Psikologi Dasar dalam Analisis Kontrastif dengan Sparkol VideoScribe
Kumpulan tugas perkuliahan mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, program studi Pendidikan Bahasa Non Reguler 2016.
ANALISIS KONTRASTIF KELOMPOK DUA
PSIKOLOGI DASAR DALAM ANALISIS KONTRASTIF
https://youtu.be/v0WQmX5LszE
ANALISIS KONTRASTIF MIKROLINGUISTIK : FONOLOGI DAN MORFOLOGI
ANALISIS KONTRASTIF
MIKROLINGUISTIK:
FONOLOGI DAN MORFOLOGI
MAKALAH
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis
Kontranstif dan Analisis Kesalahan Berbahasa
Dosen Pengampu:
Prof.Dr. Aceng Rahmat, M.Pd.
Dr.Liliana Muliastuti, M.Pd.
Disusun
oleh
Hartanto Hadi
Septian Aji Setia Permana
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
Pengertian Analisis Kontrastif
Secara umum pengertian analisis kontrastif
(Anakon) dapat ditelusuri melalui makna kata dari bahasa pertama (B1) dan
bahasa kedua (B2). Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau uraian
berupa proses atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan
memungkinkan dapat menemukan pokok permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan
kemudian dikupas, dikritik, diulas, dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami.
Moeliono (1988:32) menjelaskan bahwa analisis adalah penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan
kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan antara dua hal.
Perbedaab inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti dan dipahami. Moeliono
menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat membandingkan perbedaan
atau persamaan antara dua bahasa merupakan suatu realita yang tidak bisa kita
hindari.
Studi tentang analisis kontrastif yang
dikemukakan oleh Carl James membicarakan dua kesulitan utama yaitu (1)
kesulitan dalam bidang fonologi dan (2) kesulitan dalam bidang struktur. Taraf
kesulitan itu didasarkan atas tiga macam hubungan antara B1 dan B2: (1) B1
mempunyai kaidah dan B2 memiliki padanan; (2) B1 mempunyai kaidah tetapi B2
tidak mempunyai padanan, sedangkan yang ke (3) B2 mempunyai kaidah dan tak ada
padanan dalam B1.
Analisis kontrastif menurut Tarigan sebagai berikut:
Analisis kontrastif berupa prosedur kerja
adalah aktifitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur
B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan diantara kedua bahasa.
Jadi analisis kontrastif adalah kegiatan dalam tujuannya mengidentifikasi
perbedaan dan persamaan antara dua bahasa.
Linguistik dari segi telaahnya dapat dibagi atas dua jenis, yaitu
linguistik mikro (mikrolinguistik) dan linguistik makro (makrolinguistik).
Linguistik mikro dipahami sebagai linguistik yang sifat telaahnya lebih sempit.
Artinya, bersifat internal, hanya melihat bahasa sebagai bahasa. Dalam kajian
ini bahasa dilihat dalam bidang struktur: fonologi, morfologi,. Linguistik
makro bersifat luas, sifat telaahnya ekternal. Linguistik ini mengkaji kegiatan
bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya ekonomi dan sejarah. Bahasa digunakan
sebagai alat untuk melihat bahasa dari sudut pandangan dari luar bahasa.
Mikrolinguistik (Microlinguistics) adalah
bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam arti sempit, yaitu bahasa dalam
kedudukannya sebagai fenomen alam yang berdiri sendiri. Mikrolinguistik
mempelajari bahan bahasa secara langsung tentang sifat-sifat, struktur, cara
kerja dan sebagainya. Kajian ilmu kebahasan ini juga mempelajari tentang
kesulitan tata-bahasa. Taraf kesulitan tersebut adalah hubungan antara bahasa
sumber (B1) dalam hal ini bahasa Indonesia dan bahasa sasaran (B2) bahasa Arab
apabila B1 mempunyai kaidah dan tak ada padanan dalam B2, atau sebaliknya.
Sementara
pengkajian analisis kontrastif meliputi dua pengkajian baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis analisis kontrastif bertujuan meningkatkan
pengetahuan dalam bidang kebahasaan. Secara praktis analisis kontrastif
bertujuan untuk keperluan praktis, pengajaran dan penyusunan bahan pengajaran.
