Dalam kajian morfologi, alasan sosial itu kita singkirkan dulu.
Di dalam Linguistik “ilmu bahasa”, morfologi merupakan salah satu struktur internnya. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia Morfologi adalah ilmu bentuk.
Menurut Ramlan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan kata.
Adapun yang dimaksud dengan morfologi bahasa Arab yang menurut bahasa berarti mengubah sesuatu dari asalnya, dan menurut istilah ialah mengubah dari asal (pokok) pertama kepada contoh yang berlainan Al Kailani mengatakan “Tasrif adalah perubahan asal yang satu menjadi contoh-contoh yang banyak bagi beberapa arti yang diharapkan, yang tidak mungkin dapat diperoleh kecuali dengannya”. Yang dimaksud asli disini ada dua pendapat, menurut ulama’ Basrah ialah masdar dan menurut ulama’ kufah ialah fi’il madhi. Sedang dimaksud dengan mengubah adalah mengubah dari pada fi’il madi ke fi’il mudhari’, masdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amar, fi’il nahi, isim zaman/makan, dan isim alat.
2.  Objek Kajian Morfologi
Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses forfologi, dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Dalam proses morfologi dasar atau bentuk dasar merupakan bentuk yang mengalami proses morfologi. Dasar ini dapat berupa bentuk pilimorfemis (bentuk berimbuhan, bentuk ulang dan bentuk gabungan). Alat pembentuk kata dapat berupa afiks dalam proses afiksasi, dapat berupa pengulangan dalam proses reduplikasi dan berupa gabungan dalam proses komposisi.


Beberapa konsep dalam bidang morfologi yaitu:
1. Kata
2. Morfem
3. Alomorf

Kesimpulan
Analisis kontrastif adalah membandingkan persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu (B1) dan bahasa sasaran (B2). Namun proses perbandingan ini hanya sebatas pada membandingkan unsur kebahasaan  yang ada dalam struktur kedua bahasa, baik dari faktor perbedaan gramatikal ataupun leksikalnya ataupun faktor kebahasaan lainnya.
Cabang-cabang linguisik dibagi dua yaitu mikrolinguistik dan makro-linguistik. Mikrolinguistik merupakan bidang teoretis dalam linguistik. Mikrolinguistik adalah bidang linguisti yang mempelajari bahasa dalam arti sempit. Diantara beberapa cakupan Mikrolinguistik adalah sebagai berikut:
a.    Fonologi merupakan cabang mikro linguistik yang ruang lingkupnya membahas tentang bunyi bahasa ditinjau dari fungsinya.
b.    Morfologi merupakan anak cabang dari mikro linguistik yang cakupan pembahasannya tentang kata dan kelompok kata. Morfologi juga termasuk menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya dan cara pembentukannya.
c.    Morfologi atau tata kata adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata. Morfologi mengkaji seluk-beluk morfem, bagaimana mengenali sebuah morfem, dan bagaimana morfem berproses membentuk kata.
d.    Terdapat beberapa pola jamak dalam bahasa Indonesia yaitu, pengulangan kata, penambahan kata bilangan, penambahan kata bantu jamak, dan kata ganti orang. Dalam bahasa Indonesia terdapat leksem atau kata yang langsung bermakna jamak seperti, masyarakat, publik dan lain-lain.





Referensi
Guntur, Henry Tarigan. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa

James, Carl. 1959. Course in General Linguistics. London: Longman. 1980. Contrastive Analysis. London: Longman.

Keshavarz, Hossein.M. 2012. Contrastive Analysis & Error Analysis.Rahnama Press.

Moeliono, 1987. Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Pernak-Pernik PBA .2013. Analisis Kontrastif Mikrolinguistik.

Tersedia [online] : http://bayucalongurubahasaarab.blogspot.co.id/2013/04/vi-anakon-anakes-analisis-kontrastif.html diakses (27 Maret 2017)