KOMPONEN LINGUISTIK ANALISIS KONTRASTIF
Disusun Oleh
Rusmi Siagian
Sony Haryadi
A. Pendahuluan
Para
contrastivist berpandangan bahwa
tujuan analisis kontrastif yaitu untuk mendeskripsikan dan membandingkan L1
dengan L2. Fungsi dari analisis kontrastif yaitu ada yang disebut dengan “goal” dan “means”. Goal sendiri
berasal dari bidang ilmu psikologi sedangkan means diperoleh dari bidang ilmu linguistik. Kedua fungsi ini
mempertegas bahwa analisis kontrastif bukanlah ilmu yang merupakan turunan dari
ilmu psikolinguistik. Dalam makalah ini akan dibahas tentang fungsi “goal” analisis kontrastif yang berasal dari ilmu bidang linguistik.
Pertama,
analisis kontrastif menggunakan kerangka linguistik yaitu membagi konsep bahasa
ke dalam 3 bagian: 1. Levels of Phonology, 2. Levels of Grammar dan 3. Levels
of Lexis. Kedua, analisis kontrastif membagi kategori bahasa dalam: 1. Unit, 2.
Structure, 3. Class dan 4. System. Lalu analisis kontrastif juga menggunakan “Model” untuk pendeskripsian bahasa. Kajian ini
selanjutnya akan diperdalam dalam bab berikutnya.
B. Levels of Phonology
Dua
poin penting berkaitan dengan penentuan levels
of language yaitu telah ditetapkannya “procedural
orientation” tradisional yang menyatakan bahwa dalam pendeskripsian bahasa,
fonologi dideskripsikan sebelum morfologi dan morfologi sebelum sintax.
Pernyataan ini dibuat dengan 2 alasan: yaitu dari segi urutan yang kemungkinan
terjadi dan keyakinan para linguist bahwa fonologi adalah unsur paling dasar
dalam bahasa. Dua alasan tersebut didapat dari fakta bahwa fonologi bahasa
lebih terbatas. Stockwell dan Brown (1965:116) berpendapat bahwa Spanyol
mempunyai 19 konsonan termasuk 2 semivowel. . .Inggris mempunyai 24 konsonan
termasuk 2 semivowel. Berlawanan dengan fonologi, tidak ada seorang linguist
pun yang berani menyatakan jumlah pola dari sintaks dan jumlah leksikal dalam
bahasa tertentu.
Berlawanan
dengan urutan tradisional procedural orientation, beberapa aliran muncul
menyatakan bahwa menggabubkan pengkajian analisis kontrastif tidaklah harus
sesuai dengan uruta-urutan di atas. Sebagai contoh, mungkin sekali akan terjadi
pelibatan faktor grammatical ketika harus mengkaji fonologi.
Dalam
analisis kontrastif ada 2 langkah yaitu langkah pertama adalah ”stage of description” dimana dalam
langkah ini yaitu mendeskripsikan dua bahasa dalam tingkatan yang sesuai;
langkah kedua yaitu “juxtaposition” untuk
membandingkan dua bahasa. Di dalam perbandingan bahasa ada istilah “interlingual level shift” yaitu
membandingkan tingkatan bahasa antara L1 dan L2. Berikut contoh dari “interlingual level shift”:
i)
Kamu tahu siapa orang
itu you know who
he is
kamu tahu siapa orang itu? Do you know who is he?
L1
L2
|
Phonology
|
Lexis
|
Grammar
|
Phonology
|
|
|
|
Lexis
|
|
|
|
Grammar
|
i
|
|
|
Dari contoh di atas dapat terlihat bahwa dalam L1
kalimat dibedakan antara pernyataan dan pertanyaan dengan menggunakan
intonansi, sedangkan dalam L2 dibedakan dengan alat grammatikal yaitu
penambahan do: ini disebut dengan
phonology-to-grammar level shift.
C. Kategori Grammar
Dalam
lingusitik, deskripsi akan diatur melalui kerangka kategori. Halliday
(1961:247) menyebutkan ada 4 hal yang sangat penting dalam deskripsi
linguistik: unit, structure, class and
sysytem.
UNIT, unit gramatikal yang termasuk dalam pendeskripsian
bahasa yaitu jika diurutkan dari skala paling besar ke paling kecil: sentence-clause-phrase-word-morpheme.
Berikut contoh perbandingan UNIT dalam analisis kontrastif:
i)
dia selesai membaca buku
ini
ii)
she has finished reading
this book
|
sentence
|
clause
|
Phrase
|
word
|
Morpheme
|
L1
|
1
|
1
|
2
|
5
|
6
|
L2
|
1
|
1
|
2
|
6
|
8
|
Dari tabel di atas dapat
terlihat bahwa sentence-phrase total ranknya sama, ini disebut (isomorphemic).