Prinsip-Prinsip Umum
Analisis Kontrastif Mikrolinguistik
Prinsip-prinsip umum pada Anakon ada dua, yaitu (1) pemerian,
pendiskripsian (description) dan (2) perbandingan, komparasi (comparison) dan
langkah-langkah itu dilaksanakan dengan berurutan. Menurut Halliday terdapat dua prinsip pada
analisis kontrastif, yaitu memerikan sebelum membandingkan dan membandingkan
pola-pola tertentu dan bukan bahasa secara keseluruhan. Pada prinsip pertama kita tidak dapat
membandingkan cara kerja sejumlah bahasa sebelum kita memerikan cara kerja
masing–masing bahasa itu. Jika kita ingin menggunakan bahasa ibu sebagai bahan
perbandingan dalam mempelajari bahasa asing, kita tidak cukup hanya bisa
berbahasa ibu tetapi kita juga harus menguasai bahasa yang akan kita bandingkan
itu. Pada prinsip kedua, kita tidak dapat membandingkan B1 dengan B2 secara
keseluruhan. Yang dapat diperbandingkan adalah salah satu atau beberapa
unsur atau pola yang terdapat pada masing-masing bahasa pengandaian
yang dibandingkan. Dan kita tidak dapat menarik kesimpulan dari kedua
perbandingan ini karena setiap pola perbandingan dibahas secara terpisah.
Analisis
Kontrastif Mikrolinguistik
A. Gramatikal
1. Pengertian
Gramatikal
Gramatikal
(Tata bahasa) adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah
yang mengatur penggunaan bahasa. Ilmu ini
merupakan bagian dari bidang ilmu yang mempelajari bahasa yaitu linguistik. Telah diketahui bahwa linguistik sebagai sebuah ilmu
memilki objek berupa bahasa. Lebih konkretnya lagi bahasa yang dimaksud
tersebut berupa parole (ujaran). Linguistik merupakan disiplin ilmu yang
mengkaji bahasa manusia yang berupa tuturan dalam suatu bahasa. Dengan
demikian, data yang dijadikan korpus untuk kepentingan penelitian ilmu bahasa
ialah bahasa yang dipakai manusia untuk berinteraksi, bekerja sama, dalam suatu
lingkup kebudayaan tertentu. Linguistik menjadikan bahasa lisan sebagai data
primer, sedangkan bahasa tulis sebagai data sekunder.
Dalam kerangka memudahkan analisis atau kajian bahasa, para ahli bahasa
(linguis) membuat tataran-tataran bahasa atau linguistik. Tataran-tataran yang
dibuat tersebut bahkan menjadi rumpun atau subdisiplin tersendiri.
2. Satuan-satuan
Gramatikal
Dalam kajian linguistik, selain kita diperkenalkan kepada istilah tataran
linguistik juga kita diperkenalkan ke dalam istilah satuan-satuan bahasa atau
satuan-satuan gramatikal. Satuan-satuan bahasa yang dimaksud adalah unsur-unsur
pembentuk bahasa, baik unsur segmental maupun unsur suprasegmental.
Unsur segmental berwujud fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Adapun unsur suprasegmental berwujud nada, tekanan, intonasi, dan jeda. Unsur-unsur
pembentuk bahasa tersebut membentuk suatu kesatuan yang sistemis dan
sistematis, dan dikaji dalam cabang linguistik (tataran linguistik) dan
relevan. Unsur-unsur berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan
wacana lazim pula disebut dengan istilah satuan gramatikal atau tataran
gramatikal. Dikaitkan dengan kajian linguistik, satuan gramatikal akan menjadi
satuan terbesar atau terkecil dalam tiap tataran linguistik.
Perhatikan bagan berikut:
Bidang Ilmu
|
Tataran Gramatikal
|
Fonologi
|
Fonem
|
Morfologi
|
Morfem
|
Sintaksis
|
Frasa
|
Klausa
|
|
Kalimat
|
|
Wacana
|
Alinea
|
Bagian /sejumlah alinea
|
|
Anak Bab
|
|
Karangan utuh
|
B. Fonologi
1. Pengertian
Fonologi
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang
berari ‘bunyi’ , dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai
sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik
yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa
yang di produksi oleh alat-alat ucap manusia.
Fonologi dalam pembahasannya bahwa bahasa
adalah sistem bunyi ujar sudah disadari oelh para linguis. Oleh karena itu,
objek utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk
bunyi ujar. Jika kita menemukan dalam praktik berbahasa dijumpai ragam bahasa
tulis, di anggap sebagai bahasa skunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan.
Oleh karena itu, bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian linguistik.
Bila kita mendengar suara orang berbicara entah berpidato atau
bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi-bunyi bahasa yang
terus-menerus, kadang-kadang terdengar hentian sejenak dan hentian agak lama,
kadang-kadang terdengar pula suara panjang dan suara biasa, dan sebagainya.
Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan
tingkat-tingkat kesatuannya. Misalkan, runtutan bunyi dalam bahasa Indonesia
berikut (untuk sementara dan memudahkan disini digunakan transkripsi
ortografis, bukan transkripsi fonetis dan dengan mengabaikan unsur-unsur
suprasegmentalnya).
Bagan berikut barangkali bisa lebih menjelaskan tahap-tahap segmentasi
terhadap ujaran [monyet itu melompat keatas truk pisang]
1
|
Monyet itu
|
Melompat ke atas truk pisang
|
|||||
2
|
Monyet
|
Itu
|
Melompat
|
Ke atas truk pisang
|
|||
3
|
Ke atas
|
Truk pisang
|
|||||
4
|
ke
|
atas
|
truk
|
pisang
|
|||
Kemudian segmen-segmen runtutan buyi itu dapat disegmentasikan lagi
sehingga kita sampai pada satuan-satuan runtutan bunyi yang disebut silabel
atau suku kata. Sebagai contoh kalau kita ambil runtutan bunyi yang menjadi
segmen (1a1) yaitu [monyet] akan kita dapatkan silabel [mo] dan [nyet]. Contoh
lain, runtutan bunyi yang menjadi segmen (1b1) yaitu (melompat) akan kita
dapatkan segmen [me], [lom], [pat].
Silabel atausuku kata merupakan satuan runtutan bunyi yang ditandai dengan
satu satuan bunyi yang paling nyaring, yang dapat disertai atau tidak oleh
bunyi lain, didepannya, dibelakangnya atau sekaligus didepan dan dibelakangnya.
Adanya kenyaringan atau sonoritas inilah yang menandai silabel itu. Puncak
kenyaringan itu biasanya sebuah bunyi vocal, yakni bunyi yang dihasilkan tanpa
adanya hambatan atau gangguan di rongga mulut. Misalnya pada silabel [mo] ada
bunyi [o], pada silabel [nyet] ada bunyi [e], dan pada silabel [pat] ada bunyi
vocal [a].
Kemudian runtutan bunyi pada silabel-silabel ini dapat disegmentasikan
lagi. Misalnya, silabel [mo] dapat di segmentasikan menjadi bunyi [m] dan bunyi
[o], pada silabel [nyet] dapat disegmentasiakn lagi menjadi bunyi [ny], bunyi
[e], dan bunyi [t]. Perhatikan bagan berikut :
Melompat
|
|||||||
me
|
lom
|
Pat
|
|||||
m
|
e
|
L
|
o
|
m
|
p
|
a
|
t
|
Monyet
|
||||
mo
|
Nyet
|
|||
m
|
o
|
ny
|
E
|
T
|
Bunyi-bunyi bahasa inilah beserta runtutan dan segala aturannya
yang menjadi objek kajian cabang linguistik yang disebut
fonologi. Jadi, objek kajian fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
oleh alat ucap atau alat bicara manusia.
2. Pembagian Fonologi Kontraktif
Menurut Hierarki satuan bunyi terkecil ynag menjadi objek kajiannya, fonologi
di bagi atas dua bagian, yaitu fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik bisa
dijelaskan sebagai cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa
memperhatikan statusnya, apakah bunyi-bunyi bahasa itu dapat membedakan makna
(kata) atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang kajian fonologi yang
mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda
makna (kata). Lebih jelasnya kalau disimak baik-baik bunyi [i] pada
kata [tani] dan kata [batik] adalah tidak sama. Bunyi [u] pada kata [susu] dan
[dapur] juga tidak sama.inilah yang menjadi kajian fonetik. Sebaliknya bunyi
[b] dan [p] pada kata [kabur] dan [kapur] menyebabkan kedua kata itu memiliki
makna yang tidak sama.
Ketidaksamaan ini adalah karena berbedanya bunyi [b] dan [p] itu
meskipun bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya memiliki ciri yang sama. Inilah
contoh dari objek kajian fonetik disebut fon (bunyi bahasa), sedangkan satuan
bunyi terkecil yang menjadi objek kajian fonemik disebut fonem.
3. Model-Model Fonologis
Analisis fonologis yang dapat digunakan untuk analisis kontraktif hanya
mempunyai dua pilihan. Yaitu;
1.
Fonologi Taksonomik
Pendekatan ini bertujuan untuk “mengutarakan sistem-sistem fonem,
kemungkinan penggabungan fonem-fonem dan variasi-variasi yang yang non.distingtif
dari unit-unit tersebut dalam bahasa-bahasa yang berbeda. Dapat juga dikatakan
bahwa secara keseluruhan asumsi-asumsi teoritis ini berjalan lancar” (Kohler
1971 : 84).
2.