Sedangkan dalam word dan morpheme berbeda jumlah yang disebut Interlingual rank
shift.
STRUCTURE, Halliday (255) berkata bahwa structure
adalah penyusunan bahasa secara berurutan. Dalam analisis kontrastif berfokus
pada struktur kategori dengan susunannya klausa, phrase, dan kata. Berikut
contoh analisis kontrastif struktur:
i)
My father, who plays
chess, is very patient.
ii)
Mein Vater, der Scach
spielt, ist sehr gedulgig
Dalam klausa bahasa
Inggris finite verb ditempatkan pada tempat kedua sebelum complement dan
setelah Spron:
Spron + Vfinite + comp.
sedangkan bahasa Jerman
urutannya adalah
Spron + comp + Vfinite.
Contoh lain tentang
penempatan adjective:
i)
Gadis cantik
ii)
Beautiful girl
Di dalam bahasa
Indonesia, adjective biasanya muncul setelah kata benda (N), sedangkan bahasa
Inggris Adjective muncul sebelum kata benda (N).
Noun Plural: Buku:
Buku-buku
Buku: Books
Mempluralkan suatu kata
benda di dalam bahasa indonesia yaitu dengan cara pengulangan kata, sedangkan
dalam bahasa Inggris cukup dengan menambahkan suffix “s” pada akhir kata benda.
CLASS, pembatasan suatu unit untuk dapat berfungsi
sesuai dengan penempatannya. Sebagai
contoh perbandingan elements of acting utuk memodifier noun:
i)
eine unter meinem Wagen
schlafende Katze
ii)
a cat sleeping under my
car
dalam bahasa Jerman
kompleks modifier muncul sebelum noun, sedangkan di bahasa Inggris kompleks
modifier harus muncul setelah modified noun.
D. Model Bahasa Analisis Kontrastif dalam Level Gramatikal
Dua
atau lebih linguist mungkin akan mengkaji pendeskripsian yang berbeda tentang
suatu bahasa yang sama, hal ini dikarenakan mereka menggunakan model bahasa
yang berbeda. Berikut ada 4 model bahasa yang akan dibahas yaitu: Structural
model, Transformational-Generative Grammar, Contrastive Generative Grammar dan
Case Grammar.
a.
Structural or
“Taxonomic’ Model
Harris (1954) dalam artikelnya berkata bahwa metode ini
dapat dugunakan untuk tujuan perbandingan. Metode ini dapat mengukur perbedaan
struktur gramatikal baik itu perbedaan maksimal atau persamaan maksimal antara
dua sistem bahasa. Teknik yang digunakan dalam metode ini adalah Immidiate Constituent (IC). Teknik ini
menerapkan pengertian bahwa setiap konstruksi gramatikal (yang tidak sederhana)
dapat dibagi ke dalam beberapa konstituen: Pembagian ini dirumuskan dengan ABC.
Dapat menjadi A + BC atau AB + C. Contoh:
beautiful young lady menjadi beautiful + young lady
(A+BC)
Very old woman menjadi Very old + woman (AB+C).
Contoh dari kalimat lain yaitu:
John is the nicest boy who speaks French
kalimat di atas mempunyai 2 IC, main clase and dependent
clause. The main clause dibagi menjadi Subject (John) dan Predicate (is the
nicest boy) sedangkan dependen clause nya dibagi menjadi seubject (who) dan
predikat (who speaks French). Selanjutnya kita memproses tiap predikat kedalam
Verb dan pelengkap. Berikut diagram IC dalam analisa kalimat tersebut:
b.
Transformational-Generative
Grammar (T-GG)
Transformational_Generative Grammar telah dijelaskan oleh
Chomsky dalam bukunya Syntactic Structure(1957) dan Aspects of the Theory of
Syntax(1965) bahwa dalam grammar ada dua segi yaitu yang disebut dengan “deep structure” dan “surface structure”.
Dalam tahap dari deep structure menuju ke surface
structure ada tiga tahap transformasi yaitu:relativisation, whiz-deletion dan
adjective shifting.
Berikut contoh dari ketiga tahap transformasinya:
DS I have
an apple + The apple is red
a I
have an apple which is red
b I
have an apple red
c I
have a red apple SS
Dalam T-GG ini juga dibahas tentang keambiguan suatu
kalimat sehingga dalam metode ini adanya DS dan SS dapat megatasi kemabiguan
kalimat. Sebagai contoh kalimat:
Marry is a beautiful dancer
Kalimat ini bermakna ambigu antara marry adalah seorang
penari yang berparas cantik ataukah marry adalah seorang yang mahir dalam
menari. Untuk itu DS dan SS berfungsi untuk memecah kalimat di atas sebagai
berikut:
i)
Marry is a dancer, who
dances beatifully
ii)
Marry is a dancer, who
is beautiful
c.
Contrastive Generative
Grammar (CGG)
Model ini pertama muncul dari gagasan Krzeszowski(1974,
1976) tentang ketidakpuasannya terhadap dua tahap CA yaitu tentang
pendeskripsian dan perbandingan. Karena jelas dua tahap ini yaitu deskriptif
lebih mengutamakan perbandingan daripada tujuannya sendiri dan tahap
perbandingan sangat ditentukan oleh input. Ada dua karakteristik CGG menurut
Krzeszowski yaitu:
-
CGG bukan merupakan
perpaduan antara dua monlingual grammars, tetapi single bilingual grammar.
-
Proses CGG berasal dari
input semantik menuju ke surface structure (output) yang mempunyai 5 tahapan
yaitu:
|
5. Post lexical
|
Output
|
|
4. Lexical
|
|
|
3. Syntactic
|
|
|
2. Categorial
|
|
Input
|
1 Semantic
|
|
d.
Case Grammar
Pada gramatika kasus, struktur dalam sebuah kalimat terdiri
dari dua konstituen, yaitu modalitas dan proposisi. Fillmore menyatakan bahwa
modalitas yang biasa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan
proposisi terdiri atas sebuah verba disertai dengansejumlah
kasus. Perhatikan bagan berikut ini.
Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan
antara verba dengan nomina. Verba di sini sama dengan predikat, sedangkan
nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif. Hanya dalam teori
ini diberi label kasus. Misalnya, dalam kalimat bahasa Inggris John opened
the door with the key, argumen1 John berkasus ‘pelaku’,
argumen2 door berkasus ‘tujuan’, dan argumen3 key
berkasus ‘alat’.
Fillmore menamakan kasus ‘yang mengalami’ dan kasus
‘tujuan’.
Daftar kasus-kasus tersebut adalah sebagai
berikut :
I = Agentif TJ = Tujuan
P = Experiens TP = Tempat
I = Instrumen WK = Waktu
O = Objektif PNY = Penyerta
S = Sumber BEN= Benefaktif
Hubungan logis antara verba dengan frasa benda
ditandai dengan preposisi seperti berikut.
Sebagai contoh dari keterangan di atas adalahberikut ini.
a. Anak kami membeli buku
b. Kemarin dokter memeriksa anak kami
c. Anak kami melihat filem tadi malam.
Pada kalimat-kalimat di atas frasa nomina anak kami, sesuai
dengan hubungan semantik sintaktik mempunyai kasus yang berbeda, anak
kami pada kalimat (a)
mempunyai kasus pelaku (A), anak kami pada kalimat (b) berkasus objek (O),
sedangkan anak kami pada kalimat (c)
mempunyai kasus mengalami (P).
Masing-masing kasus diuraikan seperti berikut ini.
Kasus Agentif (A)
Kasus agentif adalah kasus yang secara khusus ditujukan
bagi makhluk hidup (yang bernyawa) yang merasakan hasutan tindakan yang diperkenalkan
oleh verba (dalam Tarigan, Fillmore, 1968: 24}. Kasus agentif mendapat pemarkah
[+hidup] yang merupakan pelaku suatu kegiatan atau yang memprakarsai tindakan
verba, seperti dalam kalimat ‘Marta memangkas bunga mawar, kata ‘Marta’
melakukan perbuatan memangkas atau memprakarsai tindakan memangkas bunga mawar.
Kasus Experiens (P)
Kasus yang mengalami berbeda dengan kasus pelaku walaupun
verba yang ada di dalam predikat adalah verba yang sama. Bandingkan kalimat
‘Budi mendengar suara aneh’ berbeda dengan kasus, ‘Budi mendengar radio’. Kata
‘Budi’ yang pertama mempunyai kasus yang mengalami sedangkan yang kedua
mempunyai kasus pelaku mendengar radio.
Untuk membedakan PLK dan P dapat digunakan masing-masing
pertanyaan ‘Apa yang dilakukan PLK?’ dan ‘Apa yang terjadi pada P’
Kasus Instrumen (I)
Kasus alat/ instrumental ialah kasus yang berkekuatan
tidak hidup/tidak bernyawa atau objek yang secara kausal terlibat di dalam
tindakan atau
keadaan yang diperkenalkan oleh verba (dalam Tarigan,
Fillmore, 1968: 24). Kasus agentif mempunyai ciri [-hidup] yang tidak bernyawa,
secara kausal merupakan penyebab suatu tindakan atau
keadaan yang diekspresikan oleh verba. Kasus ini diberi pemarkah dengan
preposisi ‘with’ dalam bahasa Inggris. Ini bukan berarti bahwa setiap frasa
benda yang didahului oleh preposisi ‘with’ adalah alat.