Fonologi Generatif
Fonologi generatif berasal dari Amerika (Chomsky dan Halle 1968) yang
sebenarnya bercikal bakal dari teori fonologis Eropa tahun 1940-an. Fonologi
generatif ini beranggapan bahwa fonologi struktur permukaan diturunkan dari
fonologi struktur dalam dengan bantuan transformasi-transformasi.
4. Sebuah Contoh fonologis Analisis Kontrastif
Jenis type sylabel dan konsonan dalam bahasa Inggris dan Persia.
sylabel
adalah salah satu yang signifikan, karena suku kata bagian krusial penting
dalam aspek berbicara, dan juga karena penekanan dan intonasi adalah fitur dari
suku kata dan suara tidak tunggal. Karena itu, sebelum membandingkan struktur
suku kata dalam bahasa Inggris dan Persia tampaknya diperlukan untuk memberikan
definisi dari sylabel pertama. Sylabel
adalah satuan pengucapan biasanya lebih besar dari satu suara dan lebih
kecil dari sebuah kata. Misalnya, dalam kata bahasa Inggris dis.ad.van.tage ada empat suku kata, dan dalam kata bahasa Persia /Je.ni.drenl suara terdiri dari tiga suku kata. Oleh
karena itu, sylabel biasanya terdiri dari lebih dari satu suara, yaitu vokal
ditambah satu atau lebih konsonan. vokal merupakan elemen penting dalam
struktur sylabel . Dengan kata lain, sylabel tidak mungkin tanpa vokal. Vokal
menjadi unsur wajib dalam sylabel disebut inti atau puncak. Puncaknya dapat
didahului oleh satu atau lebih konsonan, yang merupakan awal dari suku kata;
mungkin juga diikuti oleh satu atau lebih konsonan yang membentuk coda
tersebut. Misalnya, dalam kata 'cat'
dalam bahasa Inggris awal adalah / k /, is I æ,, and the coda is /tJ.
(For more on this, see Keshavarz, 2009).
Jenis
Syllable dalam bahasa inggris dan bahasa persia dibandingkan dengan bahasa
Inggris, Persia memiliki suku kata
(sylabel) yang terbatas Jenisnya . Mengabaikan beberapa kata-kata yang dipinjam
seperti / lustr / 'lampu' dan / Septambr / 'September', Persia hanya memiliki
enam jenis suku kata yang disajikan di bawah dengan bantuan simbol V untuk
vokal dan C untuk
konsonan.
Seperti
dapat dilihat, jumlah konsonan yang dapat terjadi sebelum dan
setelah
vokal berkisar dari satu sampai dua. Konsonan dapat terdiri dari hanya satu konsonan
sementara coda bervariasi dari satu sampai dua konsonan panjang. Yang
bertentangan dengan sejumlah kecil jenis suku kata dalam bahasa Persia, Bahasa
Inggris memiliki cukup berbagai suku kata. Ini i1lustrated di Tabel 2.2 di
bawah. Harus diingat bahwa di sini kita berhadapan dengan pengucapan kata-kata
kunci.
Melalui
perbandingan jenis suku kata dari bahasa Inggris dan Persia seseorang dapat menyadari betapa sulitnya
memperoleh suku kata struktur bahasa Inggris untuk pelajar berbahasa Persia
dari bahasa ini. Bahkan, salah satu sumber utama dari kesalahan pengucapan Iran
EFL peserta didik adalah kompleksitas gugus konsonan (yaitu, terjadinya lebih
dari satu konsonan di awal atau coda dari suku kata), terutama di posisi awal.
Hal ini karena bahasa Persia tidak
memungkinkan gugus konsonan awal sementara dalam bahasa Inggris hingga tiga konsonan
dapat terjadi suku kata awalnya. Oleh karena itu, ketika dihadapkan dengan gugus
konsonan awal, Persia-pelajar bahasa Inggris secara otomatis menyisipkan vokal
sebelum atau di antara konsonan. Misalnya, mereka mungkin mengucapkan sekolah
sebagai / esku: V atau jalan sebagai /
C. Morfologi
1. Hakikat Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata “morf” yang
berarti bentuk dan kata “logi” yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata
morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi
berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata; sedangkan di dalam kajian
biologi morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk sel-sel tumbuhan
atau jasad-jasad hidup.