Misalnya, ‘Jhon opened the door with a key’, ‘a key’ merupakan alat untuk
membuka pintu dan menyebabkan pintu terbuka, tetapi pada kalimat ‘Jhon walks
with an umbrella’, ‘an umbrella’ merupakan kasus penyerta
Kasus Objectif (O)
Kasus objektif adalah kasus yang secara semantis paling
netral, kasus dari segala sesuatu yang dapat digambarkan atau diwakili oleh
sesuatu
nomina yang peranannya di dalam tindakan atau keadaan
diperkenalkan oleh interpretasi semantik verba itu sendiri; menurut pemikiran,
konsep
tersbut hendaknya terbatas pada hal-hal yang dipengaruhi
oleh tindakan atau keadaan yang diperkenalkan oleh verba. Istilah ini hendaknya
jangan dikacaukan dengan pengertian ‘objek langsung’ ataupun dengan nama kasus permukaan yang
bersinonim dengan akusatif (dalam Tarigan,
Filmore, 1968: 25). Dalam kalimat ‘Ali membunuh ular’,
kata ‘ular’ adalah objektif. Namu, istilah objektif tidak boleh
diinterpretasikan sebagai objek
langsung, seperti pada tata bahasa tradisional karena apabila
disamakan dengan objek langsung, maka akan ada objek tak langsung. Padahal,
gramatika kasus tidak mengenal objek tak langsung, tetapi
mempunyai nama tersendiri yang tidak dibicarakan pada saat ini. Frasa benda
dalam
kasus objektif tidak melakukan kegiatan atau tindakan,
dan tidak pula menduduki posisi kasuskasus lain seperti alat dan sebagainya.
Kasus Sumber (S)
Kasus sumber merupakan sumber atau penyebab terjadinya
proses atau kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba. Dalam kalimat
‘Gempa meruntuhkan gedung-gedung tinggi’, ‘Hayati
mengecewakan aku’ dan ‘Angin menggoyangkan daun-daunan’, kata ’gempa’. ’Hayati’
dan ‘angin’ merupakan sumber dari kegiatan, proses, atau
keadaan yang disebutkan verba.
Kasus Tujuan (TJ)
Kasus tujuan lebih diartikan sebagai arah dari suatu
kegiatan yang dinyatakan oleh verba. Contoh ‘Jack menulis surat kepada Jhon’
dan ‘Joko menulis surat untuk Karta’, kata ‘Jhon’ dan kata ’Karta’ adalah kasus
yang berbeda. Yang pertama dinyatakan sebagai tujuan, tetapi yang kedua merupakan
benefaktif. Preposisi ‘kepada’ dan ‘untuk’, dalam hal ini membedakan peran
semantis antara ‘Jhon’ dan ‘Karta’.
Kasus Lokatif (L)
Kasus lokatif adalah kasus yang memperkenalkan lokasi,
tempat, (atau letak) ataupun orientasi ruang/spasi atau tindakan yang diperkenalkan
oleh verba (dalam Tarigan, Filmore, 1972: 90). Dalam kalimat ‘Anita mengajar di
Aceh’, kata ‘Aceh’ merupakan kasus tempat.
Kasus Waktu (WK)
Kasus waktu adalah waktu yang terpakai atau diduduki oleh
suatu proses, kegiatan, atau keadaan yang dinyatakan oleh verba. Dalam kalimat
‘Tuti datang kemarin’, kata ‘kemarin’ adalah kasus waktu.
Kasus Penyerta (PNY)
Kasus penyerta adalah frasa benda yang mempunyai hubungan
konjungtif dengan frasa benda lain, yang ditandai oleh preposisi ‘dengan’, ’bersama’
dan sebagainya. Contoh ‘ MS main catur dengan Latief’ dan MS bersama Latief
main catur’, kata ‘Latief’ merupakan kasus penyerta.
Kasus Benefaktif (BEN)
Kasus Benefaktif mempunyai ciri [+ hidup]. Kasus yang
ditujukan bagi makhluk hidup (yang bernyawa) yang memperoleh keuntungan dari tindakan
yang diperikan oleh verba. Dalam Bahasa Inggris, kasus ini dinyatakan dengan
preposisi ‘for’ (Fillmore 1968). Dalam kalimat ‘Jack opened the door for Paul’,
kata ‘Paul’ menunjukkan kasus benefaktif. Kasus benefaktif adalah nomina atau frasa
nomina yang mengacu kepada orang atau binatang yang memperoleh keuntugan, atau dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan dari tindakan verba. Dalam bahasa Indonesia ‘Ibu memberikan
kepada adik’, kata ‘adi’ menunjukkan
kasus benefaktif.
Daftar Pustaka
James, Carl. (1980). Contrastive Analysis. London and New
York: Longman Group Ltd.
Suparnis. (2012). Case Grammar. Diakses Maret, 28, 2017
dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=25098&val=1548