Kalau dikatakan morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk
dan pembentukan kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni
morfem dengan segala bentuk dan jenisnya, perlu dibicarakan. Lalu, pembicaraan
mengenai pembentukan kata akan melibatkan pembicaraan mengenai komponen atau
unsur pembentukan kata itu, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem
afik, dengan berbagai alat proses pembenktukan kata itu, yaitu afiks dalam
proses pembentuklan kata melalui proses afiksasi, reduplisasi, ataupun
pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi,
penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses komposisi dan
sebagainya. Jadi ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam
bentuk dan makna sesuai dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan. Bila
bentuk dan makna yang terbentuk dari satu proses morfologi sesuai dengan yang
diperlukan dalam pertuturan, maka bentuknya dapat dikatakan berterima, tetapi
jika tidak sesuai dengan yang diperlukan, maka bentuk itu dikatakan tidak
berterima. Dalam kajian morfologi, alasan sosial itu kita singkirkan dulu.
Di dalam Linguistik “ilmu bahasa”, morfologi merupakan salah
satu struktur internnya. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia Morfologi adalah
ilmu bentuk.
Menurut Ramlan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan
bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan
bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari
dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan
kata.
Adapun yang dimaksud dengan morfologi bahasa Arab yang
menurut bahasa berarti mengubah sesuatu dari asalnya, dan menurut istilah ialah
mengubah dari asal (pokok) pertama kepada contoh yang berlainan Al Kailani
mengatakan “Tasrif adalah perubahan asal yang satu menjadi contoh-contoh yang
banyak bagi beberapa arti yang diharapkan, yang tidak mungkin dapat diperoleh
kecuali dengannya”. Yang dimaksud asli disini ada dua pendapat, menurut ulama’
Basrah ialah masdar dan menurut ulama’ kufah ialah fi’il madhi. Sedang dimaksud
dengan mengubah adalah mengubah dari pada fi’il madi ke fi’il mudhari’, masdar,
isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amar, fi’il nahi, isim zaman/makan, dan isim
alat.
2. Objek Kajian
Morfologi
Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi,
proses-proses forfologi, dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Dalam proses
morfologi dasar atau bentuk dasar merupakan bentuk yang mengalami proses morfologi.
Dasar ini dapat berupa bentuk pilimorfemis (bentuk berimbuhan, bentuk ulang dan
bentuk gabungan). Alat pembentuk kata dapat berupa afiks dalam proses afiksasi,
dapat berupa pengulangan dalam proses reduplikasi dan berupa gabungan dalam
proses komposisi.
Beberapa konsep dalam bidang morfologi yaitu:
1. Kata
2. Morfem
3. Alomorf
Kesimpulan
Analisis
kontrastif adalah membandingkan persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu (B1)
dan bahasa sasaran (B2). Namun proses perbandingan ini hanya sebatas pada
membandingkan unsur kebahasaan yang ada dalam struktur kedua bahasa, baik
dari faktor perbedaan gramatikal ataupun leksikalnya ataupun faktor kebahasaan
lainnya.
Cabang-cabang
linguisik dibagi dua yaitu mikrolinguistik dan makro-linguistik. Mikrolinguistik merupakan
bidang teoretis dalam linguistik. Mikrolinguistik adalah bidang linguisti yang
mempelajari bahasa dalam arti sempit. Diantara beberapa cakupan Mikrolinguistik
adalah sebagai berikut:
a. Fonologi
merupakan cabang mikro linguistik yang ruang lingkupnya membahas tentang bunyi
bahasa ditinjau dari fungsinya.
b. Morfologi
merupakan anak cabang dari mikro linguistik yang cakupan pembahasannya tentang
kata dan kelompok kata. Morfologi juga termasuk menyelidiki struktur kata,
bagian-bagiannya dan cara pembentukannya.
c. Morfologi atau tata kata
adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata.
Morfologi mengkaji seluk-beluk morfem, bagaimana mengenali sebuah morfem, dan
bagaimana morfem berproses membentuk kata.
d. Terdapat beberapa pola jamak
dalam bahasa Indonesia yaitu, pengulangan kata, penambahan kata bilangan,
penambahan kata bantu jamak, dan kata ganti orang. Dalam bahasa Indonesia
terdapat leksem atau kata yang langsung bermakna jamak seperti, masyarakat, publik
dan lain-lain.
Referensi
Guntur, Henry Tarigan. 2009. Pengajaran
Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa
James, Carl.
1959. Course in General Linguistics. London: Longman. 1980. Contrastive
Analysis. London: Longman.
Keshavarz,
Hossein.M. 2012. Contrastive Analysis
& Error Analysis.Rahnama Press.
Moeliono, 1987.
Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Pernak-Pernik PBA .2013. Analisis
Kontrastif Mikrolinguistik.
Tersedia [online] : http://bayucalongurubahasaarab.blogspot.co.id/2013/04/vi-anakon-anakes-analisis-kontrastif.html
diakses (27
Maret 2017)
Langganan:
Postingan (Atom